Beranda / Romansa / Konspirasi Cinta Pertama / Mampukah doa menjaganya

Share

Mampukah doa menjaganya

Penulis: Faiqa Eiliyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ketika tangan dan indra tak lagi mampu menjaga orang yang kau cintai, maka gunakanlah doa untuk menjaganya dari jauh. Jika itu masih belum berhasil, yakinlah rencana Allah jauh lebih baik dari apa yang kau rencanakan"

Faiqa Eiliyah

Karina dan Kayra membersihkan piring kotor bekas makan tadi, setelah sekian lama akhirnya mereka bisa mengulang kegiatan ini bersama. Kegiatan yang dulu sering mereka lakukan saat mama mereka masih hidup di tengah-tengah mereka.

"Lama ya, baru bisa cuci piring bersama lagi?" ucap Karina memecah hening antara mereka.

"Iya, Kak, jadi ingat waktu Mama masih hidup," bisiknya, takut kedengaran Mama Ina. Padahal Mama Ina baik dan tak pernah melarang merekka membahas soal mama mereka.

Bahkan, kadang dia sendiri yang bertanya- tanya tentang bagaimana mama mereka dan kesehariannya saat masih hidup. Hanya saja mereka berdua yang menjaga perasaan mama sambung mereka.

"Bagaimana dengan teman-temanmu di kota?" tanya Karina kemudian.

"Allhamdulillah semuanya baik-baik dan asyik-asyik, Kak!" jawabnya.

"Maksud Kakak, nggak ada teman special yang bisa diajak serius buat melangkah ke masa depan nggak?" goda Karina.

"Ada seh, Kak. Dia atasanku. Orangnya ganteng dan masih muda, tapi aku menolak!" terangnya.

"Kenapa?" tanya Karina penuh minat kali ini.

"Karena dia sudah punya istri," jawab Kayra, seperti menyesali kenyataan yang ada.

"Hah, kalau sudah punya istri, ngapain dia ngajak kamu serius?" tanya Karina jengkel.

"Karena istrinya itu sudah tua, Kak. Selisih umur mereka mungkin sekitar dua puluh tahun. Mereka menikah juga bukan atas dasar cinta, tapi karena dijodohkan. Istrinya adalah pemilik mall, tempatku bekerja sekarang," adunya dengan nada iba.

Karina membelalakkan mata, sembari menutup mulut dengan tangan yang masih basah. Menatap Kayra dengan pandangan tak percaya.

"Jangan berani macam-macam! Kau bisa saja dipecat atau bahkan dihabisi sama istrinya!" Karina berusaha mengingatkan Kayra agar lebih berhati-hati.

"Atasan perempuanku itu, baik banget, kok Kak!" terangnya.

"Musuh yang berbahaya itu, bukan musuh yang menampakkan ketidak sukaannya di depan mata kepalamu. Justru dia yang lihai tersenyum di depanmu dan menyerangmu kemudian ketika lengah!" sambung Karina dengan nada serius.

"Iya seh, Kak! Aku juga nggak mau dicap sebagai perebut suami orang," lirihnya.

"Apa kau mencintai pria itu?" tanya Karina penuh selidik.

"Enggak, seh, Kak. Karena aku tau dari awal kalau dia punya Istri. Makanya aku nggak pernah membiarkan perasaanku tumbuh padanya," ucapnya penuh keyakinan.

Membuat Karina bisa bernapas lega ....

Mereka kembali bergabung dengan Papa, Mama Ina, dan Ayub di depan TV. Melihat kedua Orang itu mengalah pada Ayub. Karena harus memilih chanel TV, sesuai dengan kemauan si bos kecil yang kini ada di tengah-tengah mereka.

Ketika si bos kecil itu terkikik geli, semua ikut tertawa geli. Bukan karena ikut geli melihat kartun yang ada di dalam sana, tapi karena geli melihat si bos kecil yang begitu menikmati filmnya.

HP Karina berdering, membuatnya mau tidak mau beranjak menuju taman. Karena tak mau keluarganya tau masalahnya dengan suaminya.

"Assalamualaikum," salam Karina tanpa denting rindu yang menggebu-gebu seperti sebelumnya.

"Waalaikumussalaam, apa kabar Kak?" diluar dugaan, Rani adik iparnyalah yang menjawab, bukan Raka suaminya.

"Allhamdulillah baik, bagaimana kabarmu, Mama, dan Papa?" tanya Karina.

"Allhamdulillah, mereka semua baik, Kak!" jawabnya.

"Setelah sekian lama di Surabaya, angin apa yang membuatmu menelpon kakak kali ini?" sindir Karina. Karena baik dia, Mama mertua, atau pun Papa mertuanya. Tak ada lagi yang pernah sempat berbagi kabar dengannya. Seolah Karina dan Ayub sudah tak begitu berarti lagi bagi mereka.

"Tidak, Kak, bukan begitu. suamiku tak mengijinkan aku memegang HP, selama aku memiliki Baby. Katanya nanti jika Albaithar sudah berumur tiga tahun, baru boleh main HP. Suamiku mau aku fokus, ngurus Albaithar dan suamiku orangnya keras banget, Kak," adunya dengan suara bergetar, membuat Karina yakin, kalau sekarang Rani tengah menangis.

"Bagaimana kabar, Ayub, Kak?" tanya Rani lagi.

"Ayub baik, tapi dia tak bersamaku sekarang. Dia bersama Kakek dan Neneknya, oh, iya yang punya HP mana?" tanya Karina, mencari Raka akhirnya.

"Kak Raka keluar, Kak! Mungkin dia lupa membawa HP-nya. Makanya aku bisa hubungi Kakak," terangnya.

"Bukannya, jam segini dia masih bekerja?" tanya Karina penuh selidik.

"Enggak kok, Kak. Kak Raka cuma kerja sampai jam tujuh malam, selebihnya di handle Mama dan Papa. Kak, kapan Kakak ke sini? Rani kangen Kak. A-aku nggak mau sampai terjadi apa-apa sama rumah tangga kalian!" ucapnya seperti terisak.

DEGH

Kalimat Rani barusan seperti sebuah ultimatum keras bagi Karina.

'Tak ingin terjadi apa-apa pada rumah tangga kami. Apa maksudnya?' Karina bermonolog dengan dirinya sendiri.

"Rani ...." panggil Karina ragu.

"Anaknya menangis, ada apa?" Ternyata itu bukan lagi suara Rani, itu Raka suaminya.

"Ough, enggak, enggak ada apa-apa. Bukannya kamu masih kerja jam segini?" sindir Karina.

"Iya, tapi aku lupa membawa HP saat pulang mandi tadi," ucapnya.

"Kau pasti sibuk, jadi akhiri saja panggilan ini. Ough, iya aku cuma mau bilang. Terkadang kenikmatan sesaat akan menggiring seseorang ke bibir jurang penyesalan. Ketika kau jatuh di dalamnya ... akan sangat susah untuk bisa kembali ke atas lagi."

Karina memutuskan pembicaraan, benih-benih curiga sudah tumbuh subur dalam benaknya. Dia hanya bisa meminta yang terbaik sama Allah. Apa pun yang akan terjadi nantinya. Pasti itulah yang terbaik untuknya. Dia serahkan hidup mati sepenuhnya pada Allah.

Karina menarik napas kuat dan menghembuskannya lemah. Membiarkan semua beban rasa yang mengendap di dasar sana raib dan pergi.

Karina butuh tidur nyenyak malam ini. Tidak seperti biasanya, kali ini ia tak melarang Ayub ketika dia bilang, mau tidur bareng Bunda juniornya.

"Ya, Allah, kembalikan suamiku padaku!" bisiknya dalam doa, usai salat Isya. Menatap foto pernikahan mereka yang masih bertengger manis di sudut meja, di pojok kamar itu.

Kamar itu adalah saksi bisu, kenangan manis yang pernah mereka lalui bersama. Saat ritual demi ritual adat pernikahan mereka terputar kembali dalam ingatannya. Karina terisak di tengah malam buta, dia yang tadinya berharap bisa tidur dengan nyenyak. Justru tak bisa tidur, hingga dini hari tiba.

Hal yang selalu terngiang dalam pikirannya, adalah kata-kata terakhir Rani, Adik iparnya. Hal paling menyakitkan adalah ketika di sini ada yang menangis karena rindu, sementara yang dirindukan. Mungkin justru tengah terlena dalam cumbu wanita lain. Tidak! Sungguh pikiran buruk pun adalah sebuah dosa.

Sekali lagi Karina menengadah pada-Nya ....


"Tuhan, kuserahkan hidup matiku di tangan-Mu. Apapun yang akan terjadi nantinya. Ajarkan padaku tentang sabar dan ikhlas, ajarkan padaku bahwa semua yang ada di sisiku saat ini hanyalah titipan. Titipan yang bisa Engkau ambil kembali, kapan pun Engkau menghendakinya. Pintaku pada-Mu, apa pun yang akan terjadi di bawah langit-Mu dan di atas bumi-Mu ini. Jangan pernah jauhkan hamba dari lingkaran kecil Kasih Sayang-Mu. Aamiin!" doanya berurai air mata.

                             ***

Entah sampai kapan ujian hidup yang harus menguji kesabaran seorang Karina. Di saat dia sudah begitu menikmati indahnya rumah tangga, bersama keluarga kecilnya. Kini semuanya berubah, rumah tangganya yang dulu indah penuh warna. Kini berubah jadi abu-abu ....

Karina masih terisak, takkala HP-nya kembali berdering. Karina melirik jam yang tertera di layar HP, sudah jam setengah satu. Dia mengangkat telpon tanpa bersuara, tanpa mengucapkan kata halo ataupun salam.

"Assalamualaikum, apa kau belum tidur?"

"Waalaikumussalaam! apa perdulimu aku bisa tidur atau tidak."

"Apa yang harus kulakukan, agar kau bisa percaya padaku kalau aku tidak melakukan apa pun di sini selain bekerja!" tanya Raka suaminya di ujung sana.

"Pulang! Dan tinggalkan pekerjaan itu! Sebelum pekerjaanmu itu menghancurkan rumah tanggaku."

Hening ....


"Kenapa? Tidak bisa? Atau ada hati yang tengah kau jaga juga di sana? Abaikan permintaanku, anggap saja angin lalu. Assalamualaikum."

Karina mematikan sambungan telpon dan menonaktifkan HP-nya. Dia butuh istirahat. Bukan omong kosong yang tak masuk akal.

"Aku berharap ... doaku bisa menjagamu di mana pun kamu berada saat ini ...." lirihnya. Sebelumlam bawa sadar menyeretnya jauh ... menerobos semak mimpi.

Bab terkait

  • Konspirasi Cinta Pertama   Terjebak di antara dua cinta

    "Selingkuh itu nikmat dan menyenangkan. Ia menjanjikan seribu kenikmatan dan kesenangan, tapi menyiapkan penyesalan dan penderitaan yang tak berkesudahan."Faiqa EiliyahRaka tak bisa tidur, kalimat demi kalimat pahit yang keluar dari bibir istrinya. Seperti peluru yang dibidikkan dan meledak tepat di kepalanya. Dia sudah lupa daratan, hanya karena desah manja dan pesona seorang wanita baru yang ditemuinya beberapa bulan lalu secara tidak sengaja di restoran mereka.Namanya Gadis, mata yang bulat dengan iris berwarna coklat terang. Bibir tipisnya yang menggoda mata setiap pria yang memandang. Ditambah hidung bangir dan kulit putihnya yang selicin porselen. Tentang tubuhnya, dia laksana model dengan tinggi semampai dan body yang aduhai.Lelaki mana yang tak akan meneguk saliva ketika Gadis sekedar lewat di hadapannya. Dia terlalu sempurna, seolah diciptakan bukan dari tanah, tapi dari sekumpulan batu mulia yang amat indah.

  • Konspirasi Cinta Pertama   Bertemu teman kecil

    "Kehangatan dalam keluarga adalah kebahagiaan sederhana yang mahal harganya, bagi mereka yang terpisah jarak dan ruang. Namun, kebahagiaan sederhana yang murah bagi mereka yang saling berdekatan, baik jarak dan juga hatinya."Faiqa Eiliyah.Karina terjaga dengan pandangan berputar ... salat Subuh dengan keadaan tak stabil. Kepalanya sangat berat.Pagi ini Kayra sudah harus kembali ke Kota untuk kerja, Karina terus mewanti-wantinya agar bisa mawas diri. Jangan sampai terperosok dalam lembah zina."Inshaa Allah, siap Kanse!" ucapnya sembari menaikkan tangan menyentuh keningnya untuk hormat.Kanse (Kanda senior) adalah panggilan Kayra pada Karina sejak mereka beranjak remaja. Sebaliknya Dinjun (Dinda junior) adalah panggilan Karina pada Kayra, tapi setelah Ayub lahir, panggilan untuk Kayra bertambah jadi Bunjunnya Ayub (Bunda Junior).Ayub berlari dari dalam rumah, masih dengan muka b

  • Konspirasi Cinta Pertama   Menyelami luka hatinya

    "Kesendirian adalah jalan terbaik untuk duka dan jenuh menghancurkanmu."Faiqa EiliyahAyub seru sendiri bermain di taman belakang. Bersama kedua robot yang dihadiahkan oleh kak Nadiranya, dua hari yang lalu sebelum kembali lagi ke Surabaya.Meskipun Ikshan dan Raka sama-sama di Surabaya, tapi jarak tempat Ikshan bekerja dengan restoran milik papa Pratama cukup jauh. Mereka baru sekali mampir di sana. Itu pun karena kebetulan lewat."Assalamualaikum!" Suara seorang wanita dari arah pintu depan, membuat fokus Karina dari pakaian yang dilipatnya teralihkan. Karina meninggalkan pekerjaannya dan bergegas menuju pintu."Waalaikumussalaam, eh, Mbak Nayra, silahkan masuk!" ajaknya ramah."Ayubnya mana, Mbak Karin?" tanyanya sambil celingak celinguk mencari Ayub, membuat Karina tanpa sadar terkikik geli melihat ulah tetangga barunya yang polos itu."Dia di taman belakang,

  • Konspirasi Cinta Pertama   Mengenal Nayra lebih dekat

    "Sahabat baru terkadang bisa membawa suasana baru. Di saat jenuh terasa ingin mencekikmu."Faiqa EiliyahSeperti permintaan Nayra kemarin sore. Saat ini Karina dan Ayub sudah duduk manis di depan rumah Nayra. Berbeda dengan Karina yang lebih suka bunga yang benar-benar menampakkan bunga. Karina begitu gila pada jenis-jenis bunga itu. Karena mencintai aneka warna, bentuk bunga, kelopak, juga keharumannya. Sedang Nayra kelihatannya lebih menyukai tanaman hias daun yang beraneka corak dan bentuk. Berbagai jenis tanaman hias daun memenuhi teras dan halaman rumahnya."Eh, Ayub! Senang banget akhirnya kalian mau ke sini!" serunya, membuat Karina terlonjak kaget dari keasyikannya menyapu tanaman hias milik Nayra dengan tatapan liarnya."Eh, maaf!" ucap Karina tersipu malu, sementara Ayub ternyata sudah asyik sendiri melihati kolam ikan yang penuh dengan ikan-ikan cantik di bawah sana.

  • Konspirasi Cinta Pertama   Hati yang terlanjur luka

    "Luka yang tertinggal di tubuh bisa disembuhkan oleh obat, tapi luka yang tertinggal di hati hanya mampu disembuhkan oleh waktu."Faiqa EiliyahHari ini Karina dan Nayra selesai barter tanaman bunga. Beberapa hari yang lalu Karina menyarankan agar Nayra mau menanam tanaman hias yang ada kembangnya, tapi dia menolak. Alasannya tanaman hias yang berbunga ada masa matinya dan harus diperbaharui lagi, cenderung manja karena harus disiram tiap hari.Tapi Karina mematahkan argumennya dengan mengatakan, kalau untuk melihat keindahan yang luar biasa memang perlu sedikit usaha. Lelah itu akan terbayar ketika warna warni dari kelopak bunga itu memenuhi tamannya.Sebagai gantinya Nayra juga meminta agar Karina merasakan simplenya menanam tanaman hias daun, selain nggak manja. Dia juga tahan segala cuaca dan tak perlu rajin disiram.Karina bahkan sempat ngakak menggoda Nayra kalau tanaman hias daun itu, Tuhan ciptakan unt

  • Konspirasi Cinta Pertama   Bisakah cinta tetap menepi?

    "Menepikan biduk ke bibir pantai ketika di tengah lautan ada amukan badai adalah cara terbaik untuk menyelamatkan biduk dari karam."Faiqa EiliyahKarina sudah selesai menata sarapan di atas meja, Ayub sudah rapi menggunakan pakaian TK-nya yang sangat manis dengan perpaduan warna hijau dan putih. Sementara Raka tertidur kembali setelah usai salat Subuh, entah apa yang dilakukannya semalam hingga ia tidur terlalu larut.Selesai sarapan, Karina menyisihkan piring kotor. Menutup kembali sarapan yang ada di atas meja dengan tudung saji. Lalu bergegas mengantar Ayub ke TK-nya dengan jalan kaki."Pagi, Ayub!" Suara Nayra membuat keduanya menoleh berjamaah pada si sumber suara."Pagi, mbak Nayra!" balas Karina dengan tersenyum lebar."Mau kemana, tumben sepagi ini?" tanya Karina bingung."Mau ikut kalian," jawabnya sambil cengar-cengir nggak jelas."Ikut?"

  • Konspirasi Cinta Pertama   Demi Ayub

    "Sebesar apa pun luka yang tengah meradang di hati seorang Istri, luka itu akan ia lupakan demi melihat buah hatinya bahagia."Faiqa EiliyahAyub mengangkat wajah dengan tatapan dingin ketika Karina sampai di sana. Teman-temannya sudah menghilang, menyisakan dirinya menunggu sendiri. Belum lagi Mak Idah yang biasa menemaninya, hari ini belum juga masuk karena sakit."Ibu lambat, ya?" tanya Karina dengan raut penuh penyesalan, sambil mencoba membaca raut wajah putranya yang dingin. Karina ikut duduk di samping Ayub karena ia tak memberikan tanggapan atau respon pada pertanyaannya."Kenapa memarahi Ayah, apa Ibu mau Ayah pergi lagi jika Ibu terus memarahinya!" ucapan putranya membuat rahang Karina nyaris lepas dan terjatuh."Hah, sejak kapan Ayub berani menguping pembicaraan orang tua? Dosa loh, anak kecil menguping pembicaraan orang dewasa." Karina yang shock menoleh pada putranya."Ayub, nggak

  • Konspirasi Cinta Pertama   Gugup

    "Bahkan pasangan pun bisa menjadi asing ketika kau meninggalkannya terlalu lama, dan membiarkannya mati terkubur oleh rindu."Faiqa EiliyahKarina keasyikan main game, mencari pelarian saat kedua prianya seperti biasa mengabaikannya. Entah mereka sedang apa di kamar, hanya terdengar suara adu mulut yang sesekali diselingi suara kikikan.Karina mau tidak mau menjadikan HP sebagai pelarian. Meski dia tidak begitu suka main game, tapi demi melindungi dirinya dari kejenuhan yang bertumpuk. Main game adalah jalan ninja untuk lepas dari segala keruwetan dan kejenuhan.Prok prok prok prok!Karina menoleh kaget dengan suara tepuk tangan di belakangnya. Di sana Raka tengah bersandar di ambang pintu kamar. Tengah menatapnya lekat, Karina menoleh menatap wajah Raka, mencari arti dari tepuk tangannya barusan.Raka berjalan mendekat, lalu duduk di sampingnya dan tertawa ringan, "Jadi sekarang kau alih prof

Bab terbaru

  • Konspirasi Cinta Pertama   Kembali Pada Cinta Yang Halal

    Karina duduk di sisi taman menerawang jauh ke masa lalu, masa di mana ketika dia masih berjuang. Bergelut dengan kehidupan, mencari makna dan kemana arah langkah yang akan ditempuh.Tak jauh dari tempatnya duduk, Raka dan Ayub terus berlari memperebutkan bola ke sana ke mari seolah tak pernah lelah. Mereka tertawa lepas, seolah duka tak pernah singgah pada raut wajah itu.Wajah-wajah yang pernah disinggahi rindu yang sangat menyiksa. Mata yang pernah dibanjiri oleh air mata kekecewaan dan penyesalan. Itulah hidup, sejatinya tak ada yang mudah. Semua butuh pengorbanan, perjuangan, dan kesabaran.Tak ada seorang pun manusia yang dilahirkan, bisa memilih jalan dan akhir dari hidupnya sendiri. Karena takdir selalu melenggang mengikuti kehendak SANG Pencipta. Sedang manusia hanya bisa berusaha semampu, sebisa mereka. Karena pinish-nya tetap urusan Allah.Karina pernah begitu mencintai Adnan. Pernah

  • Konspirasi Cinta Pertama   Badai Akhirnya Usai

    Raka dan Ayub tengah tertidur dengan saling memeluk satu sama lain. Mereka begitu damai dalam lelap mereka. Seulas senyum merekah di sudut bibir Karina menatap kedua prianya.'Makasih Tuhan, telah membuka mataku untuk dapat melihat semua kebenarannya sebelum terlambat. Jika tidak, mungkin aku akan jadi manusia yang paling menyesal karena telah salah menilai Kak Raka.' bisik hati Karina. Dia menutup mata merafal syukur pada Sang Pemilik segala dalam hati.Ponsel-nyq berdering, tepat saat akan merebahkan tubuh di samping sang suami. Dia membatalkan niat untuk tidur dan segera beranjak menjauh dari kedua orang yang tengah terlelap itu. Takut suaranya akan mengganggu atau bahkan bisa membangunkan mereka.Dengan perlahan membuka pintu kamar, lalu menutupnya kembali begitu sudah berada di luar. Melangkah menuju halaman belakang dan menjawab panggilan yang sudah berdering dari tadi.Karina menjawab panggila

  • Konspirasi Cinta Pertama   Kembali Menata Hati

    Adnan yang saat itu kebetulan keluar rumah mematung takkala mendapati sosok Karina dari kejauhan. Wanita itu tengah berjalan santai bersama suami dan putranya yang tampan. Mereka perlahan menjauh meninggalkan pekarangan rumah.Sudut bibir Adnan tersungging saat mengingat reaksi kedua Suami-Istri itu, saat tadi dia menggoda mereka tentang Furqon. Adnan begitu menikmati sekelebat kecemburuan yang berkilat di mata Raka setiap kali dia dengan sengaja menggoda Karina."Karin, aku mengikhlaskan kau bahagia dengannya. Bukan karena di hatiku tak ada lagi cintamu, tapi karena aku ingin kau bahagia. Cukup sudah derita kau pikul, cukup beban duka menghimpitmu. Kini saatnya kau tersenyum dan bahagia," bisiknya.Adnan menutup pintu, kembali ke dalam. Semua barang-barang yang akan dia bawa besok, sudah terkemas rapi dalam ransel besar berwarna hitam yang tergeletak di sudut ruangan. Raka terlentang dengan tatapan kosong menerawang jau

  • Konspirasi Cinta Pertama   Nafas Cinta

    Setelah salat Isya, Karina dan Raka kembali ke ayunan di taman belakang, tempat favorit mereka sejak pertama kali mereka berdua menempati rumah itu. Mengulang kembali setiap detik indah yang sempat terenggut paksa oleh jarak dan situasi.Berkali-kali Raka mendekap erat Karina dengan penuh cinta, melepaskan semua kerinduan yang selama ini mengendap di dasar jiwanya. Sama seperti Karina yang tak bisa lepas lagi. Mereka kembali menikmati kebersamaan yang indah di atas ayunan yang menjadi sejarah indah awal mula cinta antara mereka tumbuh.Karina tak lagi segan membiarkan Raka tenggelam dalam kisah Karina tentang Surabaya dan semua yang dia alami di sana. Beberapa kali kilatan amarah terlihat di mata Raka ketika Karina sampai pada kisah tentang Nathan.Karina sangat lega. Lewat sudah duka yang selama ini memayungi rumah tangga mereka. Kini saatnya membuka lembaran baru, menata kembali semua yang sempat terserak di anta

  • Konspirasi Cinta Pertama   Ketegangan Raka Dan Adnan

    Air mata menetes satu persatu luruh menindih ketegaran seorang Karina yang memang berhati selembut kapas, dia menatap Adnan yang juga mulai berkaca. Pria itu pasti sangat menyesal ... telah menyakiti Nayra selama ini meski mungkin tanpa menyadarinya."Aku akan ke Surabaya menyusul Nayra, dia pasti terpuruk sendiri di rumah sebesar itu. Ibu baru saja meninggal dan aku satu-satunya orang yang seharusnya menguatkan, justru menjadi manusia yang paling menyakiti," ucap Adnan penuh penyesalan."Kau tidak salah, Ad. Bukankah selama ini kau tidak tahu dengan perasaan Nayra yang sebenarnya?" ucap Karina berusaha menguatkan Adnan, tak ingin melihat pria itu rapuh di saat-saat seperti ini."Aku telah jadi teman berbagi kepahitan dengannya, tapi aku bahkan tak bisa peka untuk menyadari. Kepahitan yang justru aku sendirilah penyebab dari itu semua." Adnan mulai meracau menyalahkan diri sendiri."Ad, kapan kau aka

  • Konspirasi Cinta Pertama   Konspirasi Nayra

    Sudah sebulan lebih sepasang suami istri itu dilanda perang dingin. Mereka hanya bicara satu sama lain ketika ada Ayub di tengah-tengah mereka atau saat ada orang luar yang datang bertamu.Seperti saat ini, mereka hanya diam dalam sekat ruang yang sama. Karina dengan novel tebal di tangan dan Raka dengan game di Hp-nya. Mereka laksana sepasang merpati terbang rendah yang tak saling menyapa.Suara ketukan dari arah pintu membuat Karina dan Raka yang tengah duduk berjauhan di ruang tamu seketika kompak menatap ke arah yang sama. Karina bangkit membuka pintu, untuk sejenak dia mencoba berdiskusi dengan akal sehatnya. Melihat Adnan berdiri mematung di ambang pintu membuat otak Karina bleng."Adnan, ka, kau ...?" tanya Karina dengan separuh nyawa yang tak lagi menetap.Wanita yang kini tengah mengenakan hijab hijau lemon itu panik bukan main, dia bisa mati berdiri kalau kedua pria ini bertemu. Raka

  • Konspirasi Cinta Pertama   Pertengkaran

    Usai makan malam bersama semua anggota keluarga mertuanya, Raka memboyong istri dan anaknya pulang. Ayub sudah keburu tidur di atas motor ketika mereka sampai. Raka mengambil alih putranya dari pangkuan Karina dan menggendong bocah itu hati-hati takut dia terbangun.Karina bergegas membuka pintu pagar dan pintu rumah, membiarkan Raka masuk lebih dulu. Tak ada percakapan ataupun gelak canda tawa romantis, seperti yang selalu tercipta di keluarga kecil mereka dulu. Hanya ada kebungkaman satu sama lain. Ada jarak tak kasat mata di antara mereka.Tepat saat tangan Karina sudah menyentuh stang motor, Raka muncul di ambang pintu, memintanya turun. Karina yang memang malas berdebat langsung patuh, dia memutar tubuh untuk menutup pintu gerbang.Tatapan mata mereka bertabrakan ketika Karina kembali masuk ke dalam ruang tamu. Raka sudah duduk di sana menatap tajam dengan tangan ditepuk-tepukkan pada paha. Karina membuang muka hend

  • Konspirasi Cinta Pertama   Air Mata Papa

    Karina bergegas turun dari motor ketika Kayra sudah berdiri menatap di ambang pintu dengan tatapan seolah melihat setan. Karina melangkah ragu menghampirinya pun saat tiba-tiba adiknya itu menghambur memeluknya dengan terisak."Kak, aku pikir aku akan kehilangan Kakak untuk selama-lamanya. Aku pikir aku akan kehilangan Kanseku!" ucapnya dengan bahu terguncang dalam pelukan Karina, membuat air mata Karina ikut luruh."Karin, Kau!?" pekik papanya dari dalam membuat Karina mengangkat wajah menatap pria tua itu dengan tubuh gemetar ketakutan.Pria tua itu melangkah maju menyingkirkan Kayra dari pelukan Karina dan memeluk putri sulungnya dengan erat, seolah Karina akan pergi jauh dari kehidupan mereka selamanya. Karina kaget dengan perlakuan papa yang tadinya dia pikir dirinya akan diamuk dan dimarahi habis-habisan, tapi justru diperlakukan sehangat ini."Jangan pernah pergi lagi, Nak! Kau bisa memb

  • Konspirasi Cinta Pertama   Amarah

    Karina melangkah ragu melintasi pagar, berdiri mematung di ambang pintu rumah sendiri. Menghela napas panjang dan menghembuskannya kasar. Sebelum dia memutuskan untuk masuk rumah menyeret koper dengan malas.Tepat saat akan masuk rumah, Raka dengan hanya menggunakan celana bokser pendek warna merah dengan baju kaos longgar berwarna putih, mendongak padanya. Pria itu tengah sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Melihat wanita yang begitu dia rindui itu membuat Raka berdiri mematung menatap Karina. Lama mereka terpaku satu sama lain.Raka menatap wanitanya penuh rindu, tapi tidak dengan Karina. Dia menatap Raka dengan amarah yang berkecamuk dalam dada. Wanita itu tidak bergerak karena pikirannya tengah sibuk mencerna untuk apa suaminya ada di sini, bukankah seharusnya saat ini dia di Surabaya mengangkangi wanitanya yang sangat cantik itu.Setelah Karina bisa menguasai situasi, dia berjalan masuk ke

DMCA.com Protection Status