"May! Tunggu May!" seru Adam mengejar Mayla yang baru saja ingin masuk ke mobilnya."Apalagi Mas? Belum puas kamu dan teman pengacaramu itu memfitnah aku di persidangan tadi? Benar-benar keterlaluan ya kamu Mas! Pantas saja temanmu itu sikapnya selalu jutek kalau bertemu denganku. Ternyata gara-gara mulut lemesmu itu," geram Mayla."Tapi kan aku tidak bohong, memang kamu sekarang sedang dekat dengan Hilman 'kan?" ujar Adam membela diri."Sembarangan kamu Mas! Mas Hilman hanya rekan kerjaku, tidak lebih! Jadi jangan kamu coba-coba mau memutar balikkan fakta. Kalau kamu sampai melakukan hal ini lagi, aku akan sebarkan video saat aku menggerebek kamu dan Arumi di hotel. Kita lihat siapa yang akan menang!" tantang Mayla.Adam terkejut mendengar Mayla memiliki video penggerebekan dirinya saat mesum di hotel dengan Arumi. "Beneran kamu punya videonya May?""Iya, mau aku berikan ke Pak hakim sekarang?" tantang Mayla lagi."Jangan May aku mohon," Adam memelas."Mengapa tidak boleh? Kamu dan A
Mayla tersenyum puas, rasanya ia senang sekali bisa membuat Adam menjadi panik setengah mati. Padahal kalau boleh jujur, Mayla sebenarnya sama sekali tidak mempunyai video saat ia dulu memergoki Adam dan Arumi berbuat mesum di hotel.Saat itu, jangankan sempat untuk merekam, kaki dan tangan Mayla saja terasa bagai jelly yang bergetar. Bisa menahan emosi untuk tidak membunuh keduanya saat itu saja sudah merupakan suatu anugrah buat Mayla.Tapi Mayla sangat tahu bagaimana isi di kepala Adam dan Arumi yang licik dan culas itu. Mereka yang dasarnya memang culas pasti akan berusaha supaya Mayla tidak mendapatkan apapun setelah bercerai dari Adam nanti. Makanya mereka memutar balikkan fakta di persidangan. Menuding Mayla yang berselingkuh dari Adam.Untung saja Mayla cerdas, ia terus berpikir terkait hal apa yang bisa membuat Adam menyerah pada dirinya, dan terbukti sekarang Mayla berhasil.Mayla menghentikan mobilnya di sebuah cafe. Perutnya sudah terasa lapar sekali dan minta diisi. Tadi
Mayla sangat panik saat mengetahui Alex tidak ada di tempat biasa dimana dia menunggu Mayla menjemputnya. Mayla memang sedikit terlambat menjemput karena meeting dengan klien penting dari Kalimantan lumayan memakan waktu lama."Pak, lihat Alex nggak? Kok dia nggak ada di tempat biasa saya menunggunya?" tanya Mayla pada penjaga sekolah."Wah, saya nggak tahu Bu, tadi Alex masih nungguin disini kok sama 2 temannya yang juga belum dijemput. Karena perut saya sakit, saya tinggal mereka ke toilet sebentar, lah kok nggak ada ya?" jawab penjaga sekolah bingung.Semakin cemaslah Mayla dibuatnya, "Duh, kemana Alex ya Pak?""Tenang Bu Mayla, biar saya cari dulu ya Bu, siapa tahu Alex pergi ke kantin beli minuman," ujar penjaga sekolah.Mayla mengangguk, "Iya Pak, saya juga akan mencarinya di lapangan, siapa tahu Alex bermain disana."Mayla bergegas menyusuri koridor sekolah, berjalan ke sebelah kanan tempat lapangan olahraga berada. Namun tak nampak jagoan kecilnya itu disana.Mayla kembali berj
"Loh ini kan Pak Wirya, keponakan pemilik yayasan ini," seru Bu Mulyani."Wi-Wirya," lirih Mayla. Di layar komputer itu jelas terlihat kalau Alex yang terlihat lesu tampak gembira saat melihat kehadiran Wirya, mereka bercanda sebentar sampai akhirnya Wirya menggendong Alex dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.Dengan cepat Mayla membuat panggilan dengan Waluyo~Bosnya. Mayla ingin menanyakan terkait nomor ponsel Wirya. Entah apa maksud pengacara itu membawa Alex bersamanya."Halo Pak!""Iya Mayla, ada apa?""Boleh saya tahu nomor pengacara Bapak yang bernama Wirya Sasongko itu. Ada yang ingin saya bicarakan dengannya Pak," ujar Mayla."Oh boleh May, sebentar ya, nah ini nomornya, 08124555****," jawab Waluyo."Baik Pak terima kasih.""Sama-sama Mayla."Tak ingin membuang waktu, Mayla langsung membuat panggilan ke nomor yang sudah diberikan oleh Waluyo tadi. Nomor Wirya, pengacara yang sudah membawa Alex pergi bersamanya."Halo," suara Wirya terdengar."Halo, ini aku Mayla Mas. Aku ma
"Mas, aku telat dapet lagi bulan ini," sungut Arumi seraya menghempaskan tubuhnya ke kasur. Menenggelamkan wajahnya ke atas bantal."Ya sudah, coba kamu beli testpack dulu Sayang. Mudah-mudahan kamu tidak hamil," respon Adam sambil terus memperhatikan gambar design proyek yang sedang ia kerjakan."Kalau aku hamil gimana?""Ya nggak apa-apa, kan aku tanggung jawab, toh sebentar lagi juga kita akan menikah.""Memangnya kapan kita akan menikah?" tanya Arumi lagi."Segera setelah perceraianku dan Mayla resmi disahkan pengadilan Sayang.""Emm masih lama nggak itu?""Nggak kok, paling beberapa minggu lagi, sabar ya Sayang.""Memangnya Mas sudah bilang sama orangtua Mas di Surabaya kalau Mas sudah bercerai dengan Mayla dan akan segera menikah denganku?"Adam terdiam sejenak. Hal itulah yang menjadi salah satu beban pikirannya sekarang. Bagaimana cara memberitahu orangtuanya kalau ia dan Mayla sedang proses perceraian.Mayla merupakan menantu kesayangan Ibunya Adam. Di mata Ibunya, Mayla soso
Mayla menatap sedih pada jemari mungil yang kini harus terpasang jarum infus. Perlahan mata bocah kecil yang menjadi penyemangat hidup Mayla itu terbuka. Alex tampak memaksakan senyum meski tubuhnya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. "Mommy, where am I?" Bola mata hazel itu mengerjap lucu."Kamu sekarang sedang ada di rumah sakit Sayang. Are u okey?" tanya Mayla."Kepalaku pusing Mommy, aku haus," jawab Alex."Sebentar ya mama ambilkan minum. Nah ini minumnya Sayang." Mayla memberikan satu botol kecil air mineral pada Alex."Where's Daddy? I Miss Him," ujar Alex.Mayla terdiam, sejujurnya ia merasa sedih, di usia sekecil Alex, ia harus mengalami hal yang bahkan belum bisa ia mengerti. Kedua orang tuanya bercerai. Awalnya Mayla mencoba untuk tidak egois, ada setitik rasa ingin memilih bertahan. Tapi ternyata Mayla tidak sekuat itu, ia tidak bisa menahan rasa sakit dikhianati oleh orang yang selama ini dipercaya dan sangat ia cintai.Mayla menyerah, ia hanya bisa berdoa semoga b
Mayla merasa kesal lantaran Adam ternyata datang ke rumah sakit bersama Arumi. Tidak! Bukannya Mayla cemburu tapi dirinya hafal betul dengan perangai Arumi. Perempuan yang rela bermuka dua demi mendapatkan keinginannya.Mayla tidak mau kalau kehadiran Arumi membuat Alex menjadi tidak nyaman. Dulu saja saat Arumi masih bersahabat dengan Mayla, Alex sudah tidak suka jika Arumi ada di rumah. Apalagi sekarang."Mas, kok kamu ajak Arumi sih kesini," ujar Mayla pelan takut terdengar Alex. Sedangkan Arumi dengan tak ada malunya langsung nyelonong ke dalam."Kenapa May? Kamu cemburu?" ujar Adam tak tahu malu."Sedikitpun aku nggak ada ya Mas rasa cemburu lagi sama kamu dan Arumi. Yang aku takutkan hanya perasaan Alex, dia dulu saja sudah tak nyaman dengan Arumi apalagi sekarang," semprot Mayla."Maaas kemari dong, ini Alex sudah bangun," panggil Arumi dengan suaranya yang dibuat manja.Mayla langsung duduk di samping Alex, membelai rambut putranya itu yang seperti dugaannya tampak tidak nyam
Mayla bernapas lega, setelah hampir satu jam nonstop berkutat dengan laptopnya, akhirnya laporan keuangan bulanan Sky Value selesai juga. Mayla harus cepat mengerjakannya lantaran hari ini ia akan menghadiri sidang putusan cerai di pengadilan.Mayla sangat berharap hasil sidangnya nanti sesuai dengan yang Mayla harapkan. Meski ada sedikit kepedihan di hati Mayla. Karena jika resmi diputuskan hakim, hari ini Mayla akan resmi menjadi janda. Status yang sama sekali tak pernah kepikiran untuk ia sandang.Mana ada di dunia ini perempuan yang mau jadi janda? Jika bukan karena keadaan yang membuat mereka untuk memilih status yang bagi sebagian orang kerap dipandang sebelah mata.Sungguh, jika boleh memilih, pasti semua perempuan di dunia ini menginginkan rumah tangga yang bahagia, tanpa kehadiran pelakor yang mengganggu keharmonisan keluarga. Tapi memang terkadang takdir tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan bukan?Kini Mayla hanya mencoba untuk melanjutkan hidupnya dengan lebih baik. M
"Ayo turun Sayang! Kita sudah sampai di rumah sakit," ajak Adam melihat Arumi yang nampak masih terpaku, dan seakan tidak berniat untuk turun dari mobil."Kamu beneran yakin kalau Bapak sama Ibu kamu sudah bisa menerima kehadiran aku jadi istri kamu Mas?" tanya Arumi ragu. Matanya melirik malas pada para pengunjung yang tampak lalu lalang di pelataran parkir rumah sakit.Adam menghela napas panjang, "Yakin Rum, soalnya mau gimana pun kerasnya mereka menolak, kenyataannya kamu itu memang sudah jadi istriku sekarang. Ibu dari calon anakku yang sedang kamu kandung. Dan kamu jangan takut Rum, aku akan selalu ngebelain kamu kok. Jadi kamu jangan cemas ya. Yuk kita turun," ujar Adam mencoba meyakinkan istrinya."Iya deh, tapi ee..Kenapa kita nggak langsung ke rumah orang tua kamu aja sih Mas, ngapain kita ke rumah sakit. Aku capek, mau istirahat.""Ya ampun Sayang. Apa kamu lupa? Sekarang kan Ibu lagi sakit dan dirawat di rumah sakit ini. Jadi kita besukin Ibu dulu. Kan memang kita kemari t
Wirya senyum-senyum sendiri melihat Mayla yang masih tampak cemberut sejak tadi. Sejak Diana berlalu dari hadapan mereka, kekasihnya itu hanya diam saja dan hanya mengaduk-aduk makanan di hadapannya. Ia tahu kalau Mayla pasti masih bertanya-tanya di dalam hati tentang sosok Diana."Sayang... Makanannya kok cuma diaduk-aduk aja dari tadi?""Lagi nggak laper Mas, udah kenyang.""Ya nggak mungkinlah, belum juga dimakan udah kenyang, malam ini kan kamu belum makan apa-apa May. Aku nggak mau kamu sakit. Alex juga pasti sedih kalau Mommy-nya jatuh sakit.""Udah makan kok, baru aja," jawab Mayla pelan tanpa melihat ke arah Wirya."Makan apa? Makanan yang kita pesan aja cuma kamu aduk-aduk doang dari tadi.""Makan hati " cebik Mayla.Wirya tersenyum seraya meraih jemari Mayla lalu menggenggamnya erat. "Pasti ini karena kehadiran Diana kan?" tanya Wirya lembut."Kamu nggak pernah cerita sama aku.""Kan kamu nggak pernah nanya. Lagian dia cuma masa lalu Sayang. Kamu masa sekarang, dan masa dep
Mayla tertegun menatap sosok perempuan di hadapannya. Tingginya hampir sama dengan dirinya, namun perempuan ini memiliki wajah khas blasteran. Rambutnya pirang namun bola matanya berwarna hitam. Tubuhnya sintal dan karena mengenakan gaun yang menurut Mayla cenderung seksi dengan belahan gaun hingga menampakkan paha putih mulusnya serta kerah rendah yang membuat belahan dadanya bahkan sebagian kulit payudaranya yang putih menyembul keluar. Mayla harus mengakui, perempuan di hadapannya ini bisa dibilang cantik dan seksi.Namun bukan hal itu yang menjadi perhatian Mayla sekarang. Tapi cara perempuan itu memandang Wirya yang membuatnya menjadi tanda tanya besar dalam diri Mayla. Sebagai seorang perempuan, Mayla sangat mengerti bagaimana cara perempuan saat memandang orang yang sangat dia cintai. Dan itu terlihat jelas dari perempuan ini saat memandang Wirya!Mayla melirik ke arah Wirya. Sayup-sayup ia mendengar bibir kekasihnya itu menggumam dan menyebut sebuah nama, dan ia masih bisa san
Mayla bergegas mematikan laptop di hadapannya lalu membereskan berkas yang ada di mejanya. Tak sabar ingin segera pulang. Hari ini memang cukup melelahkan, banyak laporan keuangan yang harus Mayla cek. Lantaran Arga sedang membuka cabang baru Sky Value di kota lain.Trrrrt.. Trrrrt.. Trrrrt..Mayla tersenyum menatap layar ponselnya, pesan dari Wirya.[Sayang, aku udah nunggu di parkiran ya..][Iya Mas, bentar lagi aku turun kok, sabar ya][Iya Sayang. I love U]Mayla langsung meraih tasnya dan bangkit dari duduknya."Pulang bareng yuk May," ajak Hilman yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Mayla."Aku udah dijemput Mas Wirya kok Mas, makasih ya," tolak Mayla halus."Oh, jadi kamu beneran sudah punya hubungan sama pengacara sombong itu May?""Iya Mas. Kamu nggak boleh menilai Mas Wirya seperti itu. Mas Wirya orang yang sangat baik.""Berarti kamu bohong dong sama aku, kamu bilang belum mau mikirin soal asmara dulu. Kamu waktu itu nolak aku, tapi rupanya kamu malah nerima cint
Wajah Arumi mendadak pucat pasi saat melihat Adam sudah berdiri di dekatnya dengan pandangan mata yang terlihat serius."Eh Mas Adam, ngagetin aja.""Kamu belum jawab pertanyaan aku Sayang, ritual apa yang kamu maksud? Terus kamu itu sekarang sedang bicara sama siapa?" Adam menatap tajam Arumi.Arumi menghembuskan napas perlahan. Mendengar ucapan Adam tadi, ia jadi sedikit lega. Sepertinya Adam tidak terlalu banyak mendengar apa yang tadi Arumi sedang obrolin sama Mita di telepon."Oh itu. Aku sama Mita lagi ngebahas tentang ritual eee...Ritual tujuh bulanan aku nanti diadakan dimana, gitu loh Mas," bohong Arumi.Adam mengerenyitkan dahinya, merasa tak yakin dengan jawaban Arumi. "Beneran kamu cuma lagi ngomongin itu Sayang?"Arumi mencoba untuk bersikap sewajar mungkin supaya Adam tidak curiga. "Bener dong Sayang, masa kamu nggak percaya sama aku sih. Aku ini kan istri kamu," ujar Arumi dengan muka cemberut.Adam masih terlihat ragu, "Tapi kamu kan belum pernah bicarain ritual tujuh
"Sayang, aku ada tugas ke luar kota selama dua hari. Kamu nggak apa-apa kan kalau aku tinggal sendirian di rumah?" Adam menghampiri Arumi yang sedang minum susu khusus untuk wanita hamil."Ke kota mana Mas?" tanya Arumi."Surabaya, sekalian aku mau nengok kondisi Bapak sama Ibu. Atau kamu mau ikut Sayang?"Arumi berpikir sebentar, "Ya udah deh aku ikut aja Mas. Tapi apa Ibu sama Bapak kamu sudah mau nerima aku Mas?""Tenanglah Sayang, aku lebih paham betul sifat kedua orang tuaku. Aku yakin lambat laun mereka pasti bisa menerima kamu sebagai menantu mereka. Tapi kamu juga harus belajar jadi menantu dan istri yang baik. Jangan terlalu manja Sayang," ujar Adam.Arumi memanyunkan bibirnya, "Oh jadi Mas nggak suka nih kalau aku manja-manja sama Mas?"Adam tersenyum lalu merengkuh tubuh Arumi dan diletakkannya di pangkuannya. "Sayang, tentu saja aku senang dan gak apa-apa kalau kamu itu manja sama aku, karena aku suami kamu. Tapi kan gak semua orang bisa menerima sifat manja kamu itu. Jadi
Arga duduk dengan gelisah di ruangan kerjanya, sesekali ia berdiri lalu mengintip dari jendela. Lalu duduk lagi dan mendengus kasar. Diseruputnya segelas coklat hangat yang ada di atas meja, lumayan bisa meredakan sedikit hatinya yang gelisah.Bukan tanpa sebab ia begini. Ia sedang gelisah menunggu kehadiran Mayla. Tadi ia berpesan pada Rahayu, jika Mayla sudah masuk ke kantor, langsung suruh datang ke ruangan Arga. Namun hingga kini belum juga tampak batang hidungnya.Arga merasa tak sabar lalu melangkah keluar, menemui Rahayu yang tampak masih membenahi berkas di meja kerjanya."Yu, kamu sudah sampaikan pesan saya untuk Mayla kan?""Sudah Pak. Tadi saya titip pesan ke Bu Dewi yang satu ruangan sama Bu Mayla," jawab Rahayu. Dalam hati ia merasa kesal karena mengapa semua cowok yang ia taksir malah selalu tertarik pada Mayla. Dulu Wirya, dan sekarang Arga. Jelas sekali terlihat kalau atasannya ini menaruh hati pada Mayla, Rahayu bisa melihat dari sorot matanya dan sekarang, Arga begit
Sesosok perempuan paruh baya tampak terbaring lemas di atas ranjang pasien rumah sakit. Ditangannya terpasang selang infus. Begitu pula di hidungnya, terpasang alat bantu pernapasan. Wajahnya terlihat pucat dengan mata yang masih terpejam."Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" tanya seorang lelaki paruh baya yang tak lain adalah Purnomo, ayahnya Adam dengan raut wajah yang tampak sangat khawatir."Istri Anda sekarang ini sangat memerlukan istirahat yang cukup, kondisinya sekarang memang sudah cukup stabil, jangan terlalu khawatir. Tapi keadaannya masih harus terus dipantau," jawab dokter dengan lembut."Sebenarnya Ibu saya ini sakit apa Dok? Kenapa ibu saya bisa sampai drop seperti ini Dok? Saya sangat khawatir," ucap seorang perempuan cantik sambil menangis."Pertama-tama, kami akan melakukan tes dan diagnosis tambahan untuk memastikan kondisi ibu Anda. Mohon jangan menyerah dan tetap memohon pada Tuhan agar ibu Anda bisa pulih. Hingga kami mendapatkan hasil tes, sebaiknya Ibu Hild
Wirya kini merasa sudah kembali bersemangat untuk bekerja lantaran permasalahannya dengan Mayla sudah selesai. Mayla sudah memutuskan untuk tetap menjalani hubungan asmara bersama Wirya, dan itu benar-benar membuat Wirya sangat bahagia."Wirya!"Satu suara yang sangat ia kenal membuat Wirya harus menghentikan sejenak rasa bahagianya atas kembalinya Mayla ke pelukannya."Bunda.." ujar Wirya terkejut."Ya kenapa? Kamu kaget Bunda datang kemari? Kamu mau musuhi Bunda cuma gara-gara janda tak tahu diri itu?" semprot Heni.Wirya mendengus kesal, mengusap wajah perlahan demi menghilangkan rasa emosi yang muncul di dadanya sekarang. Dia juga kesal pada Mirna yang tidak memberi tahu kalau ibundanya datang. Tapi karena cukup tahu bagaimana sifat ibundanya. Wirya cukup maklum. Pasti Heni yang sudah menyuruh Mirna menuruti kemauannya."Please Bunda, aku lagi banyak kerjaan sekarang. Banyak kasus yang harus kutangani. Jadi tolong Bunda jangan nambah-nambahin pikiran aku dong Bun," jawab Wirya."B