Hai, readers. Aku buat cerita flashback dulu ya. Supaya kalian gak bingung dan bertanya-tanya. Terima kasih sudah mau mampir. Saranghaeeđ€
Part 22 Season 2 "Apa maksud kamu, katakan aku gila, Santi? Kalau aku membantu kakakmu itu, itu baru yang dikatakan gila." Agung bersikeras. "Enak saja kamu, Mas. Kamu katakan Mas Aditya gila?" "Ya, kangmasmu itu memang sudah gila! Kamu lupa, berapa banyak yang sudah aku berikan untuk membantu Mas Aditya? Lihat, apa yang sudah dihasilkan dari bisnis-bisnis fiktif dia? Semua itu cuma bohong, karena uangnya habis dihambur-hamburkan untuk foya-foya berjudi dan main perempuan," jelas Agung panjang lebar. Santi terdiam, membenarkan. Tapi, ia tak sudi untuk mengakui hal itu di depan Agung--suaminya. Karena bagaimanapun juga, Aditya itu kakak laki-laki satu-satunya, yang dimiliki Santi. "Apa, kenapa kamu diam? Kamu gak terima, kalau aku berkata demikian tentang kakakmu yang penjudi itu?" "Cukup, Mas! Aku gak suka kamu menghina Mas Aditya. Dia itu kangmasku! Cuma dia saat ini satu-satunya yang aku punya." Santi menyorot tajam pada Agung yang terlihat cuek. "Gak usah membela kangmasmu
Part 23 Season 2 "Ternyata seperti itu ceritanya. Kenapa kamu gak pernah cerita padaku, Mas? Lima belas tahun kamu menyimpan semua ini sendiri?" Nining menanggapi cerita Danu sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku gak mau kamu jadi kepikiran soal ini, Dek. Biarlah ini jadi rahasiaku saja. Karena aku gak menyangka, semua ini terbuka juga pada akhirnya." Danu memijat dahinya. "Apakah ini akan berimbas pada Kania, Mas? Seperti yang Rahma lakukan dulu pada anak kita?" tanya Nining lirih. Danu masih memijat dahinya seraya menggeleng dan mengangkat bahu. "Entahlah, Dek. Aku melihat sikap dingin Mbak Santi tadi, membuat perasaan tak enak menghampiri. Sikap bingung Kania tadi, menghadirkan tanda tanya besar untukku. Seperti ada yang dirahasiakan," duga Danu. Nining mengangkat bahunya. "Entahlah, Mas. Aku juga menyimpan firasat gak baik. Apakah Mbak Santi akan menjadi pengganti Rahma yang kejam dalam memperlakukan Kania?" ** Mendung bergelayut di langit yang mulai diselimuti warn
KITA BELI KESOMBONGAN SUAMIKU PART 24 SEASON 2 Kania menatap punggung lelaki yang berjalan tanpa kata, menuju kamar mandi. Hanya sebuah helaan napas yang sempat ia tinggalkan sebelum beranjak. Apa sebenarnya yang disembunyikan Abimanyu? Dari mata dan gerak-gerik, Kania membaca ada yang tidak beres dengan pria itu. Kali ini, Kania yang terdengar menghela napas dalam, karena tak kunjung mendapat jawaban. Kesal rasanya, batin Kania. Melintas sebuah ide di benak Kania, untuk membeli sebentuk oleh-oleh dari aplikasi belanja online. Tinggal memikirkan bentuk oleh-oleh apa yang cocok untuk diberikan pada ibu mertuanya. Kania mengabaikan sementara kebingungan tentang sikap Abimanyu. Wanita berlesung pipi itu meraih ponsel di nakas. Mencari toko yang menjual oleh-oleh buatan kota dewata, Bali, agar sama seperti Danu dan Nining. Sebuah tas yang harganya sangat mahal, menjadi pilihan Kania untuk diberikan pada ibu mertuanya. Di samping itu, Kania juga memilihkan beberapa aksesoris khas Bali
Part 25 Season 2 âKamu mau ke mana?â tanya Santi, melihat Kania yang sudah berpakaian rapi. âMau ke pabrik, Bu. Aku dan Mas Abimanyu izin cuti hanya dua minggu sebenarnya. Tapi, karena keasyikan liburan bulan madu, malah ditambah jadi sebulan,â sahut Kania seraya membetulkan jarum pentul di bawah dagunya. Santi mendengus sinis. âAku yakin, itu kamunya saja yang mau menambah masa liburan. Kamu lihat, akhirnya Abimanyu yang kebingungan mengatasi cek stok sendiri. Mana si Dani lagi sakit. Seharusnya, kamu sebagai istri mengerti dengan pekerjaan suami kamu.â Kania tertegun mendengar omelan Santi. Beberapa hari sudah tinggal seatap bersama, ia semakin bisa mencium rasa ketidaksukaan sang ibu mertua padanya. Apakah ini alasan ibu mertuanya itu tidak hadir di akad dan resepsi pernikahannya? Apakah alasan sakit itu hanya sebuah kebohongan belaka, untuk menutupi keadaan yang sebenarnya? âHeh, kenapa ngelamun?â bentak Santi, membuat Kania tersentak. âSudah sana pergi!â âIya, Bu.â Kania seg
Part 26 Season 2Gudang penyimpanan untuk petugas kebersihan, menjadi pilihan Kania. Cepat-cepat wanita berpashmina itu masuk, sebelum Abimanyu menemukan dirinya.Akhirnya, air mata itu sudah tak terbendung dan jatuh ke sudut bibir. Ia memang belum tahu siapa wanita yang memeluk suaminya tadi. Setidaknya, biarkan ia untuk menenangkan hatinya sejenak, sebelum berbicara serius dengan Abimanyu.âKania ⊠Ya, Allah, kamu di mana?â gumam Abimanyu gusar. Matanya memindai sekeliling. Tidak terlihat jejak ke mana istrinya pergi. Hanya aroma parfumnya yang tersisa di lorong itu.âSudahlah, Mas. Ngapain lagi dia dikejar? Bukankah lebih baik dia pergi, sehingga ada ruang untuk kita bersama?â Kembali Liana mencoba untuk memeluk pinggang Abimanyu dari belakang.âLepas!â Abimanyu menepis tangan Liana, kasar. âJangan pernah bermimpi, kamu bisa menghancurkan rumah tanggaku dan Kania.ââSemudah itu kamu melupakan kisah kita, Mas?ââKamu pikir, aku sebegitunya mencintai kamu, sehingga aku gak bisa melup
Part 27 Season 2 Plak! Kania membalas tamparan Liana, dua kali lipat lebih kuat. âMemangnya, kamu siapa? Kamu pikir aku takut sama kamu? Gak sama sekali!â âBerani banget kamu!â Liana menatap tajam ke arah Kania, sambil memegangi pipinya yang terasa memanas. Rahangnya pun terasa nyeri akibat pukulan yang tepat mengenai rahang di bawah telinganya. Perempuan ini tidak selemah yang dipikirkannya. âKenapa, kamu pikir, aku akan diam saja, sementara ada yang berusaha menghancurkan kebahagiaan rumah tanggaku? Jangan mimpi, Liana!â Begitu jelas nama itu disebutnya. Nama yang sempat ia dengar di gudang tadi. Tangan Liana terayun sekali lagi, namun dengan sigap Kania menangkap tangan putih mulus itu, sampai tertahan di udara. âTanganmu ringan banget, ya. Gampang banget menampar orang lain.â Wajah Liana semakin memerah, mendapat perlawanan yang terasa membuatnya kehilangan harga diri. Belum lagi ada beberapa karyawan yang mengintip keributan mereka. âKali ini kamu boleh merasa menang, Kan
Part 28 Season 2 Pandangan terasa sangat berputar-putar secara tiba-tiba. Karena sempoyongan, Kania cepat bersandar pada tembok, sebelum tubuhnya limbung ke lantai. âKenapa, Bu?â Ayuâsekretaris Abimanyu yang baru dengan sigap menangkap tubuh Kania. Ia baru saja mengantar laporan ke ruangan Abimanyu, lantas melihat istri sang atasan terlihat sempoyongan. âGak tahu, nih. Tiba-tiba, terasa mual dan pusing. Uweeekkk ⊠Tolong, antarkan saya ke toilet dulu. Saya mau muntah,â pinta Kania sambil menutup mulutnya. âBaik, Bu. Hati-hati.â Ayu menuntun Kania menuju kamar mandi yang tak jauh dari gudang kebersihan. Sebisa mungkin, Kania menahan keinginan untuk muntah. Padahal, perutnya sudah terasa seperti menolak-nolak ke atas. Setiba, di kamar mandi, Kania berjalan cepat menuju washtafel. Rasa mual tadi sudah tidak bisa ditahan. Kania segera memuntahkan seluruh isi perutnya di sana. Entah apa yang membuat perutnya seperti ini. sementara ia tidak memiliki riwayat asam lambung atau sejenisnya.
PART 29 SEASON 2 Irama jantung Kania terdengar berpacu lebih cepat dari batas normal biasanya. Hatinya begitu menyimpan harap pada benda kecil di tangannya. Namun, harapan itu segera ditepisnya. Khawatir, jika bukan dua garis yang muncul di sana, maka, hatinya harus patah sepagi ini. Rasanya lama sekali waktu berjalan, hanya untuk membuktikan hasil tes urine pertamanya pagi itu. Kania sudah tidak sabar ingin berteriak, jika memang dua garis yang muncul di sana. âAllah, Allah, ya, Allah.â Kania berujar seraya menutup mulutnya, melihat hasil yang ke luar di alat tes kehamilan di genggamannya. âYa, Allah, alhamdulillah âalaa kulli haal.â Tak kuasa menahan rasa haru, Kania sampai menitikkan air mata bahkan sampai menangis sesegukan. Abimanyu yang menyadari sang istri tidak ada di sampingnya, bergegas mencari ke kamar mandi. Alangkah terkejutnya lelaki itu, mendapati sang istri tengah menangis sesegukan di dekat washtafel. âSayang, kamu kenapa?â Abimanyu menghampiri istrinya yang masih
âTerima kasih atas semuanya, Nia,â ucap Arman setelah pemakaman selesai. Dia harus kembali ke tahanan, kembali menghabiskan hari-harinya di sana untuk sisa enam bulan ke depan.âYa,â jawab Kania singkat tanpa sedikitpun menoleh.Arman hanya bisa menelan ludahnya yang terasa pahit. Sebenci itu Kania padanya. Bahkan melirik saja pun tidak.âSampai jumpa lagi nanti, Nia. Semoga saja sang pemilik semesta masih memberiku kesempatan untuk hidup dan kita bertemu lagi.âKania berdecak sinis. âAku malah berdoa, agar Allah mencampakkanmu sejauh-jauhnya dari hidupku dan Indah. Sumpah, aku gak sudi melihatmu, apalagi bertemu.â Puas sekali Kania meluapkan perasaannya di depan laki-laki yang sudah menyakitinya selama lima tahun lebih pernikahan mereka.Arman hanya mend*sah pilu. Memang sudah merupakan kesalahannya, sehingga benar-benar benih kebencian tersemai di hati Kania.âSudah, Arman. Kita harus balik ke rutan,â ujar salah seorang pria berseragam lengkap.Arman menurut dan melangkahkan kakinya
Entah berapa lama mereka di sana. Kania tak tahu. Dia memilih untuk tidak peduli dan tak mau tahu. Kalau bukan karena suaminya yang seakan sok berhati malaikat, dia pun tak sudi mengurusi jenazah Bu Rahma. Wanita itu sendiri yang sudah menyemai benih kebencian dan meninggalkan bekas luka yang mendalam. Tak hanya pada dirinya, tetapi juga pada Indah, cucunya sendiri.âSudah selesai, Sayang.â Abimanyu menghampiri Kania yang memilih menunggu di luar bersama Indah dan Keisha, sambil memandangi kolam ikan kecil yang berada di samping dapur tempat para tahanan wanita.âBaguslah, Mas. Aku sudah bosan berada di sini.â Kania tidak bisa menyembunyikan rasa ketidaksukaannya.âKania.â Abimanyu menarik tangan Kania pelan.Kania menghentikan langkahnya. Tapi, ia tetap tidak menoleh.âMas tahu apa yang kamu rasakan saat ini. Mas juga tahu, memaafkan sesuatu yang pernah sangat menyakiti kita juga gak mudah. Mas gak akan memaksa kamu, kok.â Abimanyu sangat lembut dan hati-hati sekali dalam berbicara.
Demikian pula dengan Kania. Pesona sang suami semakin terpancar. Tak henti-hentinya batinnya mengucap syukur, telah diberikan suami seperti lelaki yang tengah memegang lingkar kemudi di sebelahnya. Sang pemilik semesta benar-benar memberikan ganti yang tepat, untuk menjadi imam dunia akhirat bagi Kania dan Indah. "Ya sudah kalau begitu. Bapak titip anak bapak dan calon cucu bapak ke kamu, ya, Nak Abi.""Njih, Pak. Insya Allah, Kania dan Indah akan aku jaga dengan sangat baik." "Bapak percaya kamu, njih. Bapak tutup dulu teleponnya, ya. Bapak mau nyusul ibumu ke sawah. Assalamu'alaikum, salam untuk Kania, ya.""Wa'alaikumussalam. Njih, Pak."Setelah obrolan melalui sambungan whatsapp berakhir, Abimanyu meletakkan kembali ponselnya ke tempat semula. Dilayangkannya pandangan ke wanita berdagu terbelah yang menatapnya lekat. "Kenapa ngeliatin mas seperti itu?" tanya Abimanyu, lantas sesekali kembali memfokuskan pandangan ke jalan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku semakin merasa beruntung puny
Season 2 Part 30 Kania mengangkat bahu. "Entahlah, aku juga tidak tahu pasti, Mas. Karena Mas Arman belum menjelaskan tentang itu. Mas Arman cuma meminta bantuan kita. Kakak dan adiknya sudah tidak bisa dihubungi sama sekali lagi. Jadi, Mas Arman butuh bantuan kita untuk mengurus jenazah ibunya."Arman terdiam. Lelaki itu tampak tengah berpikir. "Bagaimana, Mas? Apakah kamu mau membantu Arman?" tanya Kania lagi dengan sangat berhati-hati. Ia takut, suaminya tersinggung. "Ya, sudah. Kita bantu dia. Mengurus jenazah itu termasuk fardu kifayah. Apalagi, tidak ada yang mau menguruskan jenazah itu. Termasuk tanggung jawab kita sebagai sesama muslim. Apalagi almarhum itu neneknya Indah."Kania mengembuskan napas lega, sekaligus ia kagum pada sosok pria yang sudah menjadi suaminya tersebut. Terbuat dari apa hati laki-laki di hadapannya ini. Rasanya sangat jarang sekali, ada laki-laki yang mau membantu menguruskan jenazah dari mantan mertua istrinya. Kania masih menatap terkagum-kagum ke
Season 2 Part 48"Minggir, minggir!" ucap salah satu sipir wanita yang berusaha membubarkan kerumunan, agar mayat yang digotong bisa lewat. "ASTAGAAA ... MBAAAAK!"Bruuukkk. Ningsih pingsan, begitu melihat mayat yang digotong melewatinya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Sebelum pingsan, Ningsih masih sempat melihat keadaan mayat yang katanya mati bunuh diri itu. Lidahnya terjulur, matanya melotot ngeri. "Bawa dia ke ruang kesehatan," titah salah satu sipir wanita. Segera tiga orang napi wanita mengangkat tubuh ramping Ningsih dan membawanya ke ruang kesehatan yang terletak di pojok. "Nyusahin aja nih perempuan!" Salah satu napi wanita mengumpat kesal. Sebatang kecil rokok filter terselip di antara bibir berwarna kehitaman tersebut. "Emang! Nih perempuan sama aja dengan yang mati bunuh diri itu. Suka nyusahin!" celetuk yang lainnya. "Lapas ini makin serem, dong. Udah berapa banyak napi yang mati bunuh diri di sini. Hiii ...." Napi lain yang sebagian tubuhnya dipenuhi dengan ukir
"Mama gak mau nolong aku. Semua jahat sama aku," lanjutnya lagi. "Kei ...," panggil Kania pelan. "Siapa yang jahat, Sayang?"Keisha sedikit terkejut, sambil menoleh. "Mama, Tante. Om juga. Mama dan Om yang jahat sama aku. ""Kalau tante boleh tahu, jahat gimana, sih, mereka?" Kania mencoba kembali mengajak Keisha mengobrol. "Aku sering dipukul, Tante. Tiap hari malah. Terus, Om juga sering nyuruh aku buka celana dan baju kalau mama gak ada.""Astaghfirullah. Biar apa dia nyuruh Keisha buka baju, Nak?"Keisha mengangkat bahu. "Aku gak tau. Kata om, aku sakit dan harus diperiksa dada dan sininya aku." Gadis berambut panjang lewat bahu itu menunjuk ke arah kem*luannya.Refleks, Kania menutup mulutnya. Dia menepis bayangan kemungkinan yang melintas. Cepat-cepat ditepisnya bayangan itu dengan menggeleng kuat. "Om suka memasukkan jarinya ke sini. Sakit, Tante. Aku pengen teriak, tapi langsung dibentak. Katanya, kalau aku berani teriak apalagi ngadu ke mama, aku dan mama akan dibunuh paka
Season 2 PART : 47Kania yang menyadari kegelisahan sang suami, menggenggam erat tangan yang sudah basah dan terasa dingin seperti es. Wanita itu paham, bagaimana perasaan Abimanyu saat ini. "Hasil visum atas nama korban Keisha Anastasia ada di tangan saya," ujar polisi yang bertugas sebagai penyidik. Terasa bergetar hebat tangan kokoh itu di genggaman Kania. Ayah mana, yang tak merasakan hal yang sama, jika menghadapi situasi seperti ini. Putri kesayangan, satu-satunya pula, diduga mendapatkan kekerasan secara s3k5u4l oleh ayah tirinya. Polisi bertubuh gemuk itu, merobek ujung amplop. Kania dan Abimanyu semakin tegang. Dalam hati, Abimanyu tak henti berkomat-kamit berdoa. Berharap ada keajaiban yang Tuhan berikan atas putri kecilnya tersebut. "Di sini .... " Polisi paruh baya itu menggantung ucapannya. Perasaan Kania dan Abimanyu semakin tak karuan. "Gi-gimana, Pak?" Abimanyu sedikit mendesak. Wajahnya tak menunjukkan reaksi apapun, padahal, yakin, dia sudah membaca hingga akh
Kania menggeleng sambil tersenyum. "Aku menangis terharu, Mas. Aku baik-baik saja, kok.""Terharu kenapa?""Aku terharu memiliki suami seperti kamu, Mas. Hal yang paling patut aku syukuri. Dari sekian tahun aku merasakan pahitnya pernikahan, sampai akhirnya aku bertemu dengan kamu," ujar Kania seraya mengusap matanya yang mengembun. "Jangan berubah, ya, Mas. Selamanya seperti ini."Abimanyu membawa Kania ke dalam pelukannya. Bukan hanya Kania, dirinya pun merasakan pahitnya pernikahan dengan Liana yang berselingkuh dan ia sendiri memergoki dengan kedua belah matanya. Belum lagi putrinya yang selalu mendapatkan kekerasan dari ibu kandungnya sendiri. Belum lagi Keisha yang dic4bul1 ayah tirinya. Itu yang paling membuat dunia Abimanyu sangat hancur. Anak sekecil itu harus mendapatkan hal yang tidak sepantasnya ia dapatkan. "Insya Allah, kita sama-sama membangun rumah tangga kita, ya, Sayang. Senyum kamu dan janin di kandungan kamu ini merupakan obat mujarab buatku."Tok tok tok. Obrola
Season 2 Part 45"Gak, Bang. Jangan tinggalkan aku. Aku sudah gak punya siapa-siapa. Arman di penjara. Ima dan Ella juga aku gak tahu di mana keberadaan mereka. Aku sendirian, Bang."Wahyu hanya mengangkat bahu. "Entahlah, Rahma. Itu bukan urusanku. Nikmati saja hasil yang sudah kamu tabur selama ini. Itu pula yang akhirnya kamu tuai.""Mas .... " Rahma mencekal pergelangan Wahyu. Matanya menatap nanar, ketika lelaki itu menoleh. Besar harapannya lelaki itu trenyuh dan mengurungkan niatnya untuk bercerai. Bukankah Wahyu selalu seperti itu sejak dulu? Ia paling tidak bisa membantah perintah Rahma. Tak jarang Wahyu langsung menuruti pinta Rahma, jika wanita paruh baya itu merajuk. Wahyu melepaskan tangannya dengan menghempaskan tangan sang istri. Cukup kasar perlakuan Wahyu. Sungguh di luar dugaan Rahma. "Mas ... Apa maksudnya?""Pakai nanya lagi kamu. Perasaan ini sudah habis. Sudah gak ada lagi untukmu, Rahma. Jadi, jangan mimpi aku akan membatalkan perceraian kita. Aku sudah capek,