Share

Bab 20 – Ulah Mahasiswa Baru

Penulis: KAi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-03 07:19:54

Selepas kepergian Aji, Dimas dan Nana, kulihat jam dalam ponsel untuk memeriksa waktu saat ini. Jarum pendek menunjuk angka sepuluh, jarum panjang menunjuk angka delapan. Tak terasa terhitung empat puluh menit sudah aku berada di tempat ini, masih dengan hasrat yang berkobar dalam hati.

Masih ada waktu, batinku mengikuti kata hati, bergegas kembali ke titik awal untuk melakukan pencarian lagi.

Di depan rak bertuliskan kata “bisnis”, mata dan tanganku kembali beraksi. Menelusuri juga memeriksa lebih teliti. Sekali lagi, kucari buku terakhir yang belum kutemukan itu di tempat yang sama sambil berharap keajaiban kan datang di saat-saat terakhir.

Tiap judul kuperhatikan baik-baik, kuperiksa secara saksama, tak membiarkannya terlewat sedikit pun. Makin lama suasana makin hening, jumlah pengunjung dalam perpustakaan pun makin berkurang.

Udara dingin menerpaku kala fokus melakukan pencarian. Di antara dua rak yang tinggi kokoh berdiri, aku berada di tengah-tengahnya, duduk berjongkok sambil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 21 – Rejeki Nomplok

    Aku pulang dengan perut kenyang berkat traktiran makan siang dari Dini. Sesampainya di rumah, ibu menyambutku di depan pintu rumah dengan senyum cerianya. Sungguh kejadian di luar kebiasaan, sebab ibu biasanya masih disibukkan dengan kegiatannya di warung jam segini.Apa warung ibu sudah kekurangan pelanggan? pikiran buruk itu sempat menghinggap. “Udah pulang? Makan siang dulu, Yu. Habis itu langsung istirahat. Ibu tinggal sedikit kok, beres-beres warungnya.”“Udah tutup?!” responku, spontan membelalakkan kedua mata. “Ada apa? Ibu sakit?” tambahku khawatir, cepat-cepat memeriksa suhu badan ibu dengan punggung tanganku.“Nggak, ibu nggak sakit.”“Ibu istirahat aja, biar aku yang lanjutin jaga warung. Kan sayang makanannya.”“Nggak usah. Kamu istirahat aja,” tolak ibu seperti biasa.“Udah, nggak apa-apa. Aku nggak ngantuk kok.”“Nggak perlu, soalnya–““Emang tinggal seberapa makanannya?” Buru-buru kuhampiri penanak nasi dan etalase di dalam warung, mencari jawabannya secara langsung. “

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 22 – Bertemu Lagi

    Shower time! Bening dan segarnya air yang mengguyur, mampu menjernihkan pikiran serta mengusir penat setelah beraktivitas di hari pertama semester baru. Peluh dan debu yang menempel sirna, rasa kantuk yang sempat menyerang pun hilang seketika. “Haaa ....” Kuangkat kedua tangan tinggi-tinggi, membuka jendela kamar untuk menghirup udara segar sambil menikmati pemandangan. Meskipun masih ada sedikit keraguan dan kekhawatiran, nyatanya berita tentang kerja sama ibu barusan berhasil membuat tubuhku terasa lebih ringan. Kapan ya, terakhir kali aku bisa sesantai ini? Udah lama banget kayanya. Hmm, nyamannya, batinku merasa bahagia, menopangkan wajah pada telapak tangan yang bertumpu di atas kusen jendela. Habis ini, aku ngapain ya? pikirku, mencari-cari kegiatan yang perlu kulakukan saat ini. Oh! Kuambil notes kecil beserta bolpoin di atas meja, lalu duduk untuk menulis beberapa hal di dalamnya. Berbekal informasi yang kudapatkan dari ponsel, terdapat 3 perpustakaan yang tersedia di da

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 23 – Konsep yang Aneh

    Dengan penampilan yang tak karuan akibat berkeliaran sepanjang hari, aku berniat langsung mandi saat sampai rumah nanti. Tak betah dengan gerah akibat teriknya sinar matahari, kupercepat laju kendaraan agar segera sampai tujuan. Dah sampai! Kuparkir motor di depan rumah dengan terburu-buru. Tas dan helm yang kubawa pun kutenteng kuat-kuat, meletakkan keduanya di atas meja ruang tamu. “Mandi, mandi, mandi,” gumamku, berjalan cepat menuju kamar mandi. Di tengah perjalanan, aroma kunyit dan rempah kuat lain semerbak harum menusuk hidung. Semakin dekat, aromanya makin kuat, membuat niat awalku melenceng untuk sesaat. Cepat-cepat kuhampiri sumber aroma itu berasal, penasaran akan rupa masakan yang sudah terbayang dalam angan. “Udah mateng, Bu? Aku kemas ya?” kataku pada ibu yang sedang membuka tutup dandang berisi nasi kuning yang mengepul. “Tunggu agak dingin dulu. Biar ibu aja, kamu mandi sana,” ujarnya. “Oke! Kalau selesai, aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30
  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 24 – Penuhi Janji

    Ponsel berdering di malam hari. Aku pun sudah berada di alam mimpi. Sempat mengganti posisi tidur beberapa kali, akhirnya aku tak tahan lagi. Mataku melek. Kesadaranku pulih seutuhnya. Siapa sih, telepon malem-malem, gerutuku dalam hati, mengambil ponsel di atas meja dekat ranjang. “Halo?” sapa si penelepon, cerah ceria tanpa rasa bersalah. “Hmmm,” sahutku dengan suara serak khas bangun tidur. “Belum tidur? Kebetulan banget! Aku mau tanya sesuatu nih,” sahutnya kegirangan, tak mengerti situasi saat ini. Udah tidur dari tadi tau! Jadi kebangun kan, batinku memendam kekesalan. “Yu? Halo? Aku mau nanya. Penting!” desaknya. Walaupun geram, masih kusempatkan diri untuk meladeni percakapannya. “Nanya apa?” kataku. “Itu! Soal tugas kelompok! Tugasnya dikumpulin minggu depan, ya?” “Iya. Kenapa?” “Nggak apa-apa, cuma mau mastiin aja. Kebetulan tadi aku baru lihat sekilas bab kelompok kita. Aku juga udah baca-baca dikit di buku yang dikasih Dimas. Palingan ... besok atau lusa, bagiank

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 25 – Di Balik Sikap Manis

    Hari H telah tiba. Hari pertemuanku dengan kak Bayu, sesuai janji yang telah dibuat sebelumnya. Pertemuan di kafe dekat kampus, demi mengambil sebuah buku. Buku? Hanya demi sebuah buku? Yakin? Iyalah! Demi apa lagi? Yakin, nggak ada niat tersembunyi? ... Kafe?! Mau ambil buku aja, pake ketemuan di kafe segala. Aneh! Jangan-jangan! ... Hmm .... Udah! Jangan mikir macem-macem, Yu! Ini hanya pertemuan biasa. Nggak ada yang istimewa! batinku, berdebat dengan diri sendiri di depan cermin. “Pakai baju apa ya? Coba kulihat.” Kuperiksa koleksi pakaian dalam lemari, mencari padu padan yang serasi. Sesampainya di kafe.... Setelah celingukan beberapa kali, akhirnya aku memilih meja di dekat pintu agar kak Bayu mudah menemukan keberadaanku. Aku terlalu cepat ya datangnya? Hmm, jam berapa ini? batinku, memeriksa waktu saat ini dalam ponsel. “Maaf ya, aku telat. Udah nunggu lama?” “Ngg-nggak. Aku baru banget datengnya,” sahutku gelagapan, saat tahu kak Bayu tiba-tiba sudah duduk di hadapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-18
  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 26 – Ikuti Permainan

    Hari berganti. Perkuliahan berlangsung seperti biasa. Aku masih setia duduk di barisan terdepan, fokus menyimak materi dengan khidmat. “Kelompok berapa?” “Udah dapat belum bukunya?” “Gimana dong?” “Kamu?” “Gimana ini? Deadline-nya udah dekat!” Di tengah jam perkuliahan, desas-desus terdengar di telinga. Dialog lirih bernada kepanikan itu berasal dari para mahasiswa yang duduk di belakangku. Meskipun tahu apa yang sedang dibicarakan, tak kuhiraukan suara itu dengan tetap menghadap depan. Di akhir materi, Aji menghampiriku lalu duduk di kursi terdekat. “Habis ini mau ke mana?” tanyanya basa-basi dengan suara dipelankan. Masih sibuk merapikan buku dan alat tulis, tak kuberi ia jawaban atas pertanyaannya barusan. Kemudian Aji berdehem agar keberadaannya di-notice olehku. “Yu!” panggilnya dengan suara yang masih dipelankan. “Aku? Kamu ngomong sama aku?” tanyaku balik sambil memasang wajah tanpa dosa. “So

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08
  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Prolog

    Mencintai orang yang salah? Aku? Kutahan tawaku, menutup mulut dengan telapak tangan saat memikirkan hal konyol seperti itu. Namaku Masayu. Aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta. Terlebih aku dikenal cuek, dingin, tak berekspresi, dan terkesan kejam. Itulah yang membuat orang-orang akan berpikir dua kali sebelum mendekat. Alih-alih sapaan dan pujian, ejekan dan sindiran lebih akrab di telingaku. Tak masalah, kuanggap saja hal itu sebagai proses seleksi alam yang akan menunjukkan mana orang yang benar-benar tulus dan yang tidak sama sekali. Jadi, masih ada yang berani main-main denganku? Rasanya tak mungkin. *** “Kalau kamu, Yu? Kamu pernah punya cowok atau orang spesial, gitu? Cerita dong! Kan aku pengen tahu,” tanya Dini penasaran. “Emmm ....” Kutelengkan kepala, melirik ke atas sambil menopang dagu dengan sebelah tangan. “Entahlah. Kayaknya nggak ada.” “Kok pake 'kayaknya' sih? Pasti ada dong? Coba in

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 1 – Kurang Terkenal

    Bel tanda jam perkuliahan dimulai berbunyi. Kukeluarkan buku dan alat tulis, bersiap untuk menerima materi hari ini. Beberapa teman maju ke depan untuk memulai presentasi mereka. Proyektor sudah dinyalakan, laptop sudah disambungkan, dan seluruh mahasiswa sudah memasuki ruangan. Seseorang tiba-tiba berdiri di depan tempat dudukku. Aku yang sedang asyik membaca buku, tak menghiraukan hal itu. “Mbak, mbak,” panggilnya kemudian. Tak merasa dipanggil, aku tetap fokus membaca buku. Tak lama kemudian, orang di hadapanku kembali memanggil tanpa sebutan nama sembari menepuk pelan bahuku. “Mbak,” sebutnya lebih lantang. Kudongakkan kepala lalu menatapnya lekat tanpa suara. Nana, orang yang berdiri di hadapanku itu tiba-tiba membeku. Matanya bergetar saat pandangan kami bertemu. Dengan segenap tenaga yang susah payah ia kumpulkan, akhirnya Nana mengatakan sebuah permintaan. “Aku boleh pinjam bukunya, nggak?” katanya sambil tersenyum selebar mung

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01

Bab terbaru

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 26 – Ikuti Permainan

    Hari berganti. Perkuliahan berlangsung seperti biasa. Aku masih setia duduk di barisan terdepan, fokus menyimak materi dengan khidmat. “Kelompok berapa?” “Udah dapat belum bukunya?” “Gimana dong?” “Kamu?” “Gimana ini? Deadline-nya udah dekat!” Di tengah jam perkuliahan, desas-desus terdengar di telinga. Dialog lirih bernada kepanikan itu berasal dari para mahasiswa yang duduk di belakangku. Meskipun tahu apa yang sedang dibicarakan, tak kuhiraukan suara itu dengan tetap menghadap depan. Di akhir materi, Aji menghampiriku lalu duduk di kursi terdekat. “Habis ini mau ke mana?” tanyanya basa-basi dengan suara dipelankan. Masih sibuk merapikan buku dan alat tulis, tak kuberi ia jawaban atas pertanyaannya barusan. Kemudian Aji berdehem agar keberadaannya di-notice olehku. “Yu!” panggilnya dengan suara yang masih dipelankan. “Aku? Kamu ngomong sama aku?” tanyaku balik sambil memasang wajah tanpa dosa. “So

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 25 – Di Balik Sikap Manis

    Hari H telah tiba. Hari pertemuanku dengan kak Bayu, sesuai janji yang telah dibuat sebelumnya. Pertemuan di kafe dekat kampus, demi mengambil sebuah buku. Buku? Hanya demi sebuah buku? Yakin? Iyalah! Demi apa lagi? Yakin, nggak ada niat tersembunyi? ... Kafe?! Mau ambil buku aja, pake ketemuan di kafe segala. Aneh! Jangan-jangan! ... Hmm .... Udah! Jangan mikir macem-macem, Yu! Ini hanya pertemuan biasa. Nggak ada yang istimewa! batinku, berdebat dengan diri sendiri di depan cermin. “Pakai baju apa ya? Coba kulihat.” Kuperiksa koleksi pakaian dalam lemari, mencari padu padan yang serasi. Sesampainya di kafe.... Setelah celingukan beberapa kali, akhirnya aku memilih meja di dekat pintu agar kak Bayu mudah menemukan keberadaanku. Aku terlalu cepat ya datangnya? Hmm, jam berapa ini? batinku, memeriksa waktu saat ini dalam ponsel. “Maaf ya, aku telat. Udah nunggu lama?” “Ngg-nggak. Aku baru banget datengnya,” sahutku gelagapan, saat tahu kak Bayu tiba-tiba sudah duduk di hadapa

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 24 – Penuhi Janji

    Ponsel berdering di malam hari. Aku pun sudah berada di alam mimpi. Sempat mengganti posisi tidur beberapa kali, akhirnya aku tak tahan lagi. Mataku melek. Kesadaranku pulih seutuhnya. Siapa sih, telepon malem-malem, gerutuku dalam hati, mengambil ponsel di atas meja dekat ranjang. “Halo?” sapa si penelepon, cerah ceria tanpa rasa bersalah. “Hmmm,” sahutku dengan suara serak khas bangun tidur. “Belum tidur? Kebetulan banget! Aku mau tanya sesuatu nih,” sahutnya kegirangan, tak mengerti situasi saat ini. Udah tidur dari tadi tau! Jadi kebangun kan, batinku memendam kekesalan. “Yu? Halo? Aku mau nanya. Penting!” desaknya. Walaupun geram, masih kusempatkan diri untuk meladeni percakapannya. “Nanya apa?” kataku. “Itu! Soal tugas kelompok! Tugasnya dikumpulin minggu depan, ya?” “Iya. Kenapa?” “Nggak apa-apa, cuma mau mastiin aja. Kebetulan tadi aku baru lihat sekilas bab kelompok kita. Aku juga udah baca-baca dikit di buku yang dikasih Dimas. Palingan ... besok atau lusa, bagiank

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 23 – Konsep yang Aneh

    Dengan penampilan yang tak karuan akibat berkeliaran sepanjang hari, aku berniat langsung mandi saat sampai rumah nanti. Tak betah dengan gerah akibat teriknya sinar matahari, kupercepat laju kendaraan agar segera sampai tujuan. Dah sampai! Kuparkir motor di depan rumah dengan terburu-buru. Tas dan helm yang kubawa pun kutenteng kuat-kuat, meletakkan keduanya di atas meja ruang tamu. “Mandi, mandi, mandi,” gumamku, berjalan cepat menuju kamar mandi. Di tengah perjalanan, aroma kunyit dan rempah kuat lain semerbak harum menusuk hidung. Semakin dekat, aromanya makin kuat, membuat niat awalku melenceng untuk sesaat. Cepat-cepat kuhampiri sumber aroma itu berasal, penasaran akan rupa masakan yang sudah terbayang dalam angan. “Udah mateng, Bu? Aku kemas ya?” kataku pada ibu yang sedang membuka tutup dandang berisi nasi kuning yang mengepul. “Tunggu agak dingin dulu. Biar ibu aja, kamu mandi sana,” ujarnya. “Oke! Kalau selesai, aku

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 22 – Bertemu Lagi

    Shower time! Bening dan segarnya air yang mengguyur, mampu menjernihkan pikiran serta mengusir penat setelah beraktivitas di hari pertama semester baru. Peluh dan debu yang menempel sirna, rasa kantuk yang sempat menyerang pun hilang seketika. “Haaa ....” Kuangkat kedua tangan tinggi-tinggi, membuka jendela kamar untuk menghirup udara segar sambil menikmati pemandangan. Meskipun masih ada sedikit keraguan dan kekhawatiran, nyatanya berita tentang kerja sama ibu barusan berhasil membuat tubuhku terasa lebih ringan. Kapan ya, terakhir kali aku bisa sesantai ini? Udah lama banget kayanya. Hmm, nyamannya, batinku merasa bahagia, menopangkan wajah pada telapak tangan yang bertumpu di atas kusen jendela. Habis ini, aku ngapain ya? pikirku, mencari-cari kegiatan yang perlu kulakukan saat ini. Oh! Kuambil notes kecil beserta bolpoin di atas meja, lalu duduk untuk menulis beberapa hal di dalamnya. Berbekal informasi yang kudapatkan dari ponsel, terdapat 3 perpustakaan yang tersedia di da

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 21 – Rejeki Nomplok

    Aku pulang dengan perut kenyang berkat traktiran makan siang dari Dini. Sesampainya di rumah, ibu menyambutku di depan pintu rumah dengan senyum cerianya. Sungguh kejadian di luar kebiasaan, sebab ibu biasanya masih disibukkan dengan kegiatannya di warung jam segini.Apa warung ibu sudah kekurangan pelanggan? pikiran buruk itu sempat menghinggap. “Udah pulang? Makan siang dulu, Yu. Habis itu langsung istirahat. Ibu tinggal sedikit kok, beres-beres warungnya.”“Udah tutup?!” responku, spontan membelalakkan kedua mata. “Ada apa? Ibu sakit?” tambahku khawatir, cepat-cepat memeriksa suhu badan ibu dengan punggung tanganku.“Nggak, ibu nggak sakit.”“Ibu istirahat aja, biar aku yang lanjutin jaga warung. Kan sayang makanannya.”“Nggak usah. Kamu istirahat aja,” tolak ibu seperti biasa.“Udah, nggak apa-apa. Aku nggak ngantuk kok.”“Nggak perlu, soalnya–““Emang tinggal seberapa makanannya?” Buru-buru kuhampiri penanak nasi dan etalase di dalam warung, mencari jawabannya secara langsung. “

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 20 – Ulah Mahasiswa Baru

    Selepas kepergian Aji, Dimas dan Nana, kulihat jam dalam ponsel untuk memeriksa waktu saat ini. Jarum pendek menunjuk angka sepuluh, jarum panjang menunjuk angka delapan. Tak terasa terhitung empat puluh menit sudah aku berada di tempat ini, masih dengan hasrat yang berkobar dalam hati.Masih ada waktu, batinku mengikuti kata hati, bergegas kembali ke titik awal untuk melakukan pencarian lagi.Di depan rak bertuliskan kata “bisnis”, mata dan tanganku kembali beraksi. Menelusuri juga memeriksa lebih teliti. Sekali lagi, kucari buku terakhir yang belum kutemukan itu di tempat yang sama sambil berharap keajaiban kan datang di saat-saat terakhir.Tiap judul kuperhatikan baik-baik, kuperiksa secara saksama, tak membiarkannya terlewat sedikit pun. Makin lama suasana makin hening, jumlah pengunjung dalam perpustakaan pun makin berkurang.Udara dingin menerpaku kala fokus melakukan pencarian. Di antara dua rak yang tinggi kokoh berdiri, aku berada di tengah-tengahnya, duduk berjongkok sambil

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 19 – Dua Sisi Berbeda

    “Siap!” katanya dengan senyum sambil memberikan hormat padaku. Aji terhanyut dalam kegembiraan. Dipandanginya kertas yang kuberikan tinggi-tinggi, tak mengalihkan pandangan sedikit pun. Di samping itu, kulihat Dimas baru kembali dari luar setelah menyelesaikan urusannya. Ditunjuknya sebuah tempat dengan anggukan, memberiku kode untuk bersiap-siap. “Ayo, Yu!” ajak Dimas, siap dengan tas di punggung. “Ayo,” balasku, bergegas memasukkan barang-barang di atas meja. “Mau ke mana?” tanya Aji yang tak mengetahui rencanaku dan Dimas sebelumnya. “Perpus,” jawabku dengan satu kata. “Kok nggak ngajak aku? Kita kan, satu kelompok,” protesnya. “Mau ikut? Ke perpus?! Tumben? Biasanya juga nolak,” sahut Dimas keheranan. “Emang iya?” tanyaku datar. “Iya, Yu. Aku tuh selalu ajak Aji kalau mau ke perpus. Tapi dianya selalu ada alasan. Ujung-ujungnya pasti ngomel-ngomel. ‘Nggak ah, Dim, ribet, susah nyari bukunya, bikin pusing. Lu aja sana yang pergi, entar gue pinjem punya elu,’ pasti gitu! Se

  • Kisah Cinta Si Ahli Membuat Batasan   Bab 18 – Kuasa Ketua Kelas

    Matahari mulai menampakkan diri. Di dalam taman yang masih sepi, kunikmati pemandangan berharga sambil berdiri. Perlahan tapi pasti, benda bulat kuning itu bergerak ke atas, menyebarkan sinarnya ke seluruh arah. Warna-warni kembali terlihat, kegelapan di sekeliling pun hilang. "Indah." Satu kata itulah yang mampu mewakili. Benar-benar pemandangan yang mampu mendatangkan kedamaian dalam hati. Setelah menyaksikan momen itu, aku pulang meninggalkan taman tempatku berolahraga pagi. Kusembunyikan jari tanganku dalam saku, berjalan dengan langkah tenang tanpa ada yang menemani. Sesekali kepalaku menengok ke arah kanan dan kiri. Kuperhatikan pemandangan di sekitar, juga kubaca tulisan yang terpasang di sana-sini. “Ayu!” panggilan itu membuat langkahku terhenti. “Eh, Bi Tutik! Pagi banget datengnya,” kataku pada orang yang memanggil namaku barusan. “Kebetulan bisa ketemu di sini! Bibi aja takut kalau datangnya kepagian, khawatir kamu belum bangun.” “Ya udah bangun lah, Bi. Masa belum? N

DMCA.com Protection Status