Wajah Walikota Alonzo merah padam bak kepiting rebus menahan emosi yang telah tersulut.
"Berani-beraninya pria itu berkata seperti itu. Sungguh kurang ajar!" maki Walikota Alonzo.
"Apa dia tak tahu siapa aku?" tanya Walikota Alonzo dengan nada sombong. "Aku adalah penguasa kota Siracusa. Tidak ada yang tidak tunduk denganku!"
"Kota ini berada dalam genggaman tanganku. Apa yang kuinginkan sudah pasti akan kudapatkan!"
Lalu dengan kedua tangan berkacak dipinggang, ia melanjutkan kembali dengan raut wajah pongah.
"Pria kurang ajar itu harus kuberi pelajaran. Supaya ia mengerti, siapa lawan yang ia hadapi. Dimana orang itu?"
Penjaga tersebut lalu mengajak Walikota Alonzo pergi keluar. Diluar, Walikota Alonzo melihat sebuah mobil hitam yang terparkir tepat didepan gerbang rumahnya. Ia memicingkan mata untuk melihat siapa pria yang berada sidalam mobil tersebut.
Sementara itu Juan yang tengah menunggu didalam mobil seketik
"Pe... Penjaga... Penjaga!" teriak Walikota Alonzo parau. Ia panik dan wajahnya memancarkan ketakutan.Dua penjaga yang sedari tadi berdiri dikiri-kanan sang walikota, sedikit lambat bertindak mencoba melepaskan cengkraman Juan pada kerah baju Walikota Alonzo.Namun tak disangka tenaga Juan cukup kuat. Pria itu bergeming dengan mata lurus menatap tajam Walikota Alonzo, bagaimanapun dua penjaga tersebut mencoba melepaskan keduanya."Hey! Lepaskan tangan kotor kalian dari tuan Juan!"Sebuah teriakan dengan nada mengancam datang dari arah gerbang rumah sang walikota. Juan, Walikota Alonzo serta dua penjaga yang tengah berkutat melepaskan tuannya bersamaan menoleh kearah datangnya suara tersebut.Angelo? Kening Juan berkerut melihat tangan kanan ayahnya itu muncul ditempat ini. Mengapa dia kemari? Bukankah dia tak peduli dengan semua ini?Angelo berjalan dengan langkah panjang-panjang serta raut wajah penuh tekad. Sesampainya didepan Juan,
Raut wajah sang walikota berubah bak habis melihat hantu. Kedua matanya terbelalak lebar bagai akan keluar meninggalkan tempatnya."Ap-apa k-katamu? T-t-tuan... Dom.. Dominica Maximo? K-k-kau putra tu-tunggalnya?"Walikota Alonzo berkata dengan susah payah. Tenggorokannya tiba-tiba terasa tercekat setelah mendengar nama "Maximo" disebut.Ya. Siapa yang tak kenal dengan keluarga Maximo. Khususnya Dominica "Don" Maximo si Singa Yang Agung, sang mafia penguasa Sicilia.Tidak ada satu orangpun di pulau ini, bahkan di negara ini, berani menghadapi sang Don Maximo. Jika kau sampai mengusik sang Maximo, baik itu keluarganya, kerabatnya atau rekan bisnisnya, jangan harap kau akan melihat matahari terbit esok hari.Lalu, apa yang kulakukan? batin Walikoya Alonzo ketakutan. Aku... Aku telah mengusik putranya. Putra tunggalnya! Apa, apa yang akan terjadi padaku nanti. Bagaimana ini? Walikota Alonzo benar-benar panik.Dia memang pernah mende
Terengah-engah, Celeste muncul dihadapan Juan dan Walikota Alonzo. Melihat busana seksi bahkan nyaris tak menutupi tubuh indah Celeste, Angelo seketika mengalihkan perhatiannya.Berbanding terbalik dengan Juan yang tertegun dengan kening berkerut melihat kemunculan Celeste."Disana rupanya kau bersembunyi selama ini, jalang sialan!" umpat Walikota Alonzo dalam hati.Celeste maju dengan hati-hati mendekati Juan dan Walikota Alonzo. Jalannya sedikit aneh karena menahan dingin cuaca diluar yang menusuk kulit.Apa ini? Pakaian apa yang dikenakannya? batin Juan bingung. Setahuku Celeste tidak menyukai busana yang seperti ini."Juan..." panggil Celeste pelan."Celeste, apa yang..." balas Juan tertahan."Sebentar. Aku mohon padamu tunggu sebentar saja. Setelah itu aku akan menjelaskan semuanya padamu," potong wanita itu.Juan menuruti keinginan Celeste walaupun dengan rasa bingung. Celeste beringsut maju mendekati Walikota Alonz
Ragu Celeste menjawab, ia melirik sang walikota yang mengkerut ketakutan setelah mendengar dirinya melapor pada Juan.Kalau bajingan tua itu sampai mengerut ketakutan begitu, sepertinya ia sudah tahu kalau Juan adalah putra tunggal Don Maximo, batin Celeste.Melihat Celeste meliriknya, tanpa suara Walikota Alonzo memohon pada wanita itu agar tak memberitahu perbuatannya pada Juan. Namun Celeste bergeming, tubuhnya masih merasakan bagaimana pria tua itu dengan buasnya menikmati tubuhnya.Tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Tiba-tiba Celeste merinding mengingat peristiwa itu. Walaupun berkali-kali ia membersihkan tubuhnya, dengan sabun termahal sekalipun, mungkin jejak pria tua itu tak akan pernah hilang ditubuhnya.Memikirkan hal itu, membuat rasa bersalahnya muncul saat melihat Juan. Bagaimana ini? Bagaimana jika Juan tahu kalau aku sudah ternoda? Sudah pasti dia akan mencampakkan aku, batin Celeste gelisah."Sayang, katakanlah... apa yan
Dengan emosi memuncak, Juan melangkah masuk kedalam rumah dimana Walikota Alonzo berada. Celeste menatap punggung kekasihnya dengan pilu."ALONZO! DIMANA KAU?!" teriak Juan menggelegar.Walikota Alonzo yang sedang duduk disofa dijaga oleh Angelo terkejut bukan main mendengar suara menggelegar yang memanggil namanya."Ada apa, tuan Juan?" tanya Angelo yang melihat kemunculan Juan dengan amarah yang sangat besar.Tanpa menjawab pertanyaan Angelo, Juan terus berjalan melewati pria itu. Matanya tajam tertuju hanya pada satu orang. Walikota Alonzo!Sang walikota yang merasakan bahaya, beringsut dari duduknya. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya, tubuhnya gemetar melihat kemarahan besar dalam diri Juan.Tamat riwayatku! Jalang itu sepertinya sudah menceritakan semuanya pada pria ini, batin Walikota Alonzo mengerut.Juan berjalan pelan penuh wibawa, membuat sang walikota bertambah ciut nyalinya."Tu-t-tuan... Tuan... ma-m-m
Bagai seekor singa yang telah mendapatkan buruannya, Juan menatap ganas sang walikota yang tergeletak dilantai, tak berdaya.Dengan kasar Juan menarik kerah baju pria itu, lalu menyeretnya keluar. Walikota Alonzo yang kesadarannya mulai samar-samar hanya bisa pasrah menerima perlakuan Juan.Diluar, Celeste yang tengah berdiri menunggu dengan cemas apa yang terjadi didalam terkejut saat melihat Juan keluar dengan menyeret Walikota Alonzo yang telah babak belur.Mata indah wanita itu membelalak dan mulutnya yang ternganga segera ditutupnya dengan kedua tangan. "Ap..apa yang terjadi?" tanya Celeste ngeri.Juan terus berjalan dengan langkah besar dan mantap menyeret sang walikota. Para penjaga yang berada diluar terkejut bukan main melihat pemandangan itu. Namun mereka tidak
Juan menatap teduh wajah wanita yang ia cintai itu. Sebelah tangannya terjulur mengelus lembut pipi Celeste."Mia cara Celeste, aku tulus mencintaimu. Tanpa syarat apapun," ucap Juan lembut nyaris berbisik. "Apapun yang terjadi hari ini padamu tak mengurangi sedikitpun rasa cintaku padamu."Celeste menatap Juan dengan tatapan tak percaya. Benarkah apa yang dikatakan pria ini? Benarkah ia mencintaiku apa adanya? Benarkah ia mau menerimaku yang hina ini?"Sayang, tolong hilangkan pikiran jelekmu. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Tapi, bersamamu… hidupku akan sempurna," bisik Juan seraya mengecup punggung tangan Celeste.Rasa haru seketika menyelimuti Celeste. Jika mem
Rombongan Angelo tiba lebih dulu di markas milik Don Maximo yang berada tak jauh dari pusat kota Siracusa. Selang lima menit, mobil yang ditumpangi Juan dan Celestepun tiba.Angelo segera memerintahkan anak buahnya untuk membawa Walikota Alonzo keruang penyekapan yang berada dibelakang markas.Sementara Juan membantu Celeste turun dari mobil dan menuntunnya masuk kedalam markas mereka yang berupa rumah mewah dua lantai bercat kuning gading.Celeste memandang takjub bangunan didepannya. Rumah itu benar-benar terlihat mewah dan elegan. Sangat jauh dari bayangannya saat Juan mengatakan akan membawa dirinya ke markas Klan Maximo.Awalnya ia mengira markas yang dimaksud Juan berupa rumah tua yang seram, kotor dan berdebu. Tapi ternyata… sangat diluar ekspektasi seorang
Juan dan Celeste tercengang menatap wanita yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Wanita yang dibawa oleh Angelo yang dikenal dingin dan anti perempuan."Angelo?" ucap Celeste bingung."Perkenalkan, namanya Fiorella. Maafkan jika aku telah lancang mengajaknya untuk tinggal disini tanpa memberitahu kalian berdua terlebih dahulu. Tapi, ada alasan mengapa aku melakukan hal ini, tuan Juan, nona Celeste," jelas Angelo."Aku Fiorella, senang berkenalan dengan anda berdua," ucap Fiorella gugup."Ada apa ini, Angelo? Tidak biasanya kau membawa wanita seperti ini?" tanya Juan blak-blakkan didepan Fiorella."Dia adalah wanita yang diceritakan oleh Davidde tadi pagi, tuan Juan," jelas Angelo.
“A-apa maksudmu, Angelo? K-kau mengajakku tinggal bersamamu? Apakah tidak terlalu cepat? Kita berdua baru saja kenal,” ucap Fiorella dengan wajah merona merah karena malu.Menyadari kalau kalimat yang diucapkannya membuat Fiorella berpikiran macam-macam, Angelo cepat-cepat mengoreksinya dengan wajah sama merahnya dengan wanita itu.“Ah, ti-tidak! Maksudku bukan seperti itu! Maafkan aku jika ucapanku membuatmu berpikiran macam-macam!”“Maksudku, aku selama ini tinggal di hotel K bersama atasanku dan juga pacarnya. Mereka menyewa seluruh lantai, sehingga banyak kamar kosong. Jika kau mau, kau bisa mengisi salah satu kamar kosong di sana sampai kami menangkap pembunuh itu,” jelas Angelo cepat-cepat.“Oh, seperti itu,” ko
Angelo melesat bagai peluru meninggalkan ruangan itu langsung masuk kedalam mobil tanpa memperdulikan Juan yang meneriakkan namanya. Saat ini yang ada dipikirannya hanya satu. Fiorella.Ciri-ciri yang diceritakan oleh Davidde sangat cocok dengan Fiorella. Apalagi wanita itu membawa sekeranjang bunga, seingatnya Fiorella pernah bercerita padanya kalau ia sering membawa pulang bunga-bunga yang mulai layu untuk dikeringkan di rumahnya.“Pantas saja, dia tak membuka tokonya hari ini. Dia pasti syok dan ketakutan dengan kejadian semalam,” gumam Angelo.Tak sabar untuk segera bertemu dengan wanita itu, Angelo bagai kerasukan menekan pedal gas dalam-dalam. Membawa mobil dengan kecepatan penuh. Hampir semua lalulintas dilewatinya tanpa perduli apakah sedang merah atau hijau. Yang ada dipikirannya sekarang adalah
Pagi itu, Angelo kembali berjalan-jalan disekitar hotel hingga ke pasaraya yang letaknya tak jauh dari sana. Ia berniat mengenal Fiorella lebih jauh lagi. Setelah percakapan pertama keduanya, sudah sekitar 3 hari ia tak melihat wanita itu. Ia disibukkan dengan pembunuhan Domenico.Pagi ini sedikit senggang, sebelum mereka kembali ke markas Klan Maximo siang ini. Angelo menyempatkan menemui Fiorella untuk bercakap-cakap.Dengan bersemangat dan dada berdebar, Angelo berjalan menuju toko bunga Fiorella. Namun seketika ia mengernyit saat melihat toko wanita itu tutup. Tidak seperti biasanya, setahu Angelo Fiorella tidak pernah menutup tokonya.Dengan rasa penasaran ia lalu mendekati penjual tembikar yang letaknya persis di samping toko bunga Fiorella."Permisi, apa kau tahu
Angelo segera memasukkan memory card tersebut kedalam saku jasnya. Setelah itu keduanya bergegas mengembalikan barang-barang tersebut pada petugas. Dengan tergesa-gesa keduanya kembali ke mobil dan segera pergi dari sana."Ini, tuan Juan," ucap Angelo sambil memberikan memory card yang disimpannya tadi."Haruskah aku lihat sekarang?" tanya Juan meminta pendapat Angelo."Mengapa tidak? Lebih cepat kita tahu isi memory card itu bukankah lebih baik? Siapa tahu disana ada petunjuk yang kita inginkan," balas Angelo ringan.
Angelo kembali ke hotel dengan suasana hati yang lebih cerah. Pertemuannya dengan wanita pemilik toko bunga, Fiorella, sedikit mencerahkan hatinya yang cukup lama berkabut.Dengan bersenandung kecil, Angelo memasuki kamar hotelnya. Ia terus teringat akan Fiorella, dadanya berdebar kencang setiap kali ia teringat wanita itu. Apakah ia jatuh cinta lagi? Pada wanita yang sama namun sedikit berbeda? Angelo menggeleng, mengusir pikiran melantur itu."Apa yang kau pikirkan, Angelo? Dia bukan Carina, dia Fiorella. Walaupun wajah mereka sama, itu bukan dia. Carina mu tidak akan kembali, sadarlah," tegurnya pada dirinya sendiri.Walau begitu, Angelo tetap memikirkan Fiorella. Memikirkan wanita itu diluar dugaan memberikan ketenangan dalam hatinya.****
Menuruti perintah Juan, Angelo segera mengumpulkan anak buah Klan Maximo kemudian memberi mereka perintah untuk menyelidiki Alonzo. Serta berpatroli minimal 3 orang, agar menghindari penyerangan yang tidak diinginkan.Sementara Domenico telah pergi meninggalkan hotel dengan mengemban tugas menyelidiki bosnya sendiri, Armando Ferrari.Juan masuk kedalam kamar hotelnya dengan semangat baru, wajahnya kini berseri-seri tidak lagi murung seperti beberapa hari lalu. Celeste yang tengah duduk santai sambil membaca majalah mode merasa senang melihat perubahan itu."Darimana kau sayang? Aku mencarimu dari tadi," tanya Celeste sambil menurunkan majalah yang dibacanya."Aku tadi habis bertemu Domenico, sayang," jawab Juan sambil mencium pipi Celeste.
Ottavio masuk ke dalam lift hotel dengan Domenico mengekor di belakang. Ia memencet tombol 7 yang artinya mereka akan ke lantai 7, dimana semua kamar di lantai itu adalah milik Juan untuk sementara dirinya tinggal di hotel itu.Domenico mengikuti Ottavio dalam diam, hanya matanya yang memperhatikan sepanjang perjalanan menuju tempat bertemu Juan dan Angelo. Tibalah keduanya di lantai 7 dan Ottavio segera keluar lift terus berjalan menuju kamar bernomor 710 sesuai instruksi yang diberikan.TOK! TOK! TOK!Ottavio mengetuk pelan pintu kamar nomor 710. Tak butuh waktu lama pintu kamar terbuka dan muncullah sosok sempurna Angelo. Ottavio terdiam, terpesona sekaligus terintimidasi oleh kehadiran Angelo. Apalagi pria itu tepat berdiri dihadapannya.Dengan bibir gemetar, Ottavio
Angelo berjalan dengan terburu-buru meninggalkan pasaraya. Wajahnya pucat dengan keringat tak berhenti mengalir."Apa ini? Perasaan apa ini?" batin Angelo tak mengerti."Mengapa aku tak punya keberanian untuk bertanya pada wanita itu," batin Angelo lagi.Kenangan masa lalu sekilas berkelebat di pelupuk mata Angelo. Senyum manisnya, tawa renyahnya, mata hijau teduhnya tak pernah Angelo lupakan sekalipun.Angelo memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pusing. Kenangan itu serta wanita yang dilihatnya di pasaraya tadi menyakitkan kepalanya.Angelo bergegas membuka pintu kamarnya lalu melempar dirinya ke atas tempat tidur. Ia memejamkan kedua matanya dengan sebelah tangan diatas kening.