Kalimatku yang mencetuskan kemarahan suami, semata-mata bukan karena aku sengaja, tapi itu adalah ungkapan emosi yang terdalam serta kekecewaan yang membuncah di hatiku.Aku ingin sekali melempar bukti ke wajahnya menamparnya dengan video-video yang sudah kurekam dari kamera CCTV. Tapi, entah kenapa, aku masih memberi mereka kesempatan untuk menghentikan semua perbuatan buruk itu.Sepertinya aku tahu bahwa perbuatan mereka tidak akan berhenti kecuali aku yang menghentikannya, mengulur waktu sama dengan menyakiti diriku sendiri dan apa yang akan ku saksikan berikutnya pasti akan lebih menyakitkan dari yang sebelum-sebelumnya. Mengulur waktu akan membuat mereka leluasa tetapi memisahkan mereka juga akan lebih membawa petaka, suatu saat suamiku akan merindukan wanita itu lalu nekat meninggalkan keluarganya demi bisa menikahi Fani.Kalau ditelaah lebih jauh ... ini ini bukan lagi tentang diriku dan perasaanku tapi ada masa depan dan perasaan anak-anak yang dikorbankan. Betapa menyakitkan
Aku menangis melihat adegan yang luar biasa mengerikan itu, mengerikan dan menjijikan menurutku karena aku tidak pernah membayangkan itu akan terjadi sebelumnya. Aku menangis dengan tangan gemetar berusaha merendahkan gejolak dan deguban jantungku yang berdetak cepat. Aku berusaha mengatur nafasku yang tersengal, sembari berpikir apa yang harus kulakukan.Jika aku pergi mengetuk pintu kamar itu dan memarahi mereka berdua mungkin dua sejoli itu akan berusaha membela diri atau bagian terburuknya mereka akan membunuhku. Mungkin aku harus bermain lebih cerdik lagi dan memberi suamiku pelajaran yang tidak akan bisa dia lupakan.Tanpa banyak berpikir lagi aku langsung menghubungi keluarga mertuaku, minta beliau untuk datang secepatnya karena aku bilang kalau suamiku sedang sakit dan kejang-kejang. Ibu mertua yang sangat menyayangi suamiku sebagai anak lelaki satu-satunya, segera panik dan bilang akan meluncur secepatnya.Lalu dengan langkah perlahan aku keluar dari pintu samping, pelan-pel
Di momen para tetangga menyusul naik ke lantai 2 karena merasa khawatir dengan teriakan mertua tadi, di momen itu pula, aib keluargaku langsung terbongkar. Orang-orang langsung paham begitu melihat wajah suamiku yang lebam dipukuli ayah mertua, sementara Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan pakaian seadanya, hanya dibalut handuk.Ya Tuhan, jangankan dia pelakunya, aku yang bukan pelaku saja merasa sangat malu. Rahasia suamiku yang selama ini tersimpan dengan rapi dibalik perilaku yang santun dan ramah pada masyarakat ternyata adalah sosok yang mesum, tindakannya sudah sangat mempermalukan kami semua."Ada apa ini?" tanya seorang tetangga."Kami mendapati Mas Fahri sedang asyik masyhuk dalam kamar pembantunya, Mas!" Jawab Pak RT pada tetanggaku."Lho kok bisa?" Mereka semua melongo, terperanjat tidak percaya."Istrinya memasang kamera CCTV dan memantau mereka!" Suamiku terbelalak dan menatap diri ini dengan tatapan tidak percaya, sementara aku hanya membalas tatapan itu dengan e
"Ada apa ini?" Tanya seorang ustadz yang dipanggil oleh warga dia nampak terkejut melihat Fani yang biasanya berjilbab ini berderai air mata dan penuh luka di wajahnya. Beliau juga tak kalah terkejut saat melihat suamiku yang biasanya tampil rapi dan meyakinkan, tiba-tiba hanya pakai celana pendek tanpa atasan."Ada apa ini?""Ini Pak Ustad, tukang Zina.""Astaghfirullahaladzim. Tolong berikan mereka pakaian. Menelanjangi mereka seperti ini sama juga dengan menelanjangi diri kita sendiri. Bagaimanapun, mereka juga warga kamplek sini, jadi kita harus sedikit bijak dan tenang," ucap ustadz yang berusaha menanggapi itu dengan bijaksana. "Bagaimana bisa tenang kalau perbuatan mereka meresahkan!" Jawab seorang Bapak."Iya Pak saya paham, ini jelas-jelas saja adalah perbuatan yang memalukan. Makanya, agar tidak lebih memalukan lagi dan membuat kita semakin berdosa Tolong berikan dua orang ini pakaian yang pantas agar kita tidak melihat aurat mereka!""Iya Pak," jawab mereka. Tak lama ib
"Tapi Pak! Tidak ada kewajiban untuk menikahi pelacur, kenapa Mas Fahri nya harus disuruh menikah dengan wanita ini, kok enak betul ya?!""Saya benci dengan perbuatan mereka, tapi menghukum satu lalu memberikan kelegaan pada yang lain, itu tidaklah bijak. Saya menyuruh Fahri menikahi Mbak Fani, bukan tanpa alasan, biarkan mereka mencoba bersama karena selama ini mereka sudah sembunyi-sembunyi melakukannya. Pernikahan bisa jadi kebahagiaan, tapi di lain waktu bisa jadi musibah jika didirikan dari fondasi dosa. Anggap pernikahan mereka adalah hukuman!""Saya tak bisa Pak, Saya tak bisa meninggalkan istri saya dan menikahi dia!" tolak suamiku. "Tidak bisa begitu! Jika saya membebaskan kamu untuk bercerai kamu bisa melanjutkan hidupmu dan baik-baik saja, sementara gadis muda ini dia akan kehilangan kehidupannya. Sebentar lagi berita ini akan viral dan diketahui orang satu Indonesia, apa anda pikir dia akan baik-baik saja?! Pikirkan bagaimana hujatan dan teror yang akan dia terima, ke
Sepanjang malam, tidak tidur, lapar mendera sementara hati dipenuhi oleh duri-duri. Aku hanya duduk di kursi ruang tamu sambil menahan air mata. Ibu mertua, ayah dan suamiku juga duduk dan membisu. Pembantuku duduk di teras sendirian sambil terus menyeka air mata di netranya. Aku yakin wanita munafik itu sengaja menunjukkan kesedihan agar mendapatkan simpati dari mertua dan orang-orang sekitar. Aku rasa, dia tidak akan berhasil dengan itu. "Bunda, ada kakek ya?" Davin yang baru saja bangun dari tidur dan tidak menyadari ada peristiwa besar dalam rumah kami sejak semalam, nampak heran. Bocah itu bingung melihatku yang sembab, neneknya menangis serta kakeknya membisu."Ada apa Kek, kok semua orang diam saja?""Sayang, maafkan kakek ya." Ayah mertua meraih anakku ke dalam pelukannya lalu memeluknya dengan penuh kesedihan. Beliau menangis tapi mencoba menahan perasaan sedih itu. Beliau berusaha menunjukkan senyum dihadapan putra sulungku."Dengar Nak, apapun yang terjadi setelah ini ka
Usai mandi dan menunaikan salat yang tetap ku laksanakan meski terlambat. Aku kembali turun untuk menemui orang tua dan mertuaku. Sejak semalam, ayah dan ibu mertua sama sekali tidak makan jadi kuyakin mereka sangat lapar."Ayah, ibu, sebaiknya saya pesan makanan ya kalian belum makan."Di antara kelesuan dan kesedihan hatinya, ibu hanya mertua menggelengkan kepala. Beliau menolaknya."Siapa yang akan bersemangat makan, dalam situasi begini?""Kemarilah duduk menceritakan apa yang terjadi ucap Ibuku sambil memberi isyarat agar aku bergabung ke ruang tamu. Suamiku duduk menyendiri di teras samping sementara Fani masih di kursi teras. "Ada apa dengan kalian semua, dan kenapa pengasuh kalian duduk di teras sambil menangis.""Dia bukan lagi pengasuh ibu sekarang dia adalah istri suamiku.""Apa?!" Ibuku terbelalak mendengar jawabanku."Mereka baru menikah subuh tadi.""Dengarkan ibu baik-baik ibu tidak bisa mencerna apa yang kau katakan ini, penalaran dan akal Ibu tidak sampai kepada mak
Dengan disaksikan oleh ketua RT setempat kami akhirnya memasang triplek dan partisi sementara untuk membatasi ruang antara aku dengan Mas Fahri. Kedengarannya memang bodoh, saat seseorang yang baru saja bercerai karena perselingkuhan, tapi masih harus bertahan seatap sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Setidaknya sampai kami resmi bercerai di pengadilan. Tidak ada yang mau mengalah untuk meninggalkan rumah mahal ini. Rumah minimalis berlantai tiga, dengan fasad cukup mewah dan perabotan yang lengkap. Aku sendiri tak akan mengalah pergi dari tempat ini agar suamiku bisa tinggal dan berbahagia dengan pembantu. Sementara, dia tidak mau meninggalkan tempat ini dengan alasan masih tidak bisa berpisah dengan anaknya, belum siap dengan perceraian yang cepat, serta belum ingin pisah denganku yang belum habis masa iddah. Pintar sekali suamiku mempengaruhi keluarga, membukin alasan yang membuat orang tua mengambil keputusan seperti itu. Aku terjebak seatap dengannya serta se
Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y
Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y
Tiga hari sebelum aku menuju jenjang pernikahan. Tiba-tiba ada tamu yang tak diharapkan kedatangannya berdiri di hadapan pintu rumah. Saat itu aku dan beberapa teman sedang mengemasi souvenir.Rencananya pernikahan hanya akan dilangsungkan di lingkungan keluarga dan para sahabat terdekat saja jadi aku tidak akan mengadakan pesta besar, namun, menyediakan souvenir kenang-kenangan adalah hal yang ingin kulakukan untuk mengesankan para tamu undangan. Wanita itu dan suaminya tertegun melihat 4 orang temanku sedang sibuk meletakkan gelas kaca cantik ke dalam kotak souvenir. Dia berdiri dan tertegun di sana. Sedih Sudah lama tak bertemu membuatku seolah tidak mengenal gadis itu, sudah banyak perubahan di wajahnya tubuhnya berubah jadi kurus wajahnya pucat dan cekungan bola matanya menunjukkan kalau dia memang sedang sakit."Assalamualaikum." Wanita itu berucap dengan suara pelan, lirih nyaris tidak terdengar."Walaikum salam." Aku juga berdiri dan terpaku, bingung bagaimana harus memper
"Penting menegaskan pada mantan suamimu agar dia berhenti mendatangi kalian," ujar Mas Seno di mobil."Ya, Kami sudah sepakat untuk tidak bertemu lagi tapi dia datang untuk pinjam uang.""Lantas saat kau tidak mampu membantunya Kenapa lelaki itu malah murka dan berusaha menyakitimu?""Entahlah, mungkin cemburu Mas," balasku."Cemburu seakan kau tidak pantas berbahagia dan berteman dengan orang lain, begitukah?""Ya, bisa jadi.""Tapi bukankah dia sudah punya istri dan konom istrinya hamil?""Ah, dia keguguran, masuk rumah sakit dan minta bantuan biaya 2 juta dariku. Dia merasa berhak minta karena aku mewarisi sebagian besar harta gono gini.""Tapi pembagian itu bukankah adalah hak kalian dan anak-anak?""Mungkin dia merasa masih berhak memintanya.""Astaga sungguh tidak punya perasaan.""Ah, entahlah Mas.""Sepertinya kau harus pindah ke tempat di mana dia tidak menemukanmu.""Dia pasti akan menyusuri tempat tinggalku karena merasa bisa bertemu dengan anak-anak.""Kalau begitu kembali
Dua hari berikutnya sangat krusial, kudengar kabar keadaan bahwa Fanny kehilangan kesadaran, dia drop di rumah sakit karena pendarahan yang parah, menderita, kesakitan, menangis, depresi dan terguncang. Kudengar kabar itu dari salah satu temanku yang berprofesi sebagai petugas kesehatan.Dia tahu tentang peristiwa yang menimpa kehidupanku dan bagaimana wanita itu merebut suamiku, jadi dia berdiri di pihak diri ini untuk selalu memberiku kabar-kabar terbaru tentang perkembangan yang terjadi.(Dia drop, dia dirawat di ruang intensif.)(Bagaimana dengan Fahri?)(Tentu saja lelaki itu kebingungan dengan biaya... tidak lagi memiliki asuransi kesehatan, membuat lelaki itu harus membayar biaya rumah sakit dengan tarif umum. Kau tahu kan, wanita pasca abortus, dia harus mengalami operasi pembersihan dan biayanya cukup mahal belum lagi biaya rawat inap dan obat-obatan.)(Astaga....)(Aku yakin ibu mertuamu yang mantan seorang dokter harus repot menggelontorkan dana yang lebih besar, dia juga
Demi kebaikan segalanya aku memutuskan untuk mengambil keputusan dan menyuruh anak-anak untuk menegaskan keputusan mereka agar Mas Fahri tidak lagi datang dan mengganggu ketentraman hidup kami.Sore itu kuantar mereka bertemu dengan papanya di rumah neneknya, kebetulan neneknya sedang keluar ke pengajian jadi hanya ada dia di sana.Melihat kami berdiri di ambang pintu gerbang lelaki itu terlonjak bahagia. Dia berlari dan hendak menyambut kami dengan penuh sukacita tapi melihat ekspresiku dan anak-anak yang datar-datar saja lelaki itu langsung menghilangkan senyum di wajahnya."Aku sudah menunggu kalian dari pagi.""Mana istrimu? Kudengar dia hamil.""Dia di rumah.""Oh, baguslah, berarti kita bisa bicara dengan leluasa saat ini.""Apa maksudmu?"Lelaki mulai terlihat khawatir dan menelan ludah."Anak anak...." Aku memberi isyarat pada anak-anak untuk bicara secara langsung pada ayah mereka. "Papa, kami tidak ingin papa mengganggu kami lagi, kami tidak ingin papa datang tanpa member
Pukul empat sore, Mereka semua pamit dari rumahku setelah menyalami dan mereka mengucapkan terima kasih atas hidangan dan keramahan tuan rumah, aku mengantarkan mereka ke mobil."Terima kasih atas makanannya ya masakanmu benar-benar enak ucap Rika sambil merangkul dan menepuk bahu kanan ini."Sering sering main ya, agar aku tidak terlalu merasa kesepian.""Eh, sekarang kan ada Seno, Jadi kalian bisa share waktu dan hari Minggu kalian berdua.""Betul itu," jawab Mas Seno sambil berkedip padaku, entah kenapa dia tiba-tiba begitu berani dan gamblang menunjukkan godaannya.Mungkin karena tadi kami sudah bicara panjang lebar tentang keinginan dan harapan masing-masing, jadi pria itu mulai merasa akrab denganku. "Aku harap kalian cocok berteman," ucap suami Rika."Iya, Mas, makasih udah dikenalin.""Mudah mudahan berjodoh," lanjutnya sambil masuk ke mobil."Apa hanya mereka yang diantarkan mobilnya dan aku tidak?" tanya pria berjas abu abu itu. Aku tergelak dan mengarahkan tangan ke mobil
"Mari masuk, Saya sudah menunggu sejak tadi dan telah menyiapkan hidangan kecil-kecilan di meja makan," ujarku memecah kecandungan diantara kami dan tatapan mata lelaki bernama Seno yang lekat.Dia nampak terkesan dengan diriku tapi aku tidak mau terlalu over percaya diri, mungkin itu hanya bentuk penghargaan pada wanita yang baru ia temui.Ku arahkan pada tamuku ke arah meja makan di mana makanan yang masih hangat terhidang di sana, ada opor ayam, gulai ikan, sate lilit, dan urap sayur terhidang di sana. Tak lupa lalapan dan sambal. "Saya menyukai makanan khas Indonesia jadi saya menghidangkannya untuk kalian.""Kami juga suka, wah, sepertinya enak," ujar Rika."Langsung saja Mas, langsung dicicipi," ujarku pada suami sahabatku. Tak lupa aku bersilakan Seno juga untuk duduk dan kupanggil anak-anak untuk bergabung di meja makan. Kulayani tamu dengan baik, dengan cara memberikan pelayanan yang baik di meja makan, mendekatkan makanan dan menuangkan minuman, serta mengajak mereka bic
"Ciee janda, cantik kali perubahannya." Itu ucapan temanku menggoda diri ini saat aku tiba di kantor dengan penampilan baru dan parfum beraroma lebih segar, para sahabatku itu menatap diri ini dengan decak kagum dan mulai saling melirik satu sama lain."Alhamdulillah aku merdeka.""Tapi sampai hari ini aku tidak percaya bahwa kalian bercerai mengingat betapa harmonis dan mesranya kalian sebelum ini," ucap Mbak Vira salah seorang teman dekat Mas Fahri."Yang namanya kehidupan, bisa saja berbalik dalam satu tepukan, Mbak Vir," jawab Rika sahabatku."Sedih aja sih, meski akhirnya kalian mengambil keputusan untuk menjalani hidup masing-masing tapi aku tetap menyayangkan itu.""Mari kita hargai saja keputusan yang diambil oleh Arimbi dan Mas Fahri, aku rasa mereka pasti sudah membicarakan ini matang-matang.""Ya, semoga saja, semoga ini yang terbaik untuk anak anak," balasnya."Ayolah teman teman, saya baik baik saja, anak-anak saya baik-baik saja, tempat tinggal kami cukup layak, kendaraa