Sepanjang perjalanan, Berry merasa sangat bersalah. Bahkan dirinya tidak berani menatap wajah Miranda untuk saat ini. Miranda hanya menangis tanpa suara hal itu Berry ketahui lantaran Miranda seringkali menghapus air matanya yang keluar sedari tadi. Karena tidak tahu harus membawa Miranda kemana? Berry yang kebingungan dengan terpaksa menanyakan isi pikirannya itu langsung kepada Miranda.“Miranda, Maaf... Kamu mau tinggal dimana?” Berry berkata sangat hati-hati agar Miranda tidak sensitif terhadap dirinya. Miranda menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa.“Kalau gitu apa perlu aku sewaan kontrakan untuk kamu?” tanya Berry yang baru teringat bahwa dirinya akan dibayar oleh Kelvin sesuai perjanjian.“Tidak. Aku baru teringat dengan ibuku, tolong antar aku ke rumah ibu yang ada di desa A” ujar Miranda pelan.Berry mengangguk namun sebelum mengantarnya ke desa, Berry harus meminta izin terlebih dahulu dengan ibunya yang masih sakit. “Kita ke rumah ibuku dulu, aku mau meminta izin” u
Setelah berunding dengan pihak keluarga lain Joshua pun memutuskan untuk menikahi Desi. Hingga mereka melaksanakan pernikahan di hari Senin depan. Desi sudah terlihat berbunga-bunga karena dia hampir berhasil mendapatkan ketus RT yang begitu di idolakan banyak emak-emak. Lisa merasa kecewa namun tidak tahu harus berbuat apa? Hanya kekecewaan tanpa balasanlah yang saat ini ia rasakan. Malam ini, Miranda sudah sampai di rumah Desi. Berry sempat mengobrol dengan Miranda namun dia harus segera pulang karena khawatir dengan keadaan ibunya.“Terimakasih sudah mengantar aku ke rumah ibu” ujar Miranda.“Sama-sama Miranda, aku pulang dulu soalnya ibu aku sendirian di rumah” ujar Berry.“Iya, Berry... Hati-hati dijalan” ujar Miranda.Berry pun pergi dari sana menuju ke kota. Ada perasaan kasihan yang kini dirasakan olehnya. Setelah memastikan Berry sudah tidak ada, Miranda pun mengetuk pintu rumah dengan beberapa kali. Dari dalam rumah, Desi terlihat sedang merias wajah di kamar tidur. Sesekali
Acara pernikahan Desi dengan Joshua terbilang cukup menarik perhatian para warga setempat. Selain karena status Joshua sebagai RT, pengaruh Desi yang begitu terkenal membuat orang lain tertarik untuk hadir di pernikahan tersebut. Desi merasa senang karena banyak tamu tak di undang datang ke rumah Joshua. Melihat itu, semakin sombong Desi terhadap dirinya. “Dasar kalian tidak ada apa-apanya buatku” gumam Desi dalam hati. Miranda yang baru keluar dari kamar tidur berjalan menuju ke arah Desi. Dirinya merasa heran sekaligus takjub dengan ramainya orang-orang di rumah tersebut. Karena keheranan, Miranda pun mengatakan bahwa dirinya merasa senang atas pernikahan ibunya dengan Joshua. “Ibu, banyak tamu yang turut mendoakan pernikahan ibu sama paman Joshua” ujar Miranda.“Kamu tahu tidak? Joshua itu paling di idamkan kaum emak-emak yang murahan. Eh malah Ibu yang dapatkan Joshua” ujar Desi.“Iya, Ibu. Aku turut bahagia melihat Ibu juga bahagia” ujar Miranda.Tidak lama kemudian, Joshua me
Somat kembali menagih uangnya ke Desi yang sedang berbelanja di dagangnya. Kebetulan juga dagangan Somat lagi sepi pembeli hanya ada Desi seorang. Karena itu Somat pun berani menagih uangnya tersebut. Desi kembali melupakan janjinya dan selalu saja bertele-tele dalam berbicara. Somat ingin marah namun tidak bisa, Desi pun mengurungkan niatnya itu untuk berbelanja di dagangnya. Melihat sepi pembeli, Somat pun memintanya agar tidak membatalkan berbelanja di dagangannya. Bahkan, Somat dengan rela bersimpuh di kaki Desi hanya untuk memohon. Desi tetaplah keras kepala dan dengan tega menghempaskan tubuh Somat hingga terjatuh ke tanah. Setelah puas menghempaskan tubuh Somat, Desi pun meninggalkannya yang masih meringis kesakitan. meskipun jatuh ke tanah bukan berarti tidak terluka. Somat mendapati tangan dan kakinya memar akibat terkena batu kecil-kecil yang bercampur dengan tanah. Hingga datanglah Miranda yang melihatnya masih terduduk di tanah tersebut. Miranda pun terkejut dan membantu
Keputusan Kelvin untuk menceraikan Miranda memang sudah matang ia pikirkan. Meskipun ada perasaan aneh yang setiap saat ia rasakan tidak akan mampu mempengaruhi prinsipnya untuk lepas dari Miranda. Yunita juga selalu ikut mendampingi Kelvin dalam mengurusi surat-surat perceraian tersebut. Hingga akhirnya surat itu pun harus ditandatangani oleh Miranda.“Bagaimana ini Yunita? Miranda harus menandatanganinya tapi aku tidak tahu keberadaannya sekarang” ujar Kelvin yang tengah duduk di ruang tamu rumahnya.“Coba kita cari di rumah kediaman orang tuanya?” ujar Yunita. “Kamu benar” Kelvin dan Yunita bergegas menuju ke arah parkiran dan masuk ke dalam mobil.Selama diperjalanan, Kelvin hanya bisa diam sambil mengemudi. Sementara Yunita sudah tidak sabar untuk dinikahi oleh Kelvin. Baginya, tidak ada laki-laki lain yang mampu menarik perhatiannya. Selain kaya raya juga Kelvin memiliki paras yang tampan hingga membuat Yunita gatal move on.“Kelvin, apa masih jauh?” tanya Yunita.“Lumayan jauh
Pernikahan Kelvin bersama Yunita bahwa diadakan sebelum Kelvin benar-benar menceraikan Miranda. Bahkan Miranda sendiri tidak mengetahui kabar itu. Ketika Miranda tengah mengambil air dengan menggunakan gelas minum tiba-tiba saja gelas tersebut jatuh dan pecah. Perasaan tidak menentu seakan perasaan itu sedang memberikan informasi kepada Miranda.”Aku harus membersihkannya sebelum ibu mengetahui ini” gumam Miranda pelan.Di lain sisi, Kelvin hanya bisa diam seperti sedang menanggung beban pikiran. Hatinya merasa tidak bahagia dengan pernikahan itu namun wajahnya terus saja memalsukannya dengan bermuka dua. Sedangkan Yunita terlihat sumringah dan selalu memegangi tangan Kelvin. Satu persatu para undangan menghampiri mereka dan memberikan doa yang berlimpah. Selama itu juga Kelvin hanya bisa mengangguk pelan dan terus tersenyum ala kadarnya.“Akhirnya kita resmi menjadi suami istri ya Sayang!” perkataan Yunita begitu kencang hingga didengar oleh beberapa orang yang berada dekat.“Iya, ak
Seperti janji kemarin yang telah Berry katakan pada Miranda, hari ini pun Berry datang kembali ke rumah Miranda. Seperti biasa, Miranda sudah selesai menyiapkan hidangan di atas meja dan dirinya mendengar suara orang dari luar pintu. Miranda meyakini bahwa yang datang adalah Berry dan benar saja Berry pun sudah berada di hadapannya. Tersirat senyuman manis yang menghiasi bibir Miranda. Berry pun salah tingkah melihat kecantikan Miranda yang alami.“Apa kamu sudah siap?” tanya Berry.“Sudah, hanya perlu untuk mengenyangkan perut saja” ujar Miranda.Miranda mengajaknya untuk makan bersama. Setelah itu, Berry dan Miranda menuju ke restoran ternama yang katanya pemilik restoran tersebut adalah ayah dari teman dekatnya. Selama diperjalanan itu Miranda hanya bisa terdiam dan gelisah. Rasa ketidakpercayaan diri sedang ia rasakan. Bagaimana tidak? Miranda yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman kerja ke restoran kini dengan nekat ingin mengajukan lamaran di restoran ternama. Baginy
Terlihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 6:56 Pagi. Terlihat Miranda sudah berpakaian rapih. Memang bangun bangun pagi bukanlah hal yang susah bagi wanita serajin Miranda yang sangat pintar mengatur waktu. Dengan wajah yang dirias membuat Miranda semakin segar untuk dipandang.Suara ponsel mulai bergetar dan Miranda dengan cepat melirik siapa yang sedang menghubunginya lewat telepon. Tenyata yang menelponnya adalah Berry yang memang akhir-akhir ini berperan penting dalam kemajuan Miranda. Dengan cepat Miranda mengangkat telepon itu dan mereka mulai berkomunikasi.“Aku sudah selesai semuanya” ujar Miranda.“Baiklah Miranda, aku akan segera menuju ke rumah kamu” ujar Berry yang mengkonfirmasi bahwa dirinya sedang berasa di warung yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Miranda dan segera menemuinya.Miranda terlihat tersenyum tipis dan mengiyakan. Telepon tersebut pun dimatikan ketika sudah tidak ada lagi obrolan yang perlu di bahas. Miranda memutuskan untuk mengunci kamar tidur
Olivia nekat menemui mantan pembantu yang pernah bekerja di rumah Jessika. Dengan berharap ia akan menemukan jawaban yang bisa membebaskan Andra dari tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Hanya saja, rumah yang dituju cukup jauh dari perkotaan tempat Olivia tinggal dan gak inilah yang menyebabkan Olivia tidak bisa mendampingi Andra selama proses persidangan berlangsung.Selama perjalanan yang berliku-liku itu akhirnya membuahkan hasil. Pembantu tersebut mengaku siap menjadi saksi mata tanpa dibayar sepeserpun. Pembantu itu pun bahkan mengaku telah menyimpan bukti rekaman cctv yang menangkap rekaman saat Olivia dan Andra terjebak dan di sekap di rumah Jessika.“Kalau begitu kita harus ke kota sekarang Bik. Kita harus tunjukkan bukti cctv ini” ujar Olivia dengan penuh harap.“Mohon maaf Non, bukannya saya tidak mau membantu tapi untuk saat ini saya belum bisa ke kota Non. Kemarin Mama saya meninggal dunia dan saya masih dalam suasana berduka” ujar si mantan pembantu Jessika.“Lalu kapan bisa
“Aku tidak bisa menceritakan ini sama kamu karena waktu kita tidaklah banyak! Olivia, aku telah berkorban untuk kamu dan sekarang kamu harus menuruti apa yang aku katakan. Sekarang, kamu harus pergi sejauh mungkin dan minta pertolongan pada orang lain. Lupakan aku, aku pasti akan kembali” ujar Andra sambil memegang jari tangan Olivia dengan erat. Seakan ia tak ingin dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintai. “Tapi kamu berjanji akan menyusul aku Ndra?” tanya Olivia.“Aku berjanji” Andra menunjukkan jari kelingkingnya agar Olivia mempercayainya. Sembari menitikkan air mata, Olivia mencoba membalas dengan menunjukkan jari kelingkingnya dan kemudian Andra menghapus air mata yang telah membengkak kan mata Olivia. "Kamu tidak pantas menangis, kamu harus bisa melawan tangisan itu demi aku" pinta Adra.Olivia dengan berat hati meninggalkan Andre seorang diri. Hatinya sakit namun ini juga demi Andra. Andra memerintahkannya untuk pergi tanpa tahu alasan yang sebenarnya mengapa Andra tidak
Setelah berusaha keras untuk membuka gembok pintu akhirnya gembok itu pun terbuka. Miranda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh sejauh mungkin. Bahkan ia belum sempat memakai sendal karena terburu-buru.Hujan badai turun membuat tubuhnya basah dan kedinginan. Tiada lagi tempat yang akan ia berteduh. Hingga seorang ojek online datang menghampirinya. Awalnya Miranda mengira orang itu adalah mata-mata dari Cleo namun setelah berkomunikasi, Miranda yakin bahwa orang itu adalah orang baik.“Tolong saya, antarkan saya ke kantor polisi” pinta Miranda.“Baik Bu, ayo duduk Bu” ujar ojek tersebut ketika sudah memberikan helm pada Miranda.Setelah Miranda duduk membonceng, ia pun bisa bernafas dengan lega. Ia telah ditolong oleh tuhan untuk bisa meloloskan diri. Tidak henti-hentinya ia berdoa agar bisa sampai di kantor polisi.“Bu, sudah sampai ini” ujar si ojek online. Miranda memberikan uang pada si tukang ojek lalu ia masuk ke dalam kantor polisi untuk melap
“Andra bangun!!!” teriak Jessika. Beberapa orang menyarankan Andra harus dibawa ke rumah sakit namun Jessika menolak. Ia yakin bahwa Andra pasti akan sadar sendiri.Selama beberapa detik Andra pingsan Andra pun sadar. Salah satu orang memberikan air putih kepadanya. Merasa lebih baik Andra meminta maaf karena ia mengaku tidak enak badan. Para tamu undangan pun telah pulang dan kini menyisakan kedua belah pihak yakni orang tua Andra maupun orang tua Jessika.“Jeng Siska, nanti putri Jeng Siska pasti akan saya jaga dengan kasih sayang di rumah saya” ujar Yunita yang kini telah resmi menjadi mertua Jessika.“Loh... Tidak perlu susah-susah seperti itu Jeng. Anak saya akan tetap tinggal di rumah ini yang ada si Andra sendiri yang pindah rumah dan tinggal di rumah ini” ujar Siska.Yunita tersentak kaget karena ia tidak diberitahu sebelumnya oleh Andra. Sementara ia sendiri tidak dapat protes karena tahu diri sama siapa ia berhadapan. “Andra, apa benar yang dikatakan Jeng Siska itu?” tanya Y
“Aku tidak bisa menikah sama kamu Jes. Kamu tahu sendiri bahwa aku tidak pernah memiliki perasaan lebih ke kamu” ujar Andra menegaskan.“Kamu tinggal pilih menikah dengan aku atau kamu harus melihat cewek ini akan merasakan kelaparan? Kalau memang kamu mencintai pacar kamu ini maka sebaiknya kamu harus tunjukkan itu dengan cara menikahlah denganku Sayang” ujar Jessika.Andra tertunduk ia tidak bisa menjawab. Jessika tersenyum lalu berkata, “Kamu tenang saja Andra, aku akan memberikan kamu kesempatan untuk memilih hanya malam ini saja kalian bisa merenungkan itu. Untuk besok pagi, aku akan ke sini lagi dan menerima jawaban kamu. Setelah itu aku tidak akan lagi kesini untuk memberikan kamu peluang untuk hidup”“Kamu sudah gila Jessika!!!” teriak Olivia.Jessika tidak menghiraukan teriakan Olivia karena sejujurnya Jessika sudah muak melihat wajah Olivia. Jessika pun keluar dari sana dan meninggalkan Olivia maupun Andra.“Andra, apa keputusan kamu? Aku yakin, kita bisa bebas tanpa harus k
“Apa maksud kamu Jessika?” tanya Olivia.Jessika tersenyum sumringah dan menyentuh rambut Olivia. Tindakan Jessika yang menyentuh rambut Olivia dengan cepat Olivia menghempaskan tangan Jessika dari rambutnya yang lurus.Jessika tidak marah namun ia semakin sumringah hingga tertawa terbahak-bahak. Dalam hati Andra, Jessika sudah tidak normal. Jessika pun memberhentikan tawaanya lalu menatap wajah Olivia dan Andra secara bergantian.“Apa kalian ingin aku menceritakan semuanya?” tanya Jessika dengan santai.Andra mengangguk sementara Olivia sudah hampir tersulut emosi. Syukurlah Andra berhasil menenangkan Olivia agar Olivia bisa lebih sabar lagi menghadapi sikap Jessika yang sudah tidak waras ini. Kini, raut wajah Jessika sudah tidak lagi sumringah karena kini raut wajahnya telah berubah menjadi sedih.“Aku benci sama kalian! Terutama kamu Olivia!!!” teriak Jessika.“Kamu... Sama Papa kamu sama saja! Kalian telah menyakiti hati aku yang rapuh ini khiks. Aku hanya ingin merasa dicintai,
Olivia terbangun dari tidurnya dan menoleh ke arah Andra. Ia terkejut ketika Andra sudah tidak ada di dalam mobil. Sontak Olivia khawatir dan mencoba menghubungi nomor handphone Andra. Lagi-lagi ponsel Andra ketinggalan di dalam mobil tersebut.“Astaga... Dimana kamu Andra?” air mata Olivia tidak sengaja keluar begitu saja. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi untuk kesekian kalinya.Olivia berinisiatif untuk datang ke alamat rumah dan berharap Andra sudah lebih dahulu ada di sana. Olivia yang masih merasa lelah dan mengantuk tetap ia coba untuk fokus mengemudi.“Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelesaikan masalah ini” gumamnya.Tidak ada satupun orang yang sudah terbangun jam segini. Ada perasaan takut namun rasa takutnya dikalahkan dengan rasa kekhawatirannya pada Andra. Ia ingin cepat ke lokasi dan membantu Andra yang mungkin sedang membutuhkan bantuannya. Secara logika, bekerjasama akan lebih optimal ketimbang berpencar-pencar seperti ini.Olivia akhirnya sam
“Apa! Ada yang memata-matai saya? Dasar sialan! Cepat bawa dia ke hadapan saya!!!” perintah seorang gadis yang terlihat cantik namun tidak dengan hatinya.Beberapa anak buah Jessika menarik paksa tubuh seorang lelaki dalam keadaan babak belur. Dia adalah mata-mata yang baru saja melaporkan informasi kepada Olivia. Berjalan dengan tegak ke arah dirinya yang bersimpuh tidak bertenaga.“Woi Om... Lo mau nyari apa di rumah gw!” bentak Jessika.“S... Saya ti... Tidak nyari apa-apa” ujarnya berbohong.“Ohhh begitu? Dasar pembohong!” seru Jessika yang kini tidak segan menendang pria itu hingga menjerit kesakitan.“Ampuuun tolong berhenti!” teriak pria tersebut.“Kalau Lo mau gw bebaskanlah maka kasih tahu ke gw, Lo itu mau ngapain!” bentak Jessika kembali.Pria itu menelan ludahnya dengan hati deg-degan. Dengan terpaksa ia pun menceritakan hal yang sebenarnya pada Jessika. Sontak Jessika marah besar karena Andra dan Olivia sudah lancar mencari keberadaannya. Jessika yang rupanya sudah menget
Sesampainya di rumah sakit Andra dan Olivia berlari menuju ke salah satu kamar rawat inap. Andra membuka pintu dan melihat mamanya sudah terbujur kaku. Andra menangis sejadi-jadinya sambil memeluk erat tubuh mama tercinta.“Mama... Jangan tinggalkan Andra hiks” Andra terus menangis. Olivia yang sudah lebih dulu melihat pemandangan yang menyakitkan ini saat Papanya sudah tiada. Ingin rasanya Olivia menyentuh bahu Andra namun ia masih kecewa dengan pemuda itu. Dengan menahan rasa rindu ia tidak menyentuh bahu Andra.“Mama kamu sudah tenang di alam sana. Kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik” ujar Olivia.Andra tidak bisa memeluk mamanya terlalu lama karena pihak rumah sakit akan membawa mamanya ke kamar jenazah. Andra pasrah ketika selang infus yang terpasang di pergelangan tangan kiri mamanya sudah mulai di cabut oleh perawat. “Olivia, aku sudah sendirian. Mama meninggal dan Papa juga meninggal. Saat ini aku bingung harus mengasuh kedua adikku yang masih kecil, aku belum s