"Bang, belanjanya sudah?" Aku menghampiri Bang Akhwan tengah menikmati secangkir kopi dan sebuah kue donat yang cukup terkenal dan legendaris. Aku saja sampai sebesar ini belum pernah mencicipinya. Dulu, sebuah donat harganya cukup lumayan bagi kami berdua. Sehingga kami memutuskan beli jajanan yang lebih murah."Duduklah dan makan dulu! Abang sudah pesankan minuman untukmu!" Aku duduk sambil mencicipi donat legendaris ini. Jika dilihat dari harganya, bisa lima kali lipat dari donat biasanya. Aku mengunyah pelan dan merasakan donat yang baru pertama kali aku makan. Sungguh, ini sangat terasa nikmat sekali. Pantas saja, sudah puluhan tahun berdiri, namun tidak pernah sepi pelanggan meski banyak sekali aneka jenis donat dari berbagai merk."Bang!""Hmm!""Gimana ya?" "Kamu ragu dengan cinta Rizky?" Aku mengangguk pelan."Salatlah istikhara dulu! Semua jawaban ada di sana!" Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil pada Bang Akhwan. Benar, salat istikhara sangat penting untuk menentu
Pagi ini aku sudah mengemas semua barangku dan kembali pulang ke rumah. Besok lusa juga Bang Akhwan juga sudah waktunya kembali ke Kalimantan. Ini tandanya urusan pembukaan cabang baru sudah selesai. Aku membawa turun semua baranh dan juga boneka besar yang nantinya akan mengingatkanku pada Rizky."Hei, Tedy. Sepertinya aku akan selalu merindukan majikanmu yang dulu!" Kucubit hidungnya sebelum aku bawa turun.Di lantai satu sudah terlihat Bang Akhwan yang tengah memasukkan kopernya ke bagasi. Aku juga segera menyusulnya memasukkan barang ke bagasi. "Sarapan dulu!" Aku menoleh ke sumber suara. Rizky sudah menyiapkan sarapan untuk kami. Biasanya pengunjung akan memesan makanan sendiri, namun kami berbeda. Tanpa dipesanpun makanan sudah tersedia.Usai mengemas semua barang kami, lanjut ke meja yang ada di teras kamar Bang Akhwan tempati. Roti sandwich dan juga susu sudah terhidang di meja. Kelihatannya hanya sekedar sandwich, tetapi jika dilihat dari isinya, bagiku sudah mewakili satu p
Aku cukup heran dengan kejadian barusan. Jika memang dilakukan manusia, pasti tidak akan hilang secepat ini. Tetapi jika dilakukan makhluk tak kasat mata, apa iya akan muncul saat belum menjelang sore?Aku berusaha memberanikan diri mengambil dan merapikan kembali beberapa barang yang berantakan. Mulutku juga tidak berhenti untuk melantunkan doa yang aku bisa supaya gangguan tidak muncul lagi. Peluh semakin membanjiri tubuhku.BrakTiba-tiba saja pintu toko terbanting seakan ditutup dengan cukup keras. Tentu saja ini membuatku semakin takut. Suasana menjadi agak temaram seiring tenggelamnya matahari yang kembali ke peraduan. Adzan magrib mulai berkumandang, aku gegas kembali ke rumah dan menutup semua jendela dan pintu. "Rin!" Aku terperanjat ketika Ibu sudah berada dj belakangku dengan tatapan yang penuh keheranan."Ibu!" "Kamu kenapa, Nak? Kayak ketakutan begitu!" Ibu sudah bisa menebak yang aku sembunyikan."Tidak ada apa-apa, Bu. Arin hanya capek saja!" Aku masuk ke kamar dan be
Aku merasa ada yang aneh lagi pagi ini. Aku hendak beranjak tetapi kaki sulit digerakkan. Mulai kaki tiba-tiba berat dan Rizky mengatakan jika ada rantai yang membelenggu kaki aku sehingga tidak bisa digerakkan."Sudah, jangan terlalu dipikirkan! Semua akan beres!""I-iya. Hanya tidak menyangka saja, ternyata ada orang yang menginginkanku celaka!" Cukup mengerikan dengan mimpi semalam. Aku dipaksa menikah dengan makhluk aneh atas suruahn seseorang."Ayo aku bantu ke kamar mandi!" Dia berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku."Tidak perlu, Riz! Aku bisa sendiri, lagian aku juga nggak sakit!" Rizky hendak memapahku, namun aku menepisnya. Bukan karena aku tidak mau, tetapi aku bisa sendiri. Apalagi ke kamar mandi. Aku ke kamar mandi membersihkan tubuhku yang sudah lengket karena keringat. Aroma tubuhku juga asem sekali. "Untung saja aku menolak tawarannya. Bisa malu aku karena aroma tubuhku!"Singkat cerita, usai sarapan, aku melihat Bapak dan Rizky tengah mengobrol di depan toko yan
Satu bulan sudah aku tidak bertemu Rizky dan hari ini adalah hari dimana dia datang melamarku. Aku dan dia sudah mendapatkan petunjuk untuk melanjutkan hubungan ini melalui istikhara kami. Jujur saja, aku sangat rindu padanya. Setiap hari hanya video call yang bisa kami lakukan untuk berkomunikasi. Terorpun sudah tidak ada lagi setelah Rizky berhasil mengobatiku satu bulan lalu.Sedari tadi Ibu dan Bapak sudah berkutat untuk mempersiapkan tamu yang akan datang. Tepat menjelang siang, sebuah mobil datang dan mulai memasuki halaman rumah. Halaman rumah cukup luas, bisa dipakai untuk dua mobil.Rizky begitu tampan menggunakan balutan baju batik yang sama denganku. Aku awalnya menolak menggunakan baju yang sama dengannya, namun dia tiba-tiba mengirim paket untukku berisi batik yang akan dikenakan saat lamaran tiba. Terlihat Mbak Mira bersama suaminya, tidak lupa Pak Hadi dan kedua orang tua Mbak Mira. Mereka semua orang baik.Aku dan kedua orang tuaku menyambut kedatangannya. Tatapan Rizky
Kupandangi wajah Mas Aldi begitu lekat. Tatapannya sayu seperti sedang dalam keputus asaan yang teramat dalam. Tubuhnya juga terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Janggut dan brewok yang biasanya selalu dia bersihkan, kini terlihat tidak terawat."Mas Aldi!" Bibirnya tersenyum namun ada luka di balik senyumnya."Hai, Arin. Apakah lelaki tadi calon suamimu?" "I-iya, Mas. Dua minggu lagi kami menikah!" Mau tidak mau aku harus memberikan kabar ini. Bagaimanapun harus tetap diberitahu supaya tidak lagi menaruh harapan padaku."Tidak adakah rasa cinta saat masih sekolah dulu, Rin? Aku sangat mencintaimu dan aku rela melakukan apapun demi mendapatkan cintamu!" Aku terdiam seketika mendengar keberanian Mas Aldi. Teringat perkataan Mas Anton saat dirinya melihat orang mencurigakan. Aku khawatir jika yang dilihatnya adalah Mas Aldi dan ingin membalas dendam padakh adalah benar.Ah, kenapa ada batu sandungan lagi di saat pernikahanku segera digelar. Aku benar-benar mengkhawatirkan semuanya ter
Mungkin ini keputusan yang tidak masuk akal. Karena teror, akhirnya pernikahanku dimajukan dari rencana awalnya. Bapak meraih ponsel miliknya dan menghubungi Rizky. Aku mendengar Bapak menjelaskan semua yang terjadi padaku termasuk teror lagi. Bapak juga memberitahu Rizky jika ada sosok lelaki yang datang setelah dirinya pergi. Ah, aku tahu Bapak mungkin tidak sanggup jika putri kecilnya akan mendapatkan teror lebih banyak lagi sehingga memutuskan untuk menikahkan dan nantinya aku bisa pergi dari kampung ini mengikuti suamiku.Dan singkat cerita, akhirnya pernikahanku dilanjutkan satu minggu lebih cepat dari rencana sebelumnya dan hari ini ini pernikahanku digelar. Meski hanya sebatas akad nikah saja tetapi aku sudah cukup bahagia. Bang Akhwan juga turut hadir menjadi saksi dalam pernikahan keduaku.Dalam proses akad ini, aku sengaja hanya menggunakan riasan sederhana saja. Salah satu jasa rias pengantin membantu merias wajahku supaya lebih cantik. Jujur saja, meski ini pernikahan ked
Aku memberanikan diri keluar dari dapur dan mencari keberadaan Ibu. Ruang keluarga terasa sangat sepi tidak ada seorangpun. Padahal biasanya ruang keluarga adalah ruangan yang paling ramai. Meski hanya sekedar menonton bola bersama. Aku mencari keberadaan orang-orang ke ruang tamu, namun ternyata tidak ada orang juga. Hingga akhirnya aku terpaksa ke toko, hanya saja harapanku nihil. Aku benar-benar sendirian di rumah. Rizky juga tidak ada di kamar. Aku duduk di ruang tamu dan melantunkan harapan untuk keselamatan seluruh keluargaku. ArghTerdengar suara erangan dari arah samping rumah. Ingin sekali aku berjalan ke sumber suara tersebut, namun aku tidak cukup berani untuk melakukannya.HahahahahTerdengar tawa keras usai suara erangan. Tanganku bergetar hebat ketika salah satu kursi bergerak sendiri. Ingin berteriak namun tidak bisa. Tubuhku seperti sudah terkunci untuk menyaksikan kejadian di luar nalar.Lagi-lagi aku mendengar suara teriakan dan rapalan surah untuk ruqyah. Aku penas
Hampir satu tahun pernikahan, kehidupan rumah tanggaku nyaris sempurna. Rizky begitu perhatian dan memberiku banyak cinta. Meski sampai sekarang aku belum mendapatkan tanda-tanda kehamilan, Rizky tidak pernah menanyakan atau membahas buah hati. Disini kami hanya berusaha dan berikhtiar. Urusan buah hati, mutlak kuasa Allah.Usaha Rizky semakin hari semakin berkembamg pesat. Penginapan dan restoran hampir tidak pernah sepi. Sekarang dia membuka usaha baru berupa minimarket."Melamun aja," lagi-lagi dia melingkarkan kedua tangannya di perutku ketika aku sedang menatap indahnya pagi hati di balkon. Meski usaha bertambah, tetapi untuk tempat tinggal kami masih sama. Hanya ada renovasi sedikit membuat area balkon di teras rumah. Balkon untuk tempat aku bertanam. Aku menyibukkan diri dengan bertanam sayur di balkon selain membuat asinan buah andalanku."Kok sudah pulang, Mas?" Hendak aku lepaskan kedua tangannya yang melingkar di perutku, tetapi dia malah mengeratkan pelukannya."Aku bosnya
Baru saja Stella tenang, kami kembali dikejutkan dengan keramaian warga di depan rumah. Kami semua keluar rumah kecuali Pak Hadi yang menjaga Stella di dalam kamarnya."Dia menculik Stella dari rumah sakit!" "Hadi gila!" Brak brak brakBu Marni benar-benar tidak beretika sama sekali. Harusnya dia masuk dan bicara baik-baik. Malah sebaliknya, berteriak di luar seperti orang kesetanan ditambah pakaiannya yang compang camping. Masih terlihat bekas kecelakaan di kepalanya. "Bu Marni, apa yang anda lakukan disini?" Terpaksa aku bertanya atas tujuannya datang kemari."Lihatlah! Dua orang wanita ini adalah selingkuhan Hadi. Dan dua lelaki di sampingnya adalah anak buah Hadi. Hahahahah!" Aku merasa ada yang aneh dengan keadaan Bu Marni saat ini. Mas Anton meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Entah siapa yang akan dihubungi."Bu Marni yang cantik dan baik hati!" Seketika senyum Bu Marni mengembang karena rayuan Mas Anton. "Kita duduk dulu disana yuk! Kita minum teh bareng!" Bu Marni
Hari ini hari minggu bertepatan dengan jadwalnya kepulangan Stella dari rumah sakit. Aku dan Mbak Mira sudah berencana untuk mengantar makanan matang saat mereka bertiga sampai di rumahnya supaya Bu Asti tidak lagi memasak makanan sepulang dari rumah sakit. Sejak subuh aku sudah berkutat dengan beberapa menu makanan. Ada sayur lodeh, bakwan jagung dan ayam goreng. Menu inilah yang nantinya akan aku bawa ke rumah Pak Hadi. Sedangkan Mbak Mira bertugas membuat jajanan pasar atau cemilan lainnya."Sayang!" Selalu saja mengejutkanku dari belakang dengan kedua tangan yang melingkar di perutku."Ada apa? Aku sedang masak, jadi belum bisa diganggu!" Sahutku sambil mengaduk sayur lodeh yang mulai mendidih."Nggak ada apa-apa. Seneng aja peluk kamu dari belakang!" Sesekali dia mencium leher jenjangku jika sudah seperti ini."Sudah nanti aja cium-ciumnya. Duduk saja di kursi, biar semua masakan ini cepat selesai!" Akhirnya dia duduk di kursi. Desain dapur mirip seperti mini bar membuatku selal
Bu Endang kembali pulang, namun mulutnya tidak berhenti menggerutu karena gagal mendapat info dari kami. Aku lihat sesekali dia merapikan jambul kebanggaannya ketika berpapasan dengan warga. Begitulah sosok Bu Endang di kampung kami yang mirip sekali dengan wartawan."Akhirnya si Nenek gayung pulang juga!" Celetuk Mbak Mira melihat Bu Endang yang pergi meninggalkan warung Mbak Mira. "Iya, pengen aku lurusin aja itu jambulnya!" "Jadi apa nanti kalau jambulnya lurus!" Kami semua tertawa usai melihat aksi Bu Endang. Kami menikmati sajian makan siang dari Mbak Mira. Sungguh, ini sangat enak sekali. Aku lihat, Rizky juga sangat menikmati gulai nangka muda buatan Mbak Mira, sama seperti Mas Anton. Lauk apapun akan enak rasanya asalkan ada gulai nangka. Sepertinya aku harus belajar resep ini pada Mbak Mira supaya aku bisa memuaskan perut Rizky."Mbak juga sudah siapkan di rantang untuk kalian bawa pulang!" Ternyata di sampingku sudah ada rantang berisi gulai nangka."Ah, terima kasih Mbak
Sesuai dengan rencana kami sebelumnya, Rizky mengantar aku, Mbak Mira dan juga Bu Asti ke rumah sakit sebelum bekerja. Awalnya dia berencana untuk tetap ambil cuti, hanya saja ada pertemuan penting dengan salah satu rekannya hari ini. Terpaksa Rizky mengurungkan niatnya menemani kami semua. Mbak Mira dan Bu Asti membawakan baju ganti kepada Mas Anton dan juga Pak Hadi. Tidak lupa makanan juga sudah disiapkan para istri dari rumah. Kami menikmati sarapan di ruang tunggu kecuali Pak Hadi yang memilih sarapan di dalam ruang rawat inap."Apakah semalam Stella sudah sadar, Mas?" Tanyaku pada Mas Anton. "Sudah, tetapi hanya sebentar saja setelah itu kembali tertidur!" Sahut Mas Anton. Pasti Pak Hadi merasa terpukul melihat kondisi anaknya saat ini."Semalam Stella bahkan menangis dan meminta maaf kepada ayahnya!" Berita ini benar-benar cukup membahagiakan. Apalagi Stella meminta maaf kepada Ayahnya. Selama ini jarak Stella dengan Pak Hadi cukup jauh. Itulah sebabnya Stella sering membanta
Keesokan harinya, Rizky sudah kembali bekerja di salah satu restoran miliknya. Sedangkan aku, menikmati kegiatanku membuat asinan sebagai kesibukanku di rumah. Rencana nanti sore, aku dan Rizky akan berkunjung ke warung Mbak Mira sekalian mengirim asinan buatanku.Sore sepulang kerja, aku dan Rizky berkunjung ke warung Mbak Mira. Kami menggunakan motor matic karena lokasi tidak terlalu jauh. Kedatangan kami disambut hangat oleh Mas Anton, Pak Hadi dan Mbak Mira. Aku melihat rumah mantan suamiku sudah terlihat bersih. Mungkin sudah laku oleh pembelinya."Pengantin baru, jalan-jalan pakai motor biar tambah romantis!" Celetuk Mas Anton membuatku malu."Kau selalu menggodaku, Bang!" Sahut Rizky sambil melempar kulit kacang ke arah Mas Anton. Mereka berdua sudah seperti kakak adik."Mbak, ini ada tiga puluh bungkus!" Aku meletakkan semua asinan milikku di lemari es yang ada di warung. "Siap, Arin!" Sahut Mbak Mira tengah sibuk mengaduk teh.Tiba-tiba terdengar suara ramai dari salah satu
Mas Anton menghampiri kami berdua dan mengajak Rizky mengibrol berdua. Entah apa yang mereka bicarakan karena terlihat sangat serius sekali. Aku mengalihkan rasa ingin tahuku dengan mengobrol bersama yang lain. Mbak Mira dan Bu Asti adalah keluarga di kota. Meski bukan berasal dari hubungan darah yang sama, tetapi dari dulu aku nyaman bersama mereka berdua."Sering-sering mampir ke warung, Rin. Andai sekomplek, pasti warung nanti akan ramai!" Celetuk Mbak Mira."Nanti Arin pasti akan sering main kesana, Kak jika memang lagi senggang!""Janji ya?" "InsyaAllah. Oh ya, Mbak. Arin masih boleh nitip asinan di warung Mbak Mira?" Teringat dulu pernah bikin usaha kecil-kecilan. Setidaknya aku punya penghasilan sendiri selain dari suamiku. Meski aku tahu nafkah dari suami sangatlah besar bagiku."Boleh dong! Apa Rizky mengijinkanmu usaha asinan lagi?" "Entahlah. Nanti Arin bicara dulu padanya. Kalau diijinkan ya alhamdulillah!" Aku tidak mau mengambil keputusan sepihak karena apapun harus ad
Aku memberanikan diri keluar dari dapur dan mencari keberadaan Ibu. Ruang keluarga terasa sangat sepi tidak ada seorangpun. Padahal biasanya ruang keluarga adalah ruangan yang paling ramai. Meski hanya sekedar menonton bola bersama. Aku mencari keberadaan orang-orang ke ruang tamu, namun ternyata tidak ada orang juga. Hingga akhirnya aku terpaksa ke toko, hanya saja harapanku nihil. Aku benar-benar sendirian di rumah. Rizky juga tidak ada di kamar. Aku duduk di ruang tamu dan melantunkan harapan untuk keselamatan seluruh keluargaku. ArghTerdengar suara erangan dari arah samping rumah. Ingin sekali aku berjalan ke sumber suara tersebut, namun aku tidak cukup berani untuk melakukannya.HahahahahTerdengar tawa keras usai suara erangan. Tanganku bergetar hebat ketika salah satu kursi bergerak sendiri. Ingin berteriak namun tidak bisa. Tubuhku seperti sudah terkunci untuk menyaksikan kejadian di luar nalar.Lagi-lagi aku mendengar suara teriakan dan rapalan surah untuk ruqyah. Aku penas
Mungkin ini keputusan yang tidak masuk akal. Karena teror, akhirnya pernikahanku dimajukan dari rencana awalnya. Bapak meraih ponsel miliknya dan menghubungi Rizky. Aku mendengar Bapak menjelaskan semua yang terjadi padaku termasuk teror lagi. Bapak juga memberitahu Rizky jika ada sosok lelaki yang datang setelah dirinya pergi. Ah, aku tahu Bapak mungkin tidak sanggup jika putri kecilnya akan mendapatkan teror lebih banyak lagi sehingga memutuskan untuk menikahkan dan nantinya aku bisa pergi dari kampung ini mengikuti suamiku.Dan singkat cerita, akhirnya pernikahanku dilanjutkan satu minggu lebih cepat dari rencana sebelumnya dan hari ini ini pernikahanku digelar. Meski hanya sebatas akad nikah saja tetapi aku sudah cukup bahagia. Bang Akhwan juga turut hadir menjadi saksi dalam pernikahan keduaku.Dalam proses akad ini, aku sengaja hanya menggunakan riasan sederhana saja. Salah satu jasa rias pengantin membantu merias wajahku supaya lebih cantik. Jujur saja, meski ini pernikahan ked