Share

Bab 20. Ucapan Mas Aldi

Author: Eka Sa'diyah
last update Last Updated: 2023-09-25 20:58:50

Aku mengabaikan pesan Mas angga. Bukan karena alasan, tetapi karena kami sudah tidak ada hubungan apapun. Aku khawatir akan menjadi sebuah fitnah nantinya jika aku tidak mengabaikan pesan dari mantan suamiku. Aku juga tidak ingin lagi memiliki hubungan apapun dengan Mas Angga beserta keluarganya.

Aku duduk berselonjor di ranjang sesekali memijid betisku yang lelah. Kaki yang selalu kuat membawaku berjuang seorang diri. Kaki yang tidak pernah lelah melangkah di saat aku harus mencari nafkah untukku sendiri.

Drrt drrt

Kini pesan Mas Angga yang kuabaikan beralih ke sebuah panggilan. Aku malas sekali menerima panggilannya. Apalagi dia telah menyakitiku sebelumnya. Meski sudah satu bulan lamanya tidak bertemu, namun luka yang dia torehkan tidak langsung sembuh begitu saja. Sepertinya butuh waktu yang sangat lama untuk menyembuhkan luka ini. Luka atas perlakuan abai padaku selama menikah dan berakhir penghianatan.

Tok tok tok

Aku terkejut mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Nak, a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 21. Sikap Mas Aldi

    Sudah tiga bulan aku tinggal di kampung asalku. Selama kurang lebih dua bulan, toko yang dibangun juga sudah selesai. Mungkin terlalu lama, karena seringkali tukang minta jatah libur atau terlambatnya pengiriman bahan bangunan. Hari ini juga Bang Akhwan mulai mengirim beraneka jenis pupuk, mulai organik sampai buatan pabrik serta aneka bibit dan segala pestisida dari beberapa merk. Sengaja Bang Akhwan mengirim beberapa merk yang berbeda sesuai harga. Tentu saja harga yang ramah di kantong masyarakat. Aku melihat satu truk pengantar pupuk. Bapak dan Ibu antusias sekali menyambut kedatangan truk yang membawa barang-barang untuk mengisi toko baru kami. "Alhamdulillah, Rin. Abangmu sudah memenuhi semua kebutuhan toko kamu!""Bu, ini bukan toko Arin saja. Tapi ini toko kita semua!" Aku tidak bisa mengakui sesuatu kalau bukan dari hasil keringatku sendiri. Aku tetap menganggap toko ini usaha keluarga. Toh, nanti jika Bang Akhwan pulang kampung, Bang Akhwan masih bisa menjalankan usaha yang

    Last Updated : 2023-09-25
  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 22. Kabar Dari Mbak Mira

    Pesan yang dikirim Mas Aldi membuatku semakin dilema. Meski ini mustahil tetapi hatiku tengah berharap kembalinya Rizky. Entah, aku juga tidak tahu penyebabnya. Tetapi pikiranku dipenuhi wajah Rizky. Apa mungkin karena aku belum meminta maaf kepadanya sebelum dia pergi. Aku memang ceroboh, bertengkar dengan seseorang sebelum dia pergi. Andai aku tahu, pasti aku bersikap baik padanya.Hari ini kami berkutat di dapur untuk acara syukuran nanti sore. Aku dan Ibu dibantu beberapa tetangga sejak subuh sudah berkutat di dapur sederhana kami. Sebagian ada yang fokus membuat jenang di dapur kotor alias dapur yang masih menggunakan tungku besar dan kayi bakar sebagai bahan bakarnya. Sedangkan sebagian lain membuat bumbu untuk ayam di dapur bersih. Atau dapur yang terdapat kompor gas.Aku senang bisa ikutan membuat makanan khas kampung. Apalagi ayam ingkung menjadi menu andalan kami. Kebetulan ayam peliharaan ayah bertambaj banyak sehingga memutuskan untuk dibuat menu ayam ingkung. Ibu sibuk

    Last Updated : 2023-09-25
  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 23. Bikin Onar

    Kami bertiga sejak subuh sudah bersiap untuk ke kota menghadiri pernikahan kedua mantan ayah mertuaku. Meski kami bukan lagi bagian dari saudara tetapi karena kebaikan yang ditebar mantan ayah mertua pada kami, maka kami pun tetap melanjutkan tali siraturahim. Ibu terlihat mempersiapkan gawan (buah tangan untuk pengantin) meski bukan barang mewah. Gula sepuluh kilo ditambah beras satu karung sebagai buah tangan kami.Bapak terlihat gagah dan tampan menggunakan kemeja batik khas kota kami, Pekalongan. Begitu pula dengan Ibu, menggunakan kebaya dengan warna senada dengan kemeja Bapak. Rambut Ibu disanggul, seperti kaum bangsawan. Kedua orang tuaku terlihat sangat serasi, apalagi di setiap kebersamaannya, Bapak akan bersikap jahil pada Ibu. Mobil yang membawa kami sebentar lagi akan memasuki komplek perumahan kami. Memang rumah Bapak berada di komplek yang sama dengan mantan suami, hanya saja berbeda blok sehingga tidak perlu melewati jalan depan rumah mantan suami. Mobil kami akhirnya

    Last Updated : 2023-09-25
  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 24. Kedatangan Bang Akhwan dan....

    Kepalaku masih terngiang kejadian tidak menyenangkan saat pernikahan kedua mantan ayah mertua. Benar-benar sikap mantan Ibu mertuaku di luar nalar. Begitu bar-bar ketika menghadiri pernikahan mantan suaminya."Andai jika tidak ada yang melerai Ibu, sudah pasti wanita itu babak belur di tangan Ibu!" Celetuk Ibu saat perjalanan pulang. "Untung tidak jadi babak belur, Bu. Arin malah sedih sampai Ibu membuat babak belur seseorang. Bukankah Ibu selalu mendidik Arin menjadi wanita yang lemah lembut?" Aku kembali mengingatkan Ibu supaya tidak terlalu emosi dengan sikap mantan ibu mertuaku."Iya, tetapi tidak terlalu lemah juga, Rin. Kok ada manusia kayak gitu. Andai Ibu tahu perangainya, tidak akan sudi menikahkanmu dengan anaknya yang banci itu!" "Modelan kayak Ibu juga ada. Lemah lembut perangainya tetapi kalau marah melebihi auman singa!" Celetuk Bapak yang sedari tadi diam. Begitulah Ibuku jika anaknya di sakiti. Bapak tidak banyak bicara selama perjalanan ke rumah dan lebih banyak ti

    Last Updated : 2023-09-25
  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 25. Dia menyebalkan

    Usia mengantarkan kopi untuk mereka, aku gegas ke toko. Setidaknya aku bisa menghindar darinya meski berada di rumah. Kebetulan lokasi toko terpisah dari rumah meski berada tepat di samping rumah. "Arin, bibit jagung dua ya!" Akhirnya pelangga pertama datang. Pak Hari salah satu seorang petani di kampungku menjadi pelangga pertamaku hari ini."Baik, Pak!" Aku gegas mengambil dua pack bibit jagung beserta nota harga untuk Pak Hari."Ini totalnya, Pak!" Aku menyerahkan nota kepada Pak Hari sekaligus bibit jagung yang diminta. "Rin, racun rumput merek N*x*n ada?" Bu Parmi menjadi pelanggan kedua. Di belakangnya terlihat beberapa sepeda angin dan motor mulai terparkir. Benar-benar alhamdulillah cukup ramai di hari pertama. Bisa jadi karena lokasi toko berada di kampung mereka sendiri jadi lebih mudah mendapatkannya. Sebelum toko ini dibangun, warga harus pergi ke desa sebelah untuk membeli bibit, pupuk dan sebagainya. Ditambah lagi harga lebih mahal daripada yang aku jual saat ini. Enta

    Last Updated : 2023-09-25
  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 26. Penyesalan Mas Angga

    Akhirnya aku menuju ke teras rumah, dimana dia menyuruhku keluar. Dia benar-benar menyebalkan sekali. Aku tahu dia menatapku saat aku duduk di kursi teras. "Nih, tangkap!" HapAku berhasil menangkap sesuatu darinya. Entah apa yang dia berikan padaku. Sebuah kotak berukuran 30 x 25 cm. "Sudah, balik tidur sana!" Hanya ini saja, aku kira dia akan mengatakan sesuatu. Aku langsung balik kamar. Kupandang kotak berbungkus kertas kado yang entah isinya apa.Srek srekSuara kertas kado pembungkus kotak aku robek perlahan. Aku sangat terkejut membuka pesan yang tertulis disana. Bagaimana bisa dia ingat, padahal kenal juga tidak terlalu dekat. Mantan suami juga tidak pernah mengingat hal ini.SELAMAT ULANG TAHUN, MONYET!Sungguh aku dibuatnya terharu. Sebuah kotak berisi cokelat ditambah satu gaun yang sama saat dia berikan padaku. Apakah Mbak Mira memberikan gaun yang kukembalikan pada Rizky? Aku beranjak menemuinya lagi membawa gau yang diberikan olehnya."Aku sudah bilang, aku tidak akan

    Last Updated : 2023-09-25
  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 27. Perasaan apa ini

    Tok tok tokAku menggeliat karena terganggu oleh suara ketukan yang cukup keras. Aku melihat jam dinding masih menunjukkan pukul tiga pagi. Entah, siapa yang mengentuk pagi-pagi seperti ini."Siapa?" "Abang, ayo bangun! Kita tahajud dulu!" Ternyata Bang Akhwan memiliki kebiasaan baik. Bangun di sepertiga malam. Sangat berbeda denganku, hanya suka rebahan jika lelah.CeklekAku juga berjalan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan bergabung bersama Bang Akhwan di mushollah dekat dapur. Ternyata bukan Bang Akhwan saja yang menungguku, tetapi dia juga ada.Kami shalat tahajud berjamaah, Bang Akhwan yang menjadi imam kami. Abang yang dulu tidak pernah shalat, kini sudah berubah. Malah aku yang sangat malu padanya. Sering shalat tidak tepat waktu.Tidak lupa semua doa kulantunkan di atas sajadah ini. Sebenarnya aku lebih nyaman shalat sendiri di kamar. Hanya saja ini permintaan Bang Akhwan, jadi aku harus menghormatinya.Selesai shalat tahajud, hanya aku yang beranjak dari mus

    Last Updated : 2023-09-25
  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 28. Video Stella

    Sambil mengisi waktu luang di toko, sesekali aku membuka berita di internet. Meski di rumah, aku tetap tidak boleh kudet sama sekali. Aku tetap harus tahu dunia di luar sana. Toh, semua bisa diakses dengan mudah. Apalagi Bang Akhwan juga sudah memasang jaringan internet sendiri di rumah. Memudahkan aku menjual barang melalui akun media sosial."Jika aku jual online menggunakan e-commers gimana ya?" Terlintas ide berjualan online melalui aplikasi penjualan."Sebaiknya aku bicarakan dulu dengan Bang Akhwan!" Aku gegas mencari Bang Akhwan, ternyata Bang Akhwan tengah sibuk dengan laptop miliknya di ruang tengah. Bang Akhwan selalu nyaman jika berlama-lama di atas tikar pandan."Bang!""Hmm!" Bang Akhwan melirikku selikas dan kembali fokus pada pekerjaannya."Arin boleh tidak menjual bibit melalui e-commers?" Sejenak kedua mata Bang Akhwan menatapku. Raut wajahnya bahkan terlihat sangat serius, bahkan kedua alisnya mengerut. Aku pasrah jika memang Bang Akhwan tidak menyetujuinya."Kalau e

    Last Updated : 2023-09-25

Latest chapter

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 51. Hadiah Terindah

    Hampir satu tahun pernikahan, kehidupan rumah tanggaku nyaris sempurna. Rizky begitu perhatian dan memberiku banyak cinta. Meski sampai sekarang aku belum mendapatkan tanda-tanda kehamilan, Rizky tidak pernah menanyakan atau membahas buah hati. Disini kami hanya berusaha dan berikhtiar. Urusan buah hati, mutlak kuasa Allah.Usaha Rizky semakin hari semakin berkembamg pesat. Penginapan dan restoran hampir tidak pernah sepi. Sekarang dia membuka usaha baru berupa minimarket."Melamun aja," lagi-lagi dia melingkarkan kedua tangannya di perutku ketika aku sedang menatap indahnya pagi hati di balkon. Meski usaha bertambah, tetapi untuk tempat tinggal kami masih sama. Hanya ada renovasi sedikit membuat area balkon di teras rumah. Balkon untuk tempat aku bertanam. Aku menyibukkan diri dengan bertanam sayur di balkon selain membuat asinan buah andalanku."Kok sudah pulang, Mas?" Hendak aku lepaskan kedua tangannya yang melingkar di perutku, tetapi dia malah mengeratkan pelukannya."Aku bosnya

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 50. Kedatangan Bu Marni

    Baru saja Stella tenang, kami kembali dikejutkan dengan keramaian warga di depan rumah. Kami semua keluar rumah kecuali Pak Hadi yang menjaga Stella di dalam kamarnya."Dia menculik Stella dari rumah sakit!" "Hadi gila!" Brak brak brakBu Marni benar-benar tidak beretika sama sekali. Harusnya dia masuk dan bicara baik-baik. Malah sebaliknya, berteriak di luar seperti orang kesetanan ditambah pakaiannya yang compang camping. Masih terlihat bekas kecelakaan di kepalanya. "Bu Marni, apa yang anda lakukan disini?" Terpaksa aku bertanya atas tujuannya datang kemari."Lihatlah! Dua orang wanita ini adalah selingkuhan Hadi. Dan dua lelaki di sampingnya adalah anak buah Hadi. Hahahahah!" Aku merasa ada yang aneh dengan keadaan Bu Marni saat ini. Mas Anton meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Entah siapa yang akan dihubungi."Bu Marni yang cantik dan baik hati!" Seketika senyum Bu Marni mengembang karena rayuan Mas Anton. "Kita duduk dulu disana yuk! Kita minum teh bareng!" Bu Marni

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 49. Hampir Bunuh Diri

    Hari ini hari minggu bertepatan dengan jadwalnya kepulangan Stella dari rumah sakit. Aku dan Mbak Mira sudah berencana untuk mengantar makanan matang saat mereka bertiga sampai di rumahnya supaya Bu Asti tidak lagi memasak makanan sepulang dari rumah sakit. Sejak subuh aku sudah berkutat dengan beberapa menu makanan. Ada sayur lodeh, bakwan jagung dan ayam goreng. Menu inilah yang nantinya akan aku bawa ke rumah Pak Hadi. Sedangkan Mbak Mira bertugas membuat jajanan pasar atau cemilan lainnya."Sayang!" Selalu saja mengejutkanku dari belakang dengan kedua tangan yang melingkar di perutku."Ada apa? Aku sedang masak, jadi belum bisa diganggu!" Sahutku sambil mengaduk sayur lodeh yang mulai mendidih."Nggak ada apa-apa. Seneng aja peluk kamu dari belakang!" Sesekali dia mencium leher jenjangku jika sudah seperti ini."Sudah nanti aja cium-ciumnya. Duduk saja di kursi, biar semua masakan ini cepat selesai!" Akhirnya dia duduk di kursi. Desain dapur mirip seperti mini bar membuatku selal

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 48. Mulut Bu Marni

    Bu Endang kembali pulang, namun mulutnya tidak berhenti menggerutu karena gagal mendapat info dari kami. Aku lihat sesekali dia merapikan jambul kebanggaannya ketika berpapasan dengan warga. Begitulah sosok Bu Endang di kampung kami yang mirip sekali dengan wartawan."Akhirnya si Nenek gayung pulang juga!" Celetuk Mbak Mira melihat Bu Endang yang pergi meninggalkan warung Mbak Mira. "Iya, pengen aku lurusin aja itu jambulnya!" "Jadi apa nanti kalau jambulnya lurus!" Kami semua tertawa usai melihat aksi Bu Endang. Kami menikmati sajian makan siang dari Mbak Mira. Sungguh, ini sangat enak sekali. Aku lihat, Rizky juga sangat menikmati gulai nangka muda buatan Mbak Mira, sama seperti Mas Anton. Lauk apapun akan enak rasanya asalkan ada gulai nangka. Sepertinya aku harus belajar resep ini pada Mbak Mira supaya aku bisa memuaskan perut Rizky."Mbak juga sudah siapkan di rantang untuk kalian bawa pulang!" Ternyata di sampingku sudah ada rantang berisi gulai nangka."Ah, terima kasih Mbak

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 47. Kabar Baik

    Sesuai dengan rencana kami sebelumnya, Rizky mengantar aku, Mbak Mira dan juga Bu Asti ke rumah sakit sebelum bekerja. Awalnya dia berencana untuk tetap ambil cuti, hanya saja ada pertemuan penting dengan salah satu rekannya hari ini. Terpaksa Rizky mengurungkan niatnya menemani kami semua. Mbak Mira dan Bu Asti membawakan baju ganti kepada Mas Anton dan juga Pak Hadi. Tidak lupa makanan juga sudah disiapkan para istri dari rumah. Kami menikmati sarapan di ruang tunggu kecuali Pak Hadi yang memilih sarapan di dalam ruang rawat inap."Apakah semalam Stella sudah sadar, Mas?" Tanyaku pada Mas Anton. "Sudah, tetapi hanya sebentar saja setelah itu kembali tertidur!" Sahut Mas Anton. Pasti Pak Hadi merasa terpukul melihat kondisi anaknya saat ini."Semalam Stella bahkan menangis dan meminta maaf kepada ayahnya!" Berita ini benar-benar cukup membahagiakan. Apalagi Stella meminta maaf kepada Ayahnya. Selama ini jarak Stella dengan Pak Hadi cukup jauh. Itulah sebabnya Stella sering membanta

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 46. Pengangkatan Rahim

    Keesokan harinya, Rizky sudah kembali bekerja di salah satu restoran miliknya. Sedangkan aku, menikmati kegiatanku membuat asinan sebagai kesibukanku di rumah. Rencana nanti sore, aku dan Rizky akan berkunjung ke warung Mbak Mira sekalian mengirim asinan buatanku.Sore sepulang kerja, aku dan Rizky berkunjung ke warung Mbak Mira. Kami menggunakan motor matic karena lokasi tidak terlalu jauh. Kedatangan kami disambut hangat oleh Mas Anton, Pak Hadi dan Mbak Mira. Aku melihat rumah mantan suamiku sudah terlihat bersih. Mungkin sudah laku oleh pembelinya."Pengantin baru, jalan-jalan pakai motor biar tambah romantis!" Celetuk Mas Anton membuatku malu."Kau selalu menggodaku, Bang!" Sahut Rizky sambil melempar kulit kacang ke arah Mas Anton. Mereka berdua sudah seperti kakak adik."Mbak, ini ada tiga puluh bungkus!" Aku meletakkan semua asinan milikku di lemari es yang ada di warung. "Siap, Arin!" Sahut Mbak Mira tengah sibuk mengaduk teh.Tiba-tiba terdengar suara ramai dari salah satu

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 45. Mimpi Buruk

    Mas Anton menghampiri kami berdua dan mengajak Rizky mengibrol berdua. Entah apa yang mereka bicarakan karena terlihat sangat serius sekali. Aku mengalihkan rasa ingin tahuku dengan mengobrol bersama yang lain. Mbak Mira dan Bu Asti adalah keluarga di kota. Meski bukan berasal dari hubungan darah yang sama, tetapi dari dulu aku nyaman bersama mereka berdua."Sering-sering mampir ke warung, Rin. Andai sekomplek, pasti warung nanti akan ramai!" Celetuk Mbak Mira."Nanti Arin pasti akan sering main kesana, Kak jika memang lagi senggang!""Janji ya?" "InsyaAllah. Oh ya, Mbak. Arin masih boleh nitip asinan di warung Mbak Mira?" Teringat dulu pernah bikin usaha kecil-kecilan. Setidaknya aku punya penghasilan sendiri selain dari suamiku. Meski aku tahu nafkah dari suami sangatlah besar bagiku."Boleh dong! Apa Rizky mengijinkanmu usaha asinan lagi?" "Entahlah. Nanti Arin bicara dulu padanya. Kalau diijinkan ya alhamdulillah!" Aku tidak mau mengambil keputusan sepihak karena apapun harus ad

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 44. Ketemu Pelakunya

    Aku memberanikan diri keluar dari dapur dan mencari keberadaan Ibu. Ruang keluarga terasa sangat sepi tidak ada seorangpun. Padahal biasanya ruang keluarga adalah ruangan yang paling ramai. Meski hanya sekedar menonton bola bersama. Aku mencari keberadaan orang-orang ke ruang tamu, namun ternyata tidak ada orang juga. Hingga akhirnya aku terpaksa ke toko, hanya saja harapanku nihil. Aku benar-benar sendirian di rumah. Rizky juga tidak ada di kamar. Aku duduk di ruang tamu dan melantunkan harapan untuk keselamatan seluruh keluargaku. ArghTerdengar suara erangan dari arah samping rumah. Ingin sekali aku berjalan ke sumber suara tersebut, namun aku tidak cukup berani untuk melakukannya.HahahahahTerdengar tawa keras usai suara erangan. Tanganku bergetar hebat ketika salah satu kursi bergerak sendiri. Ingin berteriak namun tidak bisa. Tubuhku seperti sudah terkunci untuk menyaksikan kejadian di luar nalar.Lagi-lagi aku mendengar suara teriakan dan rapalan surah untuk ruqyah. Aku penas

  • Ketika Usahaku Dibongkar Ibu Mertuaku   Bab 43. Sah

    Mungkin ini keputusan yang tidak masuk akal. Karena teror, akhirnya pernikahanku dimajukan dari rencana awalnya. Bapak meraih ponsel miliknya dan menghubungi Rizky. Aku mendengar Bapak menjelaskan semua yang terjadi padaku termasuk teror lagi. Bapak juga memberitahu Rizky jika ada sosok lelaki yang datang setelah dirinya pergi. Ah, aku tahu Bapak mungkin tidak sanggup jika putri kecilnya akan mendapatkan teror lebih banyak lagi sehingga memutuskan untuk menikahkan dan nantinya aku bisa pergi dari kampung ini mengikuti suamiku.Dan singkat cerita, akhirnya pernikahanku dilanjutkan satu minggu lebih cepat dari rencana sebelumnya dan hari ini ini pernikahanku digelar. Meski hanya sebatas akad nikah saja tetapi aku sudah cukup bahagia. Bang Akhwan juga turut hadir menjadi saksi dalam pernikahan keduaku.Dalam proses akad ini, aku sengaja hanya menggunakan riasan sederhana saja. Salah satu jasa rias pengantin membantu merias wajahku supaya lebih cantik. Jujur saja, meski ini pernikahan ked

DMCA.com Protection Status