Share

Pergi Dari Rumah

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Bab 73

Pergi Dari Rumah

"Kalau iya, kenapa? Kamu mau marah? Oh, silakan!" Perempuan tua itu merentangkan tangan seraya menatap anak sulungnya dalam-dalam.

"Mama sudah berusaha agar kamu dan Gita hidup enak, agar kamu jadi manajer lagi, nggak seperti sekarang jadi pelayan. Kamu sadar nggak sih, Mama itu sayang sama kamu dan Gita. Jadi nggak benar Mama menjual Gita. Mama hanya ingin Gita hidup enak, tanpa harus kerja keras. Cuma ngangkang doang kok, apa susahnya?!" oceh mama Kumala.

"Dan Mama kecipratan enaknya punya uang banyak juga, kan?" ujar Gilang sinis.

Ibunya benar-benar sudah tidak bisa lagi diajak berpikir jernih. Sedemikian inginkah ibunya agar kehidupan mereka kembali seperti dulu, sampai menghalalkan segala cara? Entah terbuat dari apa hati ibunya sehingga tega berbuat seperti ini.

"Masa depan Gita masih panjang, Ma. Jangan Mama korbankan. Kasihan, Gita sudah cukup susah karena harus menikah dengan orang yang tidak dia kenal, kemudian diceraikan. Biarkan Gita menata hid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Garis Dua

    Bab 74Garis Dua"Mas Gilang...."Pria itu menoleh. Aku melempar senyum sambil merentangkan tangan Keisha, mengajak putri kecilku untuk melambai. Bagaimanapun, mas Gilang adalah ayah kandungnya, dan aku tidak mau merusak hati dan pandangan polos Keisha tentang ayah kandungnya.Ayahnya memang pernah menyakiti kami, tetapi jangan sampai rasa dendam dan benci menyelimuti jiwa putriku yang masih bersih."Kayla." Pria itu mendekat, dengan masih memegang kardus di tangannya."Iya, aku mau belanja keperluan Keisha," ucapku."Aku akan membantumu belanja, tapi tunggu sebentar ya. Aku harus menata barang di kardus ini." Dia memperlihatkan isi kardus yang berisi satu merk mie instan."Aku duluan ke area perlengkapan bayi ya," pamitku."Iya, silakan." Pria itu mengangguk dan membiarkan aku pergi sambil mendorong troli. Sekilas aku melihat dia tergesa-gesa membereskan pekerjaannya."Keisha makan bubur bayi instan?" tanya mas Gilang saat mengamati troli di hadapanku yang sudah terisi dengan beberap

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Diluar Dugaan

    Bab 75Diluar Dugaan Aku belum menyelesaikan ucapanku, tapi tubuhku sudah melayang. Pria itu menggendong dan menciumku, lalu merebahkan tubuhku di pembaringan dengan sangat hati-hati.Kutatap wajahnya. Jarak diantara kami hanya tersisa satu jengkal. Dua titik bening itu membuat dadaku terasa sesak. Sebegitu inginkah dia memiliki seorang anak, sehingga sampai menangis? "Aku tidak menyangka, Sayang. Mas sama sekali tidak menyangka. Mas pikir Tuhan sudah menghukum Mas, karena lalai menjaga Shakila dan buah hati kami, tapi ternyata Allah begitu pemurah, masih mempercayakan kepada Mas untuk mendapatkan keturunan." Lagi-lagi pria itu menciumku, lalu mengusap perutku yang masih rata.Mas Ibra turut berbaring dengan posisi miring sembari terus memelukku."Kamu nggak perlu sebegitunya merasa bersalah, Mas. Semua yang sudah terjadi dalam hidupmu adalah takdir. Kita nggak bisa menghindari apa yang harus terjadi dalam hidup kita. Hidup itu terus berjalan dan sekarang di hidupmu ada aku, Keisha

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Ciuman Untuk Gilang

    Bab 76Ciuman Untuk GilangGilang memacu kendaraannya dengan kecepatan sedang. Hari sudah petang. Dia harus segera sampai di rumah sebelum maghrib tiba karena sudah janji dengan Gita malam ini untuk jalan-jalan.Di sebuah warung, ia membeli nasi bungkus untuk makan malamnya dan Gita."Sepertinya Kayla tidak tahu soal perceraianmu dengan Evan," ujar Gilang. Pria itu sudah sampai di rumah dan kini keduanya tengah makan bersama setelah selesai shalat magrib."Mungkin, tapi aku nggak peduli. Aku udah pasrah, Mas. Lagi pula perceraianku dengan Mas Evan bukan salah Mbak Kayla kok," sahut Gita."Iya, Mas tahu, tapi ini sebenarnya nggak adil.""Adil nggak adil sih, Mas." Gita tersenyum getir. Dia baru dua hari tinggal bersama sang kakak. Gita merasa nyaman, karena setidaknya ia punya teman yang bisa diajak bicara dan mau mengerti dirinya. Tidak masalah tempatnya yang sempit, yang penting mereka punya tempat untuk berteduh. Ini lebih baik daripada tinggal bersama ibu mereka yang terlalu bany

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Hormon Kehamilan

    Bab 77Hormon KehamilanMatanya nanar melihat berkas yang disodorkan oleh Gita. Itu adalah surat adopsi dari panti asuhan yang mengatakan jika status Gita sebenarnya hanyalah adik angkatnya.Dia benar-benar tidak menyangka.Ingatan Gilang seketika menerawang. Sewaktu ia masih kecil, memang ayah dan ibunya pernah menitipkannya ke rumah kakek dan neneknya dalam waktu yang cukup lama, dengan alasan ayahnya akan membawa ibunya, mama Kumala untuk berobat keluar kota. Memang ada sedikit keanehan ketika ayah dan ibunya kembali menjemputnya. Seorang bayi mungil yang diakui ayahnya sebagai adiknya ikut serta bersama dengan mereka.Pikiran polos Gilang sama sekali tidak membantah. Dia hanya mengiyakan dan menyayangi adiknya sebagaimana layaknya seorang kakak. Apalagi bayi itu begitu cantik dan menggemaskan. Gilang bahkan ikut membantu mengurus adiknya, karena mama Kumala lebih sering pergi dan mengabaikan Gita. Gilang lah yang sering memandikan Gita, memakaikannya baju dan mendandaninya. Waktu

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Makan Lontong Sayur

    Bab 78Makan Lontong Sayur "Hah... lontong sayur?! Malam-malam begini?!" Pria itu mengerutkan kening, menatapku dengan pandangan horor."Iya Mas." Aku bergelayut manja di tangannya. "Ayolah, Mas. Belikan aku lontong sayur. Aku pengen makan itu...."Pria itu mengangguk, lalu meraih ponselnya. "Bentar ya, aku telepon Mas Yanto dulu...."Aku merebut ponsel itu dan melemparkannya ke atas ranjang."Aku itu pengen Mas sendiri yang beli, bukannya Mas Yanto. Kalau Mas Yanto mah, udah dari kemarin-kemarin aku suruh. Aku tuh pengen kamu yang membelinya buat aku!" Huh, dasar lelaki nggak peka. Bukankah dulu mantan istri pertamanya juga pernah hamil dan pernah ngerasain rasanya mengidam?Kok mas Ibra jadi begini sama aku? Apa dia udah nggak sayang lagi sama aku? Apa tubuhku jadi jelek saat hamil layak gini?"Sayang... tapi kan Mas belum mandi. Mas juga masih pusing habis lembur. Lain kali aja ya, Sayang. Pasti Mas belikan deh....""Aku pengen malam ini, Mas...."Aku benci air mata ini, tapi kena

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Perdebatan Sengit

    Bab 79Perdebatan SengitKami membiarkan Fahda membeli roti bakar itu sebelum menggelendangnya masuk ke dalam mobil. Tak sepatah kata pun terlontar dari mulut Mas Ibra. Pria itu fokus dengan pandangannya ke depan. Kami memutuskan untuk mengantar Fahda terlebih dahulu dan berencana mengintrogasinya ketika sampai di apartemennya, kenapa malam-malam dia sendirian berbelanja makanan. Bukankah seharusnya dia bisa memesan makanan lewat layanan pesan antar?Fahda lagi hamil dan dia tidak boleh berkeliaran di luar, atau dia akan ketahuan publik."Kamu...!"Pintu terbuka dari dalam dan memunculkan sosok laki-laki yang tak ingin Mas Ibra temui.Hamzah, pria blasteran Arab Pakistan yang merupakan ayah biologis dari calon bayi yang tengah di kandung oleh adik angkat suamiku itu."Jangan kaget begitu, Ibra, seperti tidak pernah mengenalku saja. Ayo, masuk." Pria itu mempersilahkan bak seorang tuan rumah. Tingkahnya benar-benar menyebalkan."Sejak kapan kamu berada di sini?" Mas Ibra menatap tajam

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Jangan Menolakku, Mas

    Bab 80Jangan Menolakku, MasTidak mungkin aku menceritakan soal kegelisahan di hati ini kepada Mas Ibra, karena bagaimanapun ini adalah hal sensitif. Aku takut mas Ibra tersinggung dengan ucapanku. Keisha sudah mendapatkan kasih sayang, bahkan mas Ibra sekarang sedang membangun sebuah resort untuk Keisha. Seharusnya itu sudah lebih dari cukup. Masa iya aku harus mengganggu pikiran suamiku dengan hal seperti itu?Mungkin Hamzah benar. Anak sambung dan anak kandung itu beda, tapi kurasa mas Ibra sudah bersikap bijaksana. Buktinya ia membangun resort untuk Keisha, sementara Almeera Hotel dan Almeera Travel akan diwariskan kepada anak-anak kami kelak. Setidaknya pembagian aset seperti ini, bisa mencegah anak-anak rebutan warisan."Aku tidak apa-apa, Mas. Hanya lelah saja dan juga mengantuk. Ini sudah tengah malam, bukan?" alibiku."Kita akan segera sampai. Sebentar lagi ya." Pria itu menggunakan tangannya untuk menepuk bahuku, lalu kembali fokus dengan kemudinya. Sepuluh menit kemudian

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Beda Kasus

    Bab 81Beda Kasus"Loh, kamu...."Memorinya seketika memutar kembali ingatan berbulan-bulan yang lalu. Dia tidak menyangka niatnya untuk menemui Kayla di apartemen malah dipertemukan dengan wanita ini, wanita yang merupakan istri dari bos pemilik cafe tempat kerjanya dulu.Icha, istri Dicky. Lelaki yang pernah digodanya, karena waktu itu dia dipaksa oleh ibunya untuk mendapatkan uang yang cukup banyak untuk membeli rumah baru. Sebenarnya dia hampir berhasil menggoda pria itu, jika saja Icha tidak segera datang dan mengacaukan rencananya.Mungkin Icha, bahkan Kayla juga tidak tahu jika sebenarnya Dicky memiliki obsesi tertentu. Pria itu sebenarnya adalah pria setia dan suami yang baik, hanya saja sebagai lelaki, dia pasti menginginkan bisa memecah selaput perawan. Dicky ingin merasakan seorang perawan dan Gita berhasil merayunya. Mereka hampir saja melakukan itu, jika saja Icha tidak datang ke ruang kerja Dicky.Sebenarnya Icha merupakan wanita yang baik, hanya saja ada sesuatu hal yan

Bab terbaru

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Kejutan 2

    Bab 146 "Kejutan apa itu, Mbak?" Benakku langsung membayangkan suasana di apartemen. Mungkin lantaran merasa rindu dengan kami, asisten rumah tangga kami ini berinisiatif mengadakan pesta penyambutan kecil-kecilan dengan memasak masakan kesukaan kami. "Rahasia dong! Kalau saya bilang, berarti bukan kejutan lagi dong!" Perempuan itu tersenyum jahil dan aku tak lagi berniat untuk mendesak. Toh, sebentar lagi kami akan sampai dan aku akan segera tahu apa yang disiapkan oleh asisten rumah tangga kami ini. Mobil perlahan memasuki basement dan akhirnya berhenti. Aku dan mas Ibra keluar dari mobil dan berjalan menuju lift menuju lantai unitku berada. "Tara... kejutan!' seru mbak Ranti setelah ia menekan tombol password di pintu apartemenku. "Mas Gilang, Gita!" Aku sangat kaget, dan refleks menatap mbak Ranti dan bik Jum bergantian. Namun, kedua asisten rumah tanggaku itu malah tersenyum, bahkan ketika aku menatap mas Yanto, pria bertubuh kekar itu juga tersenyum. Ada apa ini? Aku menat

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Tetap Bersyukur

    Bab 145Aku membiarkan Kania digendong oleh Rihanna. Menyaksikan binar matanya yang nampak begitu menyayangi putriku, aku tidak tega untuk mengambilnya. Akhirnya aku memilih mengayunkan kaki menuju kamarku.Biarkan saja Kania bersama dengan Rihanna. Jika putri kecilku haus, Rihanna pasti akan segera mengantarnya kepadaku."Ada sedikit masalah di dalam rahimnya, makanya sampai sekarang Rihanna belum punya anak, padahal kami semua sangat menginginkan keturunan yang berasal dari rahim adikku," ujar mas Ibra ketika aku tanya. "Kalau menang Rihanna ingin bersama dengan Kania selama ia berada di sini, biarkan saja. Rihanna itu sepertinya sosok yang keibuan dan penyayang anak-anak, hanya saja kebetulan memang belum rezeki." "Terima kasih atas pengertiannya, Sayang. Kita berdoa saja semoga disegerakan punya keponakan baru." Pria itu mengecup pelipisku berkali-kali, lalu membimbingku menuju tempat tidur.Ruangan ini sungguh luas. Kamar hotel tipe presiden suite saja masih kalah mewah dengan

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Menantu Keluarga Salim Al-Maliki

    Bab 144Aku tidak bisa berbuat atau berbicara apapun lagi, selain menatap jalanan sembari memangku Kania. Sementara mas Ibra memangku Keisha. Kami memang tidak membawa baby sister dalam perjalanan kali ini untuk alasan kepraktisan, bahkan kami tidak membawa pengawal, kecuali pengawal yang dibawa oleh ummi Azizah dari Mekkah.Kesakitan yang ummi Azizah rasakan menular juga kepadaku, tetapi aku tidak berdaya, hanya mampu menatap suamiku yang dengan segera mengedipkan matanya. Setelah mobil sampai di bandara, kami pun segera berpindah ke pesawat pribadi milik keluarga Salim Al-Maliki. Sudah lama pesawat pribadi itu ada. Sebelumnya, pesawat pribadi dimiliki hanya keluarga Al-Maliki secara umum, tetapi kini Abi Emir sudah membeli pesawat khusus untuk keluarga Salim Al-Maliki, sehingga sedikit demi sedikit mereka mulai melepaskan ketergantungan dengan keluarga itu dan juga Almeera Oil Company.Keterikatan ummi Azizah terhadap perusahaan minyak itu sebatas dia adalah pemegang satu persen sa

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Pengakuan Ummu Fathia

    Bab 143Perempuan tua itu menoleh. Dia mengurungkan niatnya untuk melangkah menuju pintu, tetapi berbalik menghampiri perempuan tua yang duduk santai di sebuah sofa di salah satu sudut ruangan.Ruang tamu khusus laki-laki ini memang sangat luas, memiliki beberapa sofa disusun dari ujung ke ujung, karena seringkali menerima tamu dengan jumlah yang banyak. "Sejak Abi meninggal dunia, aku merasa Ummu, Khaled, dan Waled berubah, kecuali Wafa," ucap ummi Azizah tanpa menuruti permintaan ibu tirinya untuk duduk kembali ke sofa di dekat perempuan tua itu duduk."Itu hanya perasaanmu saja, Azizah," balasnya."Tapi aku merasa dipermainkan di keluarga ini. Keluarga yang kupikir bisa memberikan secercah harapan, tapi ternyata hanya kepalsuan yang kudapatkan. Orang yang benar-benar menyayangiku hanya Abi, hanya syekh Ali yang benar-benar menyayangiku dengan tulus, dan juga adik kecilku, Wafa." Ummi Azizah menjeda ucapannya dengan sentakan nafasnya yang berat. "Namun kalian dengan begitu kejam

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Pengkhianat

    Bab 142Raut wajah pria itu seketika menegang. Tampak sekali ia tengah menahan emosinya. Namun kurasa ia tidak sedang memarahiku, karena kulihat mulutnya bergerak-gerak."Aku tidak tahu, Sayang. Tapi yang jelas, aku harus mengusut semua ini. Sayang sekali di ruangan kerjaku dan di ruangan pribadi itu tidak ada kamera CCTV. Mas juga tidak tahu bagaimana caranya Nona Barbara merekam adegan itu. Mas benar-benar tidak tahu karena Mas tengah tertidur.""Tapi... tunggu Mas!" Otakku segera mencerna kejanggalan yang terjadi, karena bagiku tidak ada alasan untuk tidak mempercayainya. Jika memang Mas Ibra bisa tertidur sampai seperti orang pingsan, apa jangan-jangan ada orang yang memasukkan obat tidur ke dalam minumannya?"Aku rasa ini sudah tidak wajar, Mas. Walaupun Mas sedang tidur, tapi kalau ada orang yang menggerayangi, biasanya Mas akan terbangun, seperti biasanya saat kita sedang bersama," ujarku mengingatkan. Pria itu tampak tercenung sejenak."Omonganmu masuk akal juga, Sayang." Pri

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Bukan Perselingkuhan

    Bab 141"Ya Tuhan!" Aku memekik, refleks jemariku menyentuh layar. Dan adegan demi adegan itu membuat perutku seketika mual. Tubuhku lemas dan akhirnya luruh ke lantai dan tanpa sadar menjatuhkan ponselku yang masih menyala layarnya."Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku, Mas? Bahkan aku baru saja melahirkan anak kamu." Aku duduk sembari memeluk betisku. Tangisku pecah seketika.Siapa perempuan itu sebenarnya? Kenapa ia bisa bersama dengan mas Ibra di dalam satu ruangan, bahkan satu ranjang?Aku masih saja merapatkan wajahku dengan lutut, meski terdengar suara ketukan dibalik pintu sampai akhirnya pintu pun terbuka."Ibu kenapa? Ada apa?" Mbak Ranti terlihat kaget saat aku mengangkat wajahku yang bersimbah air mata."Papanya Kania selingkuh, Mbak," lirihku."Selingkuh?" Bibir wanita itu bergerak-gerak. Namun hanya kata selingkuh yang terucap dari bibirnya. Aku menubruk perempuan itu lalu memeluknya. Tangisku kembali pecah. Aku menangis dalam pelukan mbak Ranti. "Kenapa dia begitu

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Memulai Permainan

    Bab 140Ibra tidak menyadari jika dari balik pintu ruang kerjanya muncul sesosok tubuh yang tadi sempat pamit keluar.Sementara itu, pintu ruangan peristirahatannya pun terbuka."Dia sudah tak sadar, Ghazi?" tanya sesosok perempuan yang tepat berdiri di depan pintu ruangan peristirahatan Ibra."Aman, Nona. Dia tidak akan sadar selama beberapa jam dan Nona bisa melakukan apapun," jawab pria itu sembari menyeringai."Bagus. Kerjamu sungguh bagus. Bayaranmu akan segera kamu terima, berikut bonusnya.""Terima kasih, Nona. Sekarang apa yang bisa saya lakukan lagi?""Bawa pria itu ke tempat tidur. Setelah itu kamu boleh keluar. Jangan lupa kunci ruang kerjanya. Nanti jika semuanya sudah selesai, aku akan hubungi lagi. Tetaplah stand by di tempatmu," titah perempuan itu yang ternyata adalah Barbara.Perempuan itu tersenyum manakala menatap pria yang tengah digendong oleh Ghazi. Sebentar lagi rencananya akan terwujud. Ghazi merebahkan Ibra dengan hati-hati ke pembaringan, kemudian segera per

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Tuhan Maha Tahu

    Bab 139Meski penuturan sang paman tidak membuat Ibra terlalu terkejut, tetapi tak urung matanya tetap membulat sempurna. Dia bahkan refleks menjauhkan tubuhnya dari pria tua itu. Ibra berdiri, lalu pindah tempat duduk sehingga kini posisi mereka menjadi berhadapan."Dan Paman pikir aku menerima tawaran itu?" sinisnya."Paman pikir kamu hanya perlu menikahinya sebentar, setelah itu menceraikannya. Lagi pula dia hanya memintamu untuk menjadi suaminya sebentar saja. Pernikahan ini pun juga hanya akan dilaksanakan secara siri," bujuk pangeran Khaled. Dibenaknya tentu deretan angka-angka yang akan segera masuk ke perusahaan jika pernikahan ini benar-benar terjadi.Pria itu pun sebenarnya tidak ingin keponakannya menikahi wanita itu. Namun perusahaan mereka masih dalam kondisi terguncang. Tidak mudah mendapatkan investor kelas kakap seperti Tuan Wiliam.Apa salahnya jika menyuruh keponakannya untuk menikahi wanita itu? Toh, istrinya Ibra berada di Indonesia dan tidak akan tahu jika suaminy

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Syarat Dari Tuan Wiliam

    Bab 138Meski cukup banyak perempuan yang tidak memakai jilbab di kota metropolitan Arab Saudi ini, tetapi Ibra merasa cara berpakaian Barbara cukup berani, padahal dia hanya seorang tamu di negara ini.Meski kemungkinan perempuan ini non muslim, tapi seharusnya ia tahu diri dan mengerti situasi, mengingat ia berkunjung ke sebuah negara yang mayoritas penduduk wanitanya harus mengenakan pakaian tertutup.Namun, Ibra tidak menangkap itikad baik dari Barbara, justru perempuan itu bersikap seolah-olah restoran ini berada di negaranya yang menganut paham kebebasan. Lagi-lagi ia mengibaskan rambutnya, sehingga harum helaian itu terendus oleh Ibra dan membuat pria itu seketika menghembuskan nafas."Anda terlalu berlebihan, Nona. Saya hanya orang biasa. Kebetulan saja dua orang pria tua yang telah berbicara dengan ayah anda itu adalah adik dari ibu saya," sahut Ibra. Dia menurunkan tangannya dari meja, lalu menangkupkan telapak tangannya di pangkuannya."Tentu. Saya pun mengenal ibu anda yan

DMCA.com Protection Status