Share

13. Meminta Nafkah.

Penulis: Mimi Galuh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Mas, hari ini sudah sebulan kan kita tinggal di rumah ini. Apa aku boleh minta uang? Kamu pasti sudah gajian, kan?” kata Rani kepada Adit malam hari itu.

Adit menatap istrinya kemudian mengerutkan dahi.

“Iya, aku sudah gajian, sih. Biasanya setiap bulan aku menyetorkan uang penjualan kepada ayah. Kemudian ayah akan memotongnya dan memberikan kepadaku sebagian dari keuntungan. Karena, aku yang sudah mengelola toko itu, memangnya kenapa?” kata Adit.

“Ya, aku minta uang ... wajar kalau aku minta uang. Aku kan istrimu. Aku perlu membeli kebutuhan untuk kita,” kata Rani.

Mendengar perkataan istrinya, Adit sedikit meradang.

“Kamu nggak usah macam-macam deh, kita ini tinggal di rumah Ayah dan Ibuku. Mau makan apa saja tinggal ambil. Ibu selalu berbelanja untuk kita semua, kamu tinggal makan, tinggal mengolah. Lalu minta uang untuk apa lagi? Kita juga tidak perlu membayar listrik, tidak perlu membayar biaya sewa rumah. Jadi untuk apa aku memberimu uang?” kata Adit.

Rani terbelalak kaget, ia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    14. Pecah Ketuban

    Siang itu Rani terpaksa harus ke toko, karena ia diminta Bu Ana untuk mengantarkan pesanan orang yang lupa dibawa oleh Adit tadi pagi.“Tolong Ibu ya, Ran. Pesanan ini akan diambil oleh Bu Destri, dan dia akan ke toko karena jika ke rumah tidak akan sempat. Siang ini dia akan berangkat. Jadi dia terburu-buru, kamu bawakan ini ke tokonya Adit biar nanti Bu Destri bisa mengambil barang ini di toko Adit,” kata Bu Ana.“Apa di toko Mas Adit tidak ada lagi barang seperti ini, Bu?” tanya Rani. Bu Ana menggelengkan kepalanya.“Tidak ada, stok ini sudah habis dan ini hanya tinggal sisa. Makanya kemarin Adit bawa pulang, supaya tidak dijual oleh karyawannya kepada orang lain. Kamu ke sana, ya, sekalian bawakan suamimu makan siang,” kata Bu Ana. Rani mengganggukan kepalanya.Sebenarnya ia malas untuk ke toko Adit, karena beberapa kali Rani ke sana membawakan makan siang tidak pernah dimakan oleh Adit. Bahkan, dua kali terpergok olehnya Gea sedang berada di toko itu. Sebagai wanita biasa, Rani

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    15. Rani Melahirkan.

    "Mas, tolong taroin dong. Pelan-pelan ya, nanti kebangun," pinta Rani pada Adit. Adit dengan senang hati menuruti. Digendongnya bayi mungil berbedong warna merah biru, direngkuhnya secara lembut, kemudian ia hirup wanginya dengan hidung. Jika pada awalnya Adit ingin marah kepada Rani karena wanita itu terpaksa cesar, saat melihat wajah putrinya hanya ada perasaan bahagia. Begitu pula dengan Rani. Lupa sudah ia dengan kejadian sebelum operasi. Lupa juga ia dengan adegan mesra Adit dan Ghea. "Mas, jangan diciumin. Dia baru tidur. Nanti kebangun," protes Rani yang melihat Adit malah menggoda Tasya.Adit nyengir saja ketika mendengar protes Rani. "Wanginya enak, Sayang," sahutnya.Ya, siapa orang yang nggak suka wangi bayi? Everyone would love it. Bayi belum mandi, baru bangun tidur saja wangi, apalagi ini—mereka habis mandi pagi.Tak lama, Adit benar-benar menaruh Tasya kembali di box bayi yang sudah disediakan pihak rumah sakit."Kamu mau sarapan sekarang, Sayang?" Adit sudah duduk

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    16. Nasihat Ulfa.

    "Wajar, kan nge-ASI-innya? ASI kamu lancar?" kata Ulfa menanggapi sebelum kemudian mendekatkan dirinya ke ranjang Rani. "Aku nggak tepat banget ya, dateng jelang sore gini? Harusnya kamu kan banyak istirahat apa lagi kamu lahirannya cesar."“Ya, aku tidur sebentar aja ya, kalo gitu.” kata Rani. Ulfa mengangguk dan membiarkan sahabatnya itu tidur. Ya, Rani memang sulit tidur. Tadi, beberapa belas menit yang lalu, Adit memaksanya untuk tidur. Rani butuh istirahat juga kan, supaya kondisinya lekas pulih.Sementara itu, Tatia sudah meronta ingin diturunkan dari gendongan papanya, "Daddy, aku mau liat dedek bayinya!" pintanya agak sedikit keras. Ulfa melihat ke arah anaknya itu kemudian membuat gestur 'jangan berisik' dengan satu jarinya yang ia taruh di depan bibir. "Jangan teriak-teriak, Tatia. Nanti Tante Rani sama dedek bayinya bangun!" peringat Ulfa pada Tatia. Bocah itu mengangguk, mengerti, hingga akhirnya diturunkan Bima. Bersama Ulfa, Tatia melihat dengan takjub bayi mungil y

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    17. Bahagia Menjadi Seorang Ibu.

    "Kenapa, sih? Kok kamu nggak ngantuk-ngantuk?" tanya Adit kepada RaniRani tersentak saat lengan Adit mengelilingi perutnya. Dagu suaminya itu juga ditumpukan di pundak Rani. Seperti malam kemarin, di malam kedua ini Rani masih saja sulit terpejam. Kantuk pun tidak kunjung datang. Minum susu hangat, sudah. Makan manis, sudah. Perut sudah kenyang. Tapi, masih saja segar matanya.Rani menghela napasnya kasar. "Ada yang kamu pikirkan, ya? Apa kamu masih memikirkan tentang Ghea?" Adit dengan sabar memancing Rani untuk menceritakan kegundahannya. Walau bagaimana, saat ini menjaga perasaan Rani jauh lebih penting untuk Adit. Ia memang masih mencintai Ghea, tapi ia tidak mau kehilangan Rani dan Tasya."Sekarang aku jadi tau, gimana perasaan Ibu, Mas," sahut Rani lirih."Hmm. Bagaimana?""Aku bisa bayangin, bagaimana dulu Ibu melahirkan aku. Ibu adalah seorang ibu yang sangat baik dan karena itu ayah terlalu mencintai sehingga saat Ibu tidak ada, Ayah begitu terpuruk hingga pada akhirnya-"Ra

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    18. Mengadakan Pesta

    "Nah, Tasya, ini rumahmu," ujar Bu Ana pada Tasya di gendongannya. Anak itu seperti mengerti perkataan Neneknya, matanya mengerjap-ngerjap seperti betul-betul sedang memindai rumah.Mereka baru saja tiba di rumah, dan di sana ada Anjar dan Amel juga. Rani hanya dijemput oleh Adit dan Bu Ana saja. Sementara Pak Tomi seperti biasa tidak pernah mau berinteraksi dengan menantunya yang satu itu.Saat Dokter menyatakan Rani sudah bisa beraktivitas secara normal, mereka tak menunggu lama untuk kembali pulang ke rumah."Non, kangen saya," sambut Mbok Nurrmi memeluk Rani."Kamu sudah siapkan kamar Tasya?" tanya Bu Ana berikutnya, lantas langsung meminta Mbok Nurmi mengantarnya ke kamar cucunya.Rani hanya bisa tersenyum, sepertinya Bu Ana sudah mengambil alih posisinya sebagai ibu Tasya karena perempuan itu banyak sekali terlibat dalam urusan Tasya."Kangen juga sama rumah ini ya," ujar Rani seraya merebahkan kepalanya di dada Adit."He-eh," ujar Adit singkat, "Mana ada sih orang yang betah be

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    19. Tidak Tahu Malu.

    Ya Tuhan, petaka apa yang akan terjadi saat perempuan itu ada di rumahnya? Siapa pula yang sudah mengundang mantan kekasih Adit itu untuk datang."Nah, ini dia sang Nyonya rumah yang baik hati," ujar Anjar saat melihat Rani mendekati mereka, "Ini Rani, istri dari adikku, Adit."Semua orang serentak berdiri –tidak terkecuali Ghea—lantas menyalami Rani saat Anjar memperkenalkan teman-temannya itu satu per satu pada Rani."Dan ini—""Kami sudah saling kenal, Mas Anjar. Waktu aku baru pulang dari Hongkong kemarin aku sudah bertemu dengan Rani," potong Ghea cepat dengan sebuah senyuman manis yang memabukkan. Rani takjub bagaimana Ghea bisa bersandiwara setelah kejadian terakhir yang menimpa mereka dan nyaris membuat Rani celaka karena kontraksi mendadak."Oh ya? Apa Rani juga sudah tau kamu siapa di masa lalu Adit?" tanya Anjar terlihat antusias."It's a long story," ujar Ghea seraya mengibaskan tangan, "Akan membosankan buatmu. Iya kan, Ran?" tanya Ghea dengan sebuah kedipan mata untuk R

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    20. Hadiah Dari Ulfa.

    Di mana sih Rani? Tanya Adit dalam hati saat dia sudah berkeliling taman tapi juga tidak menemukan istrinya itu di mana-mana.Saat dilihatnya Bu Ana maupun Bude Yatmi yang tengah asyik mengobrol dengan para tamu tanpa kehadiran Tasya di tangan mereka, membuat Adit berasumsi istri dan anaknya itu saat ini berada di kamar mereka di atas. Mungkin Tasya ingin menyusu, atau anak itu memang sudah mengantuk dan harus segera tidur jauh dari kebisingan ini.Asumsi itu membuat Adit tenang, dia menarik sebuah kursi lantas mendudukinya ingin rehat sejenak setelah sejak tadi harus berbasa basi menyapa setiap tamu.Adit memutuskan untuk menikmati kesendiriannya seraya menonton band kecil yang saat ini sedang menyanyikan lagu All I Want-nya Kodaline. Salah satu lagu kesukaan Rani yang belakangan juga mulai dia sukai.'Cause you brought out the best of meA part of me I'd never seenYou took my soul wiped it cleanOur love was made for movie screensTidak bisa tidak, Adit tersenyum saat mendengarkan

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    21. Kencan

    Adit tentu saja langsung menyetujui rencana kencan itu dengan sangat antusias. Dia membatalkan semua janji sore-nya. Tidak ada yang lebih penting dari pada segera pulang ke rumah di jam makan siang untuk bisa bersantap bersama kedua sahabat yang sudah lama tidak bertemu.Tapi itu bisa menunggu, siapa sih yang tidak mau berkencan dengan istrinya sendiri? Adit heran kenapa hal semacam ini tidak terpikirkan olehnya. Kapan terakhir kali dia mengajak Rani dinner romantis berdua? Adit tidak bisa ingat, atau memang mereka belum pernah melakukannya? Ya ampun, mengerikan sekali! Padahal dulu saat ia berpacaran dengan Ghea ia selalu menghabiskan banyak waktu. Tetapi dengan Rani? Apa karena Adit menganggap Rani hanya gadis biasa saja? "Bim, makasih banyak lho hadiahnya," ujar Adit saat mereka sudah kenyang menyantap makan siang. Ucapan terima kasih itu tulus Adit ucapkan, seolah sahabatnya itu tahu bahwa Adit dan Rani memang memerlukan jeda manis semacam ini di antara masalah bertubi-tubi yang

Bab terbaru

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    68. Hati Kecil Adit.

    Rani yang sedang sibuk membuat kue bersama Mbok Suti sontak mengalihkan perhatiannya ketika mendengar ponselnya berdering. Terpaksa dia harus meninggalkan pekerjaannya lebih dulu untuk melihat notifikasi apa yang masuk ke ponselnya.Tak lama kemudian, bibir Rani menerbitkan sebuah senyuman setelah membaca beberapa pesan dari pelanggan barunya. Hari ini adalah hari pertama Rani membuka toko online-nya, dan sudah ada 3 orang pelanggan yang memesan kuenya. Sebisa mungkin Rani akan menyelesaikan kuenya hari ini juga, dan mengantarkannya tepat di hari pelanggan itu memesan pesanan kuenya.Rani menaruh ponselnya ke tempat semula, lantas melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Mbok Suti yang sedang mengaduk adonan baru ikut tersenyum ketika melihat raut wajah bahagia Rani yang sudah lama tidak dia lihat. Ternyata, Rani tidak selemah yang dia pikirkan. "Mbok, yang ini kue ulang tahun, ya?" tanya Rani memastikan."Iya, Non. Itu belum dikasih note, soalnya takut acak-acakkan kalau Mbok yang

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    67. Memulai Usaha.

    Rani dengan wajah seriusnya duduk di depan laptop untuk mengedit bagian-bagian penting yang akan dia perlukan untuk kebutuhan toko online-nya. Usulan Mbok Suti tadi pagi berhasil membuka pikiran Rani mengenai bisnis kue yang akan dia jalankan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Bakat masak yang Rani dan Mbok Suti miliki bisa menjadi ladang penghasilan untuk mereka selama beberapa bulan ke depan. Walaupun masih ada cukup uang yang ada dalam tabungan Rani, tapi dia tidak bisa langsung menggantungkan hidupnya dari sana. Rani harus punya pekerjaan sampingan agar hidupnya tidak terlalu memprihatinkan.Meski pun Bu Ana berjanji selalu mendukung keputusannya dan juga akan memberikan biaya untuknya dan Tasya tetapi, Rani tidak mau terlalu bergantung pada Ibu mertuanya itu.Lain dengan Rani, saat ini Mbok Suti tengah belanja ke swalayan untuk membeli bahan-bahan kue yang akan dia dan Rani buat nanti malam. Rani akan membutuhkan beberapa kue untuk dia foto dan akan dia pasang di banner iklan

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    66. Memilih untuk Pergi bagian 2.

    Helaan napas tak berhenti keluar dari mulut Adit yang sedari tadi tengah mondar-mandir di depan kamarnya. Pintu kamar yang dibiarkan terbuka membuat Ghea bisa melihat tingkah suaminya dari dalam. Bukannya mencoba menenangkan, Ghea justru malah sibuk bersantai ria di atas kasur dengan secangkir coklat panas di atas nakas.Adit berdecak kasar, mengacak rambutnya frustrasi karena dia masih merasa dengan kepergian Rani. Rani pergi tanpa sepengetahuannya. Bahkan Mbok Suti pun dikabarkan ikut dengan Rani dan Tasya entah ke mana.Ghea memutar bola matanya malas, lantas beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Adit yang sedang dilema. Meskipun Ghea tak suka melihat Adit yang masih terlihat mengkhawatirkan Rani, tapi dia tidak peduli.Setidaknya Adit dan Rani sudah berpisah meski belum resmi, dan kini hanya dialah satu-satunya istri yang Adit miliki."Mas, kamu nggak bosan dari tadi mondar-mandir terus?" tanya Ghea, lalu memeluk Adit dari belakang agar suaminya itu menghentikan kegiatan ta

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    65. Memilih Untuk Pergi.

    “Silakan saja kalau Ayah tidak percaya jika Tasya cucu Ayah. Saya merasa sangat kecewa sekali. Saya tau jika hubungan saya dan mas Adit juga tidak mendapatkan restu ayah tadinya. Saya juga tahu jika kami sudah melakukan kesalahan. Tetapi, saya tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain,” kata Rani. Selama ini wanita itu sudah cukup diam. Kali ini ia tidak akan diam saja mendengar hinaan dari Ayah mertuanya itu. Bu Ana sendiri merasa sangat kaget karena baru kali ini mendengar Rani bersuara seperti ini. Selama ini wanita itu lebih banyak diam dan mengalah. “Ibu percaya kepada kamu, Rani. Baiklah, kita akan menunggu dua bulan lagi. Jika memang anak dalam kandungan Ghea itu anak Adit, kita akan mencari jalan keluar. Ibu tidak mau Adit dan Rani berpisah. Tetapi, jika terbukti anak itu bukan anak Adit maka Ibu tidak akan membiarkan penipuan ini berlangsung lama,” kata Bu Ana dengan tegas.**Terik matahari membuat peluh keringat di dahi Rani semakin bertambah banyak. Kulit putih dan mu

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    64. Kenyataannya.

    Adit tersentak mendengar perkataan Rani.“Cerai? Tidak! Aku tidak mau. Kamu harus mendengarkan dulu penjelasanku. Aku dan Ghea itu ....” Adit pun menceritakan semua yang terjadi di malam itu. Tanpa ada yang ia kurangi sama sekali.“Demi Allah ... Aku nggak pernah sadar kalo aku meniduri Ghea.”“Awalnya ga sadar, tapi setelah itu kamu pasti sering melakukannya, bukan? Jawab dengan jujur!”Adit terdiam, apa yang dikatakan oleh Rani benar. Awalnya mungkin ia tidak sadar, tetapi bukankah setelah itu dia dan Ghea juga menikmati hubungan mereka?“Kamu ngga bisa jawab, kan? Itu karena memang kamu sudah bermain api, Mas!”“Aku ....” “Ceraikan aku!”BRAK!"Tidak, Ibu tidak mau kalian bercerai! Aduh!" Rani dan Adit tersentak. Keduanya menoleh, ternyata Bu Ana tanpa sengaja mendengarkan semua percakapan mereka. Dengan cepat, Adit menghampiri Ibunya yang sedang memegangi dadanya. Dengan cepat Adit segera memanggil perawat, sehingga Bu Ana dengan cepat ditangani oleh dokter. Untung serangan ja

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    63. Keguguran.

    “A-apa maksudnya ini. Mas, kenapa Ghea ....” Rani benar-benar tidak mengerti dengan kehadiran Ghea. Terakhir kali bertemu di Lombok beberapa bulan lalu, perut Ghea masih rata. Tapi sekarang ....“Tanyakan saja kepada suami kita. Dia yang sudah menghamili aku dan kami sudah menikah siri tujuh bulan yang lalu. Sekarang aku sedang hamil tujuh bulan,” kata Ghea dengan lantang. Bu Ana segera menghampiri Ghea dan langsung menampar perempuan itu dengan kesal. “Jangan kurang ajar kamu! Anakku tidak mungkin menikahi kamu,” kata Bu Ana. “Apa yang Ibuku katakan benar. Adikku nggak mungkin menikah dengan kamu, Ghea,” sahut Anjar membenarkan. “Ayah kalian sendiri yang menjadi saksi pernikahan kami.” JLEB!Seketika ingatan Bu Ana dan Rani melayang di saat Adit dan Pak Tomy pergi berdua saja. Bu Ana langsung memicingkan mata dan menatap PakTomy.“Keterlaluan kamu, Yah!” seru Bu Ana.“Ghea sudah hamil karena perbuatan Adit, mana bisa aku tinggal diam. Jadi, aku mengizinkan Adit menikah lagi. La

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    62. Kejutan Untuk Rani.

    “Apa rumah baru kamu sudah siap untuk ditempati, Dit?” tanya Bu Ana pagi itu. Adit menganggukkan kepalanya. Saat ini dia sangat bingung karena satu bulan lagi dia harus menepati janji kepada Ghea. Sebulan lagi, kandungan Ghea berusia 7 bulan. Adit sama sekali tidak tahu jika sebenarnya kandungan Ghea sudah berusia 8 bulan lebih, bahkan HPL Ghea hanya tinggal 2 minggu lagi. Sementara kandungan Rani baru 4 bulan. Dan lusa seharusnya Adit harus memberi kejutan untuk Rani. Dia akan membawa Rani ke rumah baru mereka dan semua itu sudah dipersiapkan.Dan pada hari itu, sesuai rencana Adit membawa Rani ke sebuah hotel berbintang. Mereka menitipkan Tasya kepada Bu Ana. Adit sudah menyewa suite room selama beberapa hari."Berapa lama kita di sini,Mas?""Kamu mau sebulan juga tidak masalah, Ran. Aku masih bisa membayar kamar hotel ini untukmu selama setahun," kata Adit membuat Rani mencebikkan bibirnya."Aku mempunyai kejutan lain untukmu sayang. Jadi, jangan banyak bertanya lagi. Kamu hanya

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    61. Rani Hamil.

    “Gimana hasilnya, Ran?” tanya Bu Ana. Rani keluar dari kamar mandi dan memperlihatkan hasil tespacknya kepada Bu Ana. “Tasya mau punya adik, Bu,” jawab Rani dengan gembira. Dan Bu Ana pun segera memeluk Rani dengan erat. Ia merasa sangat senang sekali jika memiliki cucu lagi.“Kita ke Dokter aja nanti sore waktu Adit pulang supaya kondisi bayimu bisa langsung diketahui oleh dokter,” kata Bu Ana. “Baik, Bu,” jawab Rani. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu. Bu Ana yang melihat hal itu pun segera mengerutkan dahinya. “Kamu nggak seneng dengan kehamilan kamu ini, Rani?” tanya Bu Ana. “Bukan itu, Bu. Tapi, aku merasa sedikit khawatir dengan Tasya. Dia kan masih kecil, bagaimana jika nanti dia kekurangan kasih sayang, Bu?” Rani berkata lirih. Bukannya dia tidak bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, tapi, ia hanya takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik buat anak-anak mereka.Bu Ana tersenyum mendengar perkataan menantunya itu. Dia sangat me

  • Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua    60. Telat Datang Bulan.

    Ghea hanya menatap Rani dengan tajam. Tetapi, dia tidak peduli dan terus melanjutkan makannya di sana bersama dengan Rani dan Adit. Wanita itu tidak peduli sekali pun Rani terlihat tidak suka. “Kamu sampai kapan di sini?” tanya Rani. “Suka-suka aku dong. Mungkin aku nanti akan menunggu pacar aku datang menyusul ke sini atau mungkin juga akan pulang. Aku kan ke sini untuk berlibur. Aku yakin kamu baru kali ini kan liburan begini?” kata Ghea kurang ajar.“Ya, aku baru pertama kali liburan. Semua ini karena kebaikan ibu mertuaku,” jawab Rani percaya diri. Rani tau jika Ghea sengaja mengatakan itu karena ingin menghina dirinya. Tetapi, Rani tidak akan membiarkannya.Pada akhirnya karena Adit tidak mau perselingkuhannya terbongkar, ia memilih untuk segera pulang. “Padahal, jadwalnya kan masih dua hari lagi, Mas. Aku belum sempat ke ke Rinjani, loh,” kata Rani. “Kapan-kapan kita akan ke sini lagi, Sayang.” Dan, Adit pun pulang bersama Rani dua hari setelah kedatangan Ghea. Setelah ham

DMCA.com Protection Status