“Pi.. Ngerasa nggak sih, kalau ada yang kelupaan?!”
Vero memajukan bibirnya, berpikir sembari memainkan bagian tak bertulang dibawahnya.
Kelupaan?!
Perasaan Vero tidak meninggalkan apapun di apartemen. Mereka bahkan memastikan Vallery pulang bersama Mischa. Mensterilkan unit dari kemungkinan terjadinya shooting layar yang tercekal season dua.
“Mami, bisa bantu Papi mikir?! Papi lagi fokus nyetir. Nabrak nanti kalau disuruh multitasking.”
Semua orang tentu memiliki kekurangan, salah satunya Vero. Ia malah jika diminta ini itu dalam waktu yang sama. Terlebih di saat perasaannya tak kunjung membaik setelah adiknya bersedia dinikahi oleh Mischa.
Karma sepertinya.. Ia dan daddy-nya pernah membuat kesalahan yang sama dan kini adik sekaligus anak merekalah yang diminta alam untuk membayar kelakuan mereka.
Vero berdecih.. Malika yang mereka jaga sekuat tenaga, kebobolan juga
Vero harus merasakan tempelengan di pagi harinya setelah tanpa sadar ember di mulut istrinya bocor. Istrinya seperti keran yang rusak dan sayangnya air itu tumpah ruah ke dalam bak penampungan mommy-nya.Wajah Vero bergerak ke kanan dan kiri, mengikuti tamparan yang bersarang di pipinya. Ia pasrah. Meski Mian dan Jessen sekarang dalam keadaan baik-baik saja, ia tak dapat memungkiri jika anak-anaknya sempat hilang semalam.“Kok bisa Bang?!” Wanita yang belum lama menyandang panggilan Oma tersebut mengulangi pertanyaannya berulang kali. “Kalian pasti ena-ena kan?! JAWAB MOMMY!”Mischa membuang muka ke samping. Air liurnya sulit sekali untuk ditelan. Setelah kemarin menganiaya dirinya, Vero juga mendapatkan hal serupa. Bedanya tuduhan yang dilayangkan memecut diri asisten Vero itu. Ialah yang bersalah dan Vero mendapatkan getah akibat ulahnya.“Maafin Abang Mommy!”“Astaga!” Mellia mend
Mischa berada di tempat persembunyiannya. Ia sedari tadi menunggu keluarnya Vallery, menanti kapan gadis itu melangkahkan kaki melewati gerbang yang menutupi seluruh tubuhnya. Jika tidak salah, Sekolah Menengah tingkat Atas milik salah satu sahabat Vero itu melarang pihak Taksi Online memasuki kawasan dalamnya. Mau tidak mau, pengguna jasa pada canggihnya era digital sekarang ini memang mengharuskan pemesannya keluar. Memasuki jasa antar tersebut melalui batas yang ditentukan.Mischa tahu jika dirinya bodoh. Selain memesan jasa angkutan online dari startup yang sedang berkembang pesat, bisa saja wanita yang telah ia ambil kegadisannya dengan jalur mufakat itu pulang bersama kekasihnya yang lain. Bukan tidak mungkin. Makhluk egois satu ini adalah Vallery Husodo. Wanita paling tak berperasaan yang pernah Mischa temui seumur hidupnya.“Itu dia..” gumam Mischa pelan. Untung saja Vallery memilih opsi kedua. Kemarahan yang Mischa tahan sejak pagi menemui redamnya walau sedikit. Mischa kelua
Vero menggaruk kulit rambut di depan telinganya. Pria itu tidak tahu harus melakukan apa ketika tanpa sebuah pemberitahuan Mischa menerobos masuk ke dalam kamarnya. Beruntung ia dan Stefany tidak sedang mencicil pembuatan penerus klub kesebelasan baru. Istri cantiknya itu masih palang merah internasional. Dapat dijamah namun tak bisa dirasakan kelembabannya.Ngomong-ngomong soal penyusup kurang ajar yang memasuki kamarnya tanpa tata cara berkunjung dengan baik dan benar, laki-laki itu bertingkah aneh sekali.Menurut Vero..Stefany tak dapat memberikan penilaian karena wanita cantik kesayangan Vero tersebut tengah dibuai mimpi indah disiang bolong. Efek memiliki pasukan kembar membuatnya mudah terserang virus lelah yang tak berkesudahan.“Ini belom lebaran Mis.. Ngapain pake sungkem segala?” Kalaupun masa kejayaan Umat Islam itu sudah hadir sekalipun, rasanya terlalu berlebihan jika Mischa sampai berlutut dibawah kakinya.Wa
Berita dicabutnya cuti tak terhormat penerus yang menjabat sebagai Wakil Direktur Husodo sudah diterima cukup baik oleh para karyawan perusahaan tersebut. Sebenarnya ada atau tidaknya pria itu, tak menjadi polemik di tubuh kantor berlantai dua lima belas tersebut.Sosoknya mungkin kerap memenangkan beberapa tender kelas kakap, namun kehadirannya tak banyak berpengaruh pada bawahannya. Maka untuk itu, Karyawan Husodo bersikap anyep dengan kabar tersebut. Hanya satu orang saja dengan status pegawai buangan baru yang menanti-nanti kedatangan si sulung.Siapa lagi jika bukan mantan asisten pribadinya— Mischa. Pria itu bersikeras tetap datang ke kantor meski ultimatum pemecatannya telah disuarakan selantang terompet Sangkakala. Mischa sengaja menebalkan wajahnya. Tak peduli pada larangan Sang Nyonya Besar yang katanya merasa tertipu akan penampilan polosnya sebagai laki-laki.Mischa memang diizinkan menikahi putri salah satu Konglomerat Indone
“Masuk, enggak?!”“Masuk aja apa ya?” Vero masih setia berdiri di depan pintu kamarnya. Pria itu sedang bermonolog— menimbang-nimbang apakah dirinya harus memutar knop pintu untuk memasuki kamarnya atau tidak.“Apa nggak usah?” Ia melepaskan genggaman tangannya pada gagang pintu.Vero mengacak rambutnya— merasa frustasi dengan keadaan yang selalu saja tak pernah membuat hidupnya tenang.Dua hari lalu, setelah melihat adik tercintanya menikah, hari-harinya mendadak menjadi sangat suram. Karena kelakuan Omnya yang menggagalkan aksi dukanya, Vero jadi kesal sendiri.Ia sampai tak sedang jika dirinya tengah membawa Jessen. Anak itu terlempar begitu saja ke atas permadani. Memang dasarnya Jessen saja yang jago sekali acting, anak itu berlagak kejang-kejang sampai dilarikan ke rumah sakit..Keluarganya Justine..Heboh!Rumahnya langsung mendadak menjadi pasar kaget. Mommy
Vero menguap cukup lebar. Ia mengangkat tangan, merenggangkan otot-otot tubuhnya. Pria itu bersyukur, dari semua miliknya yang dibakar habis— masih ada satu bokser yang tidak ia sayang-sayang amat terselamatkan. Lumayan lah dibandingkan tidak ada sama sekali dapat ia perjuangkan. Membeli kembali pun, pasti akan menimbulkan bencana tak berkesudahan nanti. So, Vero bertahan saja dengan satu yang ada.“Baby.. Akan Babang jaga kamu sepenuh jiwa. Tinggal kamu yang tersisa, jadi mari kita lebih berhati-hati lagi sama penjahat-jahat itu ya..” ujarnya sembari membelai ujung bokser yang dikenakan.Tenang saja, Stefany sudah merelakan kenyataan jika cintanya memang terbagi. Katanya lebih baik bersaing dengan benda keramat dibanding wanita-wanita tidak tahu malu di luaran sana. Sebuah perandaian yang Vero gunakan agar ia bisa diterima secara sukarela untuk mendiami kamar mereka semalam.“Mulut Daddy gue nurun banget deh.. Mam
“Yang kamu ke kantor deh.. Butuh healing nih aku!"‘Healing matamu!’ sentak Stefany galak.Wanita itu mengacakkan lengannya dipinggang, menatap layar kamera yang ia sandarkan di kaleng biskuit kesukaannya. Vero mungkin membutuhkan hiburan tapi dirinya jelas akan kelabakan jika menuruti permintaan konyo suaminya.Bayangkan saja betapa merepotkannya pergi membawa dua kurcaci mereka. Bukan perkara mudah ya, menaik turunkan anak-anak ke dalam mobil. Belum lagi kalau tiba-tiba saja Mian atau Jessen rewel di perjalanan— yang ada dirinya gila sendiri.“Kamu.. Tega..” Vero membuang mukanya sedetik sebelum kembali melihat kamera ponselnya. “Ayolah Mami… Tinggal aja si kembar ke Sitai.. Kasih dia duit, pasti mau!” Manusia mana memang yang tidak menginginkan uang tambahan?! Siti Si penggila herta pastilah dengan sukarela menerima job tambahan.“Stok asi di freezer kan bany
Jika ada yang ingin Vero enyahkan dari muka bumi, maka jawabannya adalah putri rekan bisnis yang relasinya sudah Daddy-nya coret pada daftar partner kerjasama Husodo. Gadis..Hah, salah!Wanita!Vero tidak tahu, apakah sosok yang mengenakan rok super pendek dan kemeja ketat dengan dua kancing terbuka, di bagian atasnya tersebut masih bisa mempertahankan kegadisannya atau tidak.Terdengar seperti pelecehan seksual memang jika ia menyimpulkan hal sensitif hanya berdasar penampilan seseorang. Namun sebagai makhluk sosial, Vero memiliki hak dalam berpendapat sekalipun pendapatnya terkesan mengadili tanpa tahu kenyataan yang pasti. “Tolong jangan buang waktu saya.” Vero mengangkat tangannya, membuat ujung lengan jas yang ia kenakan terangkat kala tangannya membentuk sudut siku-siku.“Sebentar lagi saya harus bertemu dengan orang penting.” Vero melirik jam yang melingkar disana. “Come on, Ver.. Kamu kayak orang lupa sama aku.. Aku pernah loh jadi pacar kamu.” “Seriously, Anda bahas ini