Share

Mas Gagah 29

Author: Nendia
last update Last Updated: 2023-04-07 01:41:08

KETIKA MAS GAGAH TIBA 29

“Andin, bapak ada yang mau dibicarakan.” Pria yang mengajak semua anggota keluarga untuk berkumpul ini memulai bicara. Duduk tafakur di ruang TV. Beberapa hari ini rautnya lebih kacau dan kelelahan. Cape ngurus anak tiri.

“Bapak hanya punya dua anak. Kamu dan Wulan. Selama ini, kirim amplop ke mana-mana, tapi belum pernah hajatan. Mau kapan balikinnya kalau bukan saat kamu nikah atau saat Wulan nikah.”

Aku diam. Menunggu tujuan kalimat bapak yang terlalu mengambil ancang-ancang. Bu Sum duduk sambil melipat tangan di dada. Sesekali memijat pelipisnya yang ditempel layar putih. Sementara Wulandari menunduk lesu, melihat karpet merah bercorak bunga.

“Pernikahan kamu kan masih ada waktu beberapa hari. Apa tak bisa pindahkan ke sini? Urusan konsumsi biar bapak yang tanggung.”

Aku menjeda jawab. Menatap wajah yang menua itu. Bapakku tanggung jawab orangnya. Setelah hidup sama Bu Sumarni tanggung jawabnya jadi salah sasaran. Aku marah sekaligus kasihan lihat bapak be
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 30

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 30Panitia yang bertugas di masjid, menyambut. Rombonganku dan rombongan Nata dipersilakan masuk ke tempat yang telah disediakan. Aku, Nata, dan keluarga terdekat langsung mengisi tempat akad. Petugas dari KUA sudah stand by di sini.Acara akad pun dimulai. Diawali oleh sambutan ini-itu. Pembacaan Al-Quran. Ceramah singkat petuah pernikahan. Dan lainnya. Tibalah di mana penghulu memandu untuk dilakukannya ijab kabul.Aku menunduk bersama debar rasa yang entah. Bapak mulai menjabat tangan Nata. Lalu ijab kabul pun diikrarkan dengan lancar. Semua saksi berkata ‘sah’ dan penghulu melanjutkan dengan do’a.Bulir bening menghalangi pandangan. Dadaku diselimuti haru. Hanya dengan sedetik saja, statusku berubah jadi istri orang. Bagaimana kehidupan setelah ini?Aku diperintahkan untuk salaman dan menerima mahar sebagai dokumentasi. Kucium tangan pria yang baru saja mengambil alih tanggung jawab dari bapak ini dengan takzim. Bersama itu, air mataku menetes.Tanpa diperint

    Last Updated : 2023-04-07
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 31

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 31 Pov Wulandari 2 Kehamilan ini membuatku serupa hidup dalam neraka. Sungguh aku menyesali kebodohan sendiri, mau-maunya termakan bujuk rayu Burhan. Jahat sekali dia. Sengaja tak pasang pengaman demi bisa menikahiku.Selepas muntah-muntah di rumah Nata, hidupku tidak baik-baik saja. Aku sadar sudah mendapat penolakan dari Nata dan keluarganya. Jadi tidak mungkin terus mengejar pria itu, sementara waktu terus berjalan.Setiap hari, aku berada dalam kekhawatiran. Tanganku bahkan tidak henti-hentinya bergetar. Setiap kali memikirkan bagaimana musibah besar ini akan terungkap, jantungku berpacu lebih cepat.Bukan bagaimana aku yang mendominasi pikiran ini. Tapi bagaimana Mama. Pasalnya Mama sangat membenci Burhan. Kebenciannya pada Burhan mungkin setara dengan kebenciannya pada Andini. Ya, aku paham karena memiliki kebencian yang sama pada kakak tiriku itu. Jangan tanya kenapa. Karena bukan hanya cinta, benci pun tidak membutuhkan alasan. Melihat dia yang kucel, n

    Last Updated : 2023-04-08
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 32

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 32 POV Andini "Gak apa-apa tidur tanpa ranjang?" Aku bertanya. Kami berdua berbaring di atas kasur. Menatap plafon. Ada-ada saja kejadian malam ini. Ranjang lapuk itu malah hancur. Duh, bisa-bisanya aku gak kepikiran beli ranjang baru. "Enggak masalah. Jangankan tidur tanpa ranjang. Tanpa kasur saja mas sering." "Masa?" "Ya. Dulu pernah ikut sisir pantai. Tidur di pinggir laut, di atas batu dan pasir. Pas bangun badan udah basah karena air pasang. Sering juga sengaja direndem tengah malam di kolam saat pelatihan. Apa lagi kalau sudah kecapean, kadang baring di mana saja yang penting bisa tidur." "Pasti berat ya latihan jadi atlet gitu?" Aku mengubah posisi tidur jadi miring. Melihat dia yang terlentang dengan tangan terlipat di belakang kepala. Masya Allah ya indahnya punya suami. Sampai malam selarut ini ada teman bicara. Nata mulai bercerita bagaimana unik perjalanan hidupnya. Mulai dari sebatas latihan di kali sampai melanglang buana ke luar negeri. Na

    Last Updated : 2023-04-08
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 33

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 33Esoknya, suamiku memberikan uang sesuai yang dia janjikan. Sungguh aku sangat menyayangkan tindakannya itu. Pasalnya, uang itu buat Wulan, dan aku tak yakin akan dibayar.“Belum tentu dibayar uangnya nanti, Mas,” kataku saat kami menuju rumah Nata.“Gak apa-apa lah, sedikit ini.”“Banyak gitu bilang sedikit?”“Mas ada. Enggak enak saja sama bapak, kasihan.”Aku cemberut. Katanya kecewa karena nikahan aku dipersulit sementara Wulan diperlakukan sebaliknya. Tapi tetap saja ngasih pinjam. Menurut dia uang segitu sedikit, pagahal kan gede.“Sudah tak perlu cemberut. Memang tak kasihan sama bapak, posisinya mungkin serba salah.”“Akan terus serba salah kalau tetap hidup sama Bu Sum.”“Sudah jadi pilihannya. Mau dikata apa.”“Dosa gak sih kalau aku jodohin bapak sama wanita lain?”“Hus, ada-ada saja.”Kami sampai di rumah Nata. Aku dan dia memang masih sering bolak-balik. Rumah dia mau pun rumahku bukan untuk tempat menetap. Kami akan tinggal di kota kalau cuti suda

    Last Updated : 2023-04-09
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 34

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 34Malam selepas Isya, Nata mengajak kami makan di sebuah restoran. Lokasinya cukup jauh dari rumah ditambah jalanan macet, tiba di lokasi perut sudah berontak. Suamiku ini memilih restoran yang sangat cantik. Ada indor dan outdor. Outdor-nya merupakan saung-saung yang ada di tepian danau. Ada juga yang memang sengaja dibuat terapung. Ikan bakar merupakan menu unggulannya.Kami mengisi salah satu saung. Lampu kuning bertebaran di mana-mana. Langit hitam bertabur bintang juga kerlip cahaya lampu terpantul indah di air danau yang beriak. Di kejauhan, gedung tinggi menjulang.Lilin minyak dalam sebuah gelas beling di atas meja bergoyang-goyang tertiup angin malam. Aneka hidangan mengelilinginya. Nata memesan banyak makanan.“Nah sekarang kita makan di sini dulu, tidak perlu pikirin masak-masak,” katanya. Peralatan dapur Nata memang belum lengkap, bisa dibilang belum ada malah. Jadi untuk sekarang, beli saja dulu.Kami mulai menyantap hidangan. Mengisi perut keroncon

    Last Updated : 2023-04-09
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 35

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 35Merasa diabaikan, aku mengejar dia ke depan. Mas Nata tampak menahan senyum sambil menyalakan TV."Aku cemburu, dengar tidak?""Terus Mas harus gimana?""Klarifikasi lah. Dia siapa? Kenapa masuk rumah orang tanpa etika. Pake baju seksi pula. Mana bilang kecewa karena kita menikah."Suamiku menghempaskan bokong di sofa. Dua tangannya merentang, lalu melambaikan jari. Kemudian menepuk sofa di sampingnya, menyuruh duduk.Dengan malas aku patuh. Duduk tepat di sampingnya."Oke. Mas klarifikasi." Mas Nata mengubah posisi duduk jadi menyamping. Kepalanya ditopang telapak kiri yang bertumpu pada sandaran sofa. Menatapku lekat bersama seulas senyuman yang tak pudar."Namanya Nona. Dia masih kelas dua SMA. Anak tetangga, kebetulan Mas dekat dengan ayahnya.""Kamu juga akrab dengan anaknya?"Dia berpikir sejenak. "Tidak," serunya seraya menggeleng. "Selayaknya tetangga.""Kenapa dia pake kecewa pas tahu kita nikah?""Katanya dia dan kakaknya suka sama Mas. Memang anakny

    Last Updated : 2023-04-12
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 36

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 36Beranjak dari kehidupan Andini Larasati yang sedang membangun fondasi rumah tangganya. Jauh di sana, di sebuah perkampungan, Pak Galuh memijat pangkal hidung. Dahi mengernyit tegang. Raut kacau. Sejalan dengan beban pikiran yang bertumpuk.Semakin hari, semakin aneh-aneh saja keinginan istri dan anak tirinya. Dituruti satu minta yang lain. Yang lain diikuti minta lagi yang lebih. Sebagai seorang kepala keluarga, dia berusaha memenuhi semua harapan, sayangnya harapan itu semakin berat saja bergantung di pundaknya. Bertolak belakang dengan kekuatan tubuh yang terus menua.“Dekornya harus yang bagus, Pak.”“MUA-nya harus yang sama dengan Andini.”“Pokoknya prasmanannya harus daging, jangan ayam. Malu-maluin.”“Pilih hiburan juga jangan artis kampung.”Sumarni terus saja menuntut ini dan itu. Padahal kondisi anaknya sudah tidak layak untuk dibuat pesta besar-besaran. Mau tidak dituruti, tapi minta ampun bawelnya Bu Sumarni. Dari pada telinga panas, mata sepet piki

    Last Updated : 2023-04-12
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 37

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 37Pulang dengan heli. Setiap kali membayangkannya, Andini tersenyum geli. Terbayang saja jika iya, baling-balingnya yang berputar akan memorak-porandakan acara nikahan Wulan. Tentu itu hanya sebatas candaan, mana mungkin Nata melakukannya, meski begitu, cara suaminya sangat menghibur. Sedikitnya dapat menghalau rasa kecewa.Pada akhir pekan, pasangan yang masih diliputi suasana hangatnya pengantin baru itu kembali ke kampung. Mengendarai mobil Nata—sebuah kendaraan merah yang harganya jelas tak murah.Sungguh putri mana yang tidak kecewa diperlakukan berbeda dengan anak lainnya. Satu kandung saja jelas tidak akan terima, apa lagi orang lain. Kendatipun demikian, kehadiran Nata berhasil mengobati duka lara. Tak sempat Andini meneteskan air mata. Suami selalu hadir dengan pesonanya.Dalam perjalanan itu, Nata menggenggam tangan Andini, sesekali mengecupnya. Sementara mobil terus melaju cepat.“Jadi mau ambil jurusan apa?” Pria yang tidak bisa banyak bergombal itu

    Last Updated : 2023-04-13

Latest chapter

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 48.b

    Seorang wanita berwajah jelita memasuki ruang yang dirancang sedemikian mewah. Membawa troli berisi aneka alat-alat masak. Tiga chef terkenal duduk di kursi kecil."Hallo, Chef." Andini tersenyum manis. Lalu menyusun alat-alatnya di meja berlapis stainles."Hallo, siapa nama kamu?" tanya pria bermata sipit di depan sana."Andini Larasati, Chef.""Wong jowo?""Yes, Chef.""Bilang yes jadi hilang wong jowonya," timpal juri berwajah jelita. Lalu disambut tawa kecil oleh yang lainnya."Enggak dong, Chef.""Mau masak apa, Andini?""Siomay seafood with mozzarella sauce.""Oke. Sudah siap?""Siap, Chef.""Waktunya lima menit dari ... sekarang."Tangan cekatan Andini lihai bergerak-gerak. Mempersiapkan apa yang tadi sudah dibuatnya. Jika peserta lain grogi masak sambil diperhatikan chef terkenal, tidak dengan Andini. Mentalnya cukup kuat untuk menerima semua itu. Tatapan para juri tidak lah ada apa-apanya jika dibandingkan sorot mata tajam dan mengintimidasi milik Sumarni. Jangankan hanya dip

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 48.a

    KETIKA MAS GAGAH TIBA ENDMungkin nyawa Wulandari sudah melayang bila mana bayi itu tidak menangis. Seperti mendapat panggilan alam, mulut kecil itu menjerit keras. Suaranya memantul dari dinding ke dinding. Lalu menyelinap masuk ke dalam relung hati Burhan.'Dia ibu dari anakmu, dan ayahnya bukan seorang pembunuh.' Suara lembut berbisik dalam dirinya.Marah yang meletup bertabrakan dengan penyesalan karena tidak bisa menahan emosi. Dua perasaan itu membuat dia kesulitan mengendalikan diri. Burhan menghempaskan Wulandari dan Sumarni dari cengkeramannya. Dia berbalik dengan kaca-kaca di matanya. Bertolak pinggang. Sakit hati dan penuh penyesalan.Di belakang Burhan. Wulandari luruh. Duduk di lantai dan mengambil napas sebanyak-banyaknya. Terbatuk-batuk dia. Sementara Sumarni memegangi rahangnya yang seperti akan hancur.Selama ini, pada siapa pun mereka melontarkan cacian, tidak pernah ada yang melawan dengan melakukan tindak kekerasan yang nyaris melayangkan nyawa. Sumarni dan Wulanda

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 47

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 47POV AuthorDi malam yang hening, Andini berurai air mata. Ditatapnya berkas sertifikat yang menunjukkan kepemilikan atas namanya itu. Dadanya terasa penuh sebab rasa bahagia yang membuncah. Tak menyangka Nata akan melakukannya.Dipeluknya berkas itu serupa kekasih yang telah lama pergi."Sayang...." Nata mengusap punggung Andini."Aku gak nyangka kamu lakuin ini, Mas." Mata merah Andini menatap suaminya."Kenapa kamu baik banget?"Tanpa berkata, Nata menarik Andini bersandar pada dadanya yang lebar. Kemudian mengecup ubun-ubun Andini. "Aku sayang kamu. Sudah terlalu lama kamu menanggung penderitaan. Sekarang saatnya bahagia." Nata menjeda."Mas bahagia kalau kamu bahagia. Mas ikut sakit jika kamu sakit. Maka teruslah bahagia ... untukku." Nata mengangkat dagu Andini agar melihat padanya.Mendengar itu, tangisan dua netra Andini semakin berlinang. Nata bukan laki-laki yang pandai menggombal. Kalimat itu pastilah dari hatinya yang paling dalam. Bagi Andini, Nata

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 46.b

    "Pak...Bapak... maafkan ibu, Pak." Dia langsung bersujud di depan kaki bapak."Ibu tidak punya niat jahat, Pak. Ibu hanya mau menabung." Dia berlinang-linang. Aku mencebik.Tanpa menghiraukannya, aku dan bapak melanjutkan langkah kembali ke tempat tidur.Sumarni beranjak mengikuti kami. Menunduk di depan bapak. "Bapak jangan salah sangka. Itu tidak seperti yang Andini kira. Ibu menabung untuk masa tua kita.""Masa tua yang seperti apa, Sumarni?" bapak yang sudah duduk tenang di atas kasur menatap wanita yang dulu selalu dibelanya."Masa tua seperti apa? Harus menunggu bagaimana dulu agar kau mengeluarkan tabunganmu? Jika bapak ada dalam kondisi hampir kehilangan kaki saja kau tidak bicara, lalu menunggu kondisi seperti apa? Menunggu bapak mati? Lalu kau bisa foya-foya, begitu?"Sumarni menggeleng. Terisak-isak."Bapak paham. Kau mempersiapkan diri untuk masa tuamu, bukan masa tua kita.""Tidak, Pak. Tidak begitu....""Cukup! Cukup!" Bapak menunjukkan telapak. "Bapak selalu menomorduak

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 46.a

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 46"Kalau bapak masih menganggapku anak, ceraikan dia. Tapi kalau bapak tetap mempertahankan pernikahan bapak. Maaf aku tidak akan lagi ada di samping bapak."Aku menatap pria yang masih berbaring ini dengan mata panas. Meski waktu sudah memberi jeda, gejolak di dada tetap sama.Jika kemarahan memiliki interval 1 sampai 1000, misal. Maka marah dan kecewa ini sudah sampai di batas maksimal. Aku tidak sudi lagi melihat wajah Sumarni. Andai bapak tetap mempertahankan dia, maka lebih baik aku saja yang pergi.Bapak menghela napas berat. Ditatapnya plafon rumah sakit dengan sendu. Lelaki yang sedang berbaring itu berkaca kedua netranya. Air yang menggumpal di kedua sudut mata itu menetes melewati pelipis kanan dan kiri.Aku paham. Bapak pun pasti sama kecewanya."Sampaikan talak bapak pada Sumarni, Ndok. Bapak sudah tidak bisa melanjutkan kalau seperti ini."Aku membuang napas dengan entakkan. "Aku lega mendengarnya."Setelah lama berharap, akhirnya talak itu keluar d

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 45

    Ketika Mas Gagah Tiba 45"Ambil saja." Nata memberi saran. Dia menyentuh lengan agar aku menghentikan pertengkaran dengan Bu Sum.Bola mata Bu Sum membola ketika Nata berucap seperti itu. Dua bola mata yang dulu selalu membuatku takut dan menciut itu kini kucebik saja sambil balik kanan. Lalu menuju kamar bapak.Di depan lemari putih ini, aku membuka pintunya. Dikunci. Nata meraba bagian atas lemari. Ada. Dia memberikannya padaku, lantas aku segera membukanya."Heh! Jangan lancang kamu!" Bu Sum berkata sengit.Aku tidak tahu apa yang hendak dia lakukan karena fokus membuka kunci lemari, tapi Nata membuat gerakan seperti menghadang sesuatu di belakangku. Sontak aku menengok. Tangan Bu Sumarni sedang teracung sementara tangan kekar suamiku mencengkeram pergelangannya, sepertinya Bu Sumarni baru saja mau memukulku."Istriku hanya ingin mengambil haknya, Anda jangan halangi, Bu Sum!" Nata memperingatkan.Kalau lah suamiku kurus kerempeng seperti Mas Burhan, mungkin ibu tiriku itu sudah me

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 44

    Ketika Mas Gagah Tiba 44Tangan Bu Sum meraba gagang pintu, baru kulihat raut takut di matanya. Dia berusaha tetap mengendalikan diri dengan mengangkat dagunya tinggi lalu menantang nyalang."Ibu datang ke sini sengaja buat urus bapak. Tapi kalau kamu lancang begini, maka lebih baik ibu pergi saja. Sana urus bapakmu sendiri!""Alasan! Kau memang hanya mau bapakku saat sehat saja. Saat sakit begini tidak mau mengurus. Ke mana saja kamu sampai-sampai baru datang ke sini?""Aku sibuk ngurus bayi Wulan.""Prioritasmu memang hanya Wulan dan dirimu sendiri. Bahkan ketika bapak sedang sekarat begini. Aku dan bapak hanya kau peras demi kebahagiaan kalian berdua.""Cukup, Andini! Semakin lancang saja kamu ... Pak, kamu diam saja lihat dia begini?""Pergi saja, Bu!" sahut bapak tak kalah kecewa."Kami tidak butuh kehadiranmu di sini. Dari dulu juga aku yang mengurus bapak. Yang mencuci pakaiannya, yang bangun malam untuk menyiapkan sarapannya tiap pagi, yang masak dan mengurus segala keperluann

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 43

    Ketika Mas Gagah Tiba 43"Kenapa bapak?!" Aku setengah berteriak. Nada Bu Sumarni di seberang sana terdengar begitu panik, dan jelas membuatku sangat panik juga."Bapak kecelakaan di tol. Ibu tak tahu bagaimana kabarnya."Astagfirullah, lututku rasanya mendadak lemas. Tangan jadi gemetaran. Teringat bagaimana sikap dinginku belakangan ini pada bapak."Gimana keadaan bapak sekarang?""Ibu tidak tahu. Ibu baru dengar kabar."Allahuakbar. Aku mengusap wajah. Hal yang paling aku takutkan terjadi. Bapak mengalami kecelakaan. Tenang, Andini, tenang. Mungkin bapak tidak kenapa-napa.Aku mengendalikan diri dari kepanikan tak jelas ini. Lalu menelepon Nata."Mas, aku dengar bapak kecelakaan," kataku begitu sambungan diterima."Mas juga dengar. Ayo sebaiknya pulang, kita langsung ke sana saja.""Mas tahu lokasinya?""Tahu. Ayo pulang saja. Hati-hati di jalan.""Iya."Aku segera meninggalkan kampus. Pulang ke rumah menjemput suami. Sesampainya di sana, Nata mengambil alih kemudi. Kemudian kami m

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 42

    Ketika Mas Gagah Tiba 42Jam 11 malam, deru motor suamiku baru terdengar. Dari balik gorden, bisa kulihat dia membuka pintu gerbang dengan menggunakan jas hujan. Air dari langit memang tidak berhenti seutuhnya. Kadang menderas, sebentar gerimis, lalu besar lagi.Aku menyambutnya di pintu dengan muka masam.Kesal. Aku menunggunya berjam-jam. Sementara chat dan teleponku diabaikan. Dia pikir aku tidak khawatir apa. Namanya berkendara, semua bisa saja terjadi. Tadinya mau kulaporkan polisi kalau sampai jam 12 malam tak juga pulang."Ke mana aja? Chat-ku gak dibalas. Telpon gak diangkat. Gak mikir apa kalau istri khawatir." Aku langsung menyemprotnya."Ada kerjaan, Sayang." Nata membuka helm dan jas hujannya di teras basah."Sampai gak ada waktu buat ngangkat telpon?""Tanggung. Mas silent hp nya.""Astagfirullah. Aku khawatir tahu. Kalau jam dua belas belum juga pulang, aku mau lapor polisi loh.""Mas gak kenapa-napa. Hanya ada kerjaan saja."Suamiku ini gak semanis tokoh di drama Korea.

DMCA.com Protection Status