Setelah terjadi perdebatan yang panjang, aku mendapatkan bogem dari laki-laki yang sedari tadi selalu bersamanya. Dapat kudengar kalau Rania memanggilnya Zein.Tapi aku merasa nama laki-laki itu tidak asing. Zein, seperti putra Pak Zein Mahendra. Lelaki yang berumur empat puluh tahun dan punya beberapa pabrik besar.Berkali-kali dia memukul area wajah dan perut, untunglah aku berhasil menahan tangannya yang mengepal kuat ketika hendak mendarat di wajahku.Karena ini adalah aset yang tidak bisa kubeli dan setelah sampai ke rumah, aku kehilangan kesadaran."Kenapa seperti ini?" tanya Mas Surya ketika aku baru membuka mata."Aku dipukul oleh laki-laki bernama Zein," jawabku jujur. Tanganku mengepal kuat. Kenapa tadi aku tidak menghajarnya dengan keras? Hilang sudah harga diriku sebagai seorang laki-laki."Zein?" tanyanya mengerutkan kening."Iya, Zein."Aku ingat betul bagaimana ganasnya dia menyerangku. Sayangnya Rania hanya bertindak biasa, bahkan tidak mengkhawatirkan aku sama sekali.
"Apa kau sudah berselingkuh dariku?" tanyaku tajam. Hati ini masih terasa sangat mencintainya. Jadi tentu saja akan terasa berat ketika menerima undangan pernikahan ini.Apalagi selama beberapa bulan ini aku sangat tersiksa ketika dia tiba-tiba menghilangkan. Tidak ada satu pun orang kantor yang tahu. Anehnya Pak Dirga tidak pernah menunjukkan respon ketika ada karyawan yang bertanya tentang Rania.Jadi, apakah sengaja disembunyikan untuk menjadi pengantinnya? Atau bisa saja dia pun terpaksa melakukan ini?Pokoknya aku harus mencari tahu alasan di balik Pak Dirga mau melakukan hal ini. Menurutku Zein adalah kandidat yang lebih pas, tapi seketika berubah menjadi Pak Dirga.Mencurigakan."Selingkuh? Kau terlalu percaya diri, Mas. Mau tidak pantas diselingkuhi!" ucapnya tajam dan mengenai ulu hatiku.Sangat menyakitkan."Ya, kau benar. Aku memang tidak pantas diselingkuhi karena tipe laki-laki setia. Bukankah setia harus dibalas dengan kesetiaan lagi?" tanyaku percaya diri.Padahal selam
"Aku benar-benar tidak menyangka kalau Pak Riko ternyata adalah orang yang seperti itu," cibir para karyawan.Mereka benar-benar tidak menganggapku ada. Padahal aku masih termasuk salah satu atasannya, tapi tetap saja sepertinya tidak mempan."Ya, kupikir dia hanya tidak pandai dalam berpenampilan. Tapi ternyata suka menyiksa seseorang istri juga," cibir yang lainnya.Mendengar perkataan mereka membuatku bisa tahu mana yang selama ini tulus berada di sisiku dan tidak.Rania juga sudah berubah, apa sebaiknya aku mencari perempuan yang baru untuk dipamerkan diwaktu pernikahannya?"Cukup, Rania. Mamaku tidak pantas kau permalukan seperti ini, apapun kesalahannya!" tegasku jengkel.Kenapa Rania yang polos dan penuh rasa hormat itu tiba-tiba berubah menjadi bar-bar begini? Sebelumnya dia selalu melakukan apapun yang Mana perintahkan tanpa syarat."Tindak pantas, ya? Jadi pantasnya seperti apa?" tanyanya tajam.Matanya sungguh penuh dengan kebencian yang selama ini tidak pernah kulihat."Ja
Dari jauh, aku terus-menerus memerhatikan Rania yang kata Mama seperti bawaan bayi. Tapi mana mungkin, soalnya perut Rania terlihat kempes.”Mana ada perut yang kempes ada bayi di dalamnya," bisikku pada Mama. "Bisa saja memang baru beberapa minggu, kan?" ucap Mama mantap.Kali ini aku setuju dengan yang Mama katakan. Benar, bisa saja dia sedang mengandung anakku. Tapi kan kita sudah tidak ada hubungan apapun, karena kita juga sudah beberapa bulan tidak berhubungan.Tapi Mama tidak tahu, dia pikir hubunganku dengan Rania sama seperti rumah tangga orang lain. Padahal tidak.Sebelum Rania pergi, kita memang sudah tidak tidur di satu tempat tidur. Jadi mana mungkin Rania hamil. Ditambah lagi dengan perut yang begitu rata, aku rasa mustahil.Berhubung Pak Dirga masih belum kelihatan, segera aku berjalan cepat ke arah Rania yang duduk sendirian.Sepertinya dia butuh teman."Dilarang melangkah lagi!"Suara bariton Pak Dirga terdengar menggelegar ketika aku hendak melangkah ke arah Rania. H
PoV Rania"Bayi ini sangat mirip dengan Papanya, sungguh bagaikan pinang dibelah dua," ucap Bibi Nesya. Adik dari papanya Mas Dirga yang sudah meninggal. Tentu saja di tahu sejarah aku hamil sampai melahirkan.Jadi dia sengaja menyinggung tentang Mas Riko di depanku.Brakkk ... Mas Dirga membuka pintu dengan keras hingga membuat kita terkejut.Seakan faham kalau Mas Dirga sedang marah, Bibi Nesya pamit keluar. "Suruh dia untuk tutup mulut!" tegasnya sambil tetap menatap Rizky. Bayi mungil yang baru beberapa beberapa minggu aku lahirkan."Aku sudah berusaha sekuat mungkin, Mas. Tapi tetap saja tidak bisa menghentikan mulutnya untuk berkata demikian." Aku hanya bisa menghela napas berat.Bagaimana caranya agar aku bisa membungkam mulut Bibi Nesya agar tidak terdengar orang lain? Karena baik aku ataupun Mas Dirga, sama-sama tidak ingin hal ini terdengar keluar.Rizky tetap anakku, begitu pun Mas Dirga. Dia menganggap anakku adalah anaknya juga. Meskipun aku belum bisa untuk menerimanya
Rasa percayaku kepada Rania seakan runtuh ketika mendengar perkataan Mas Surya. Tapi apa benar bayi itu adalah anakku? Bukan aku tidak mau mengakuinya atau belum siap untuk punya anak, tapi semua ini memang terjadi secara tiba-tiba.Apalagi aku dan Rania sudah lama tidak menjalin hubungan."Aku yakin kalau kau masih ragu. Tapi jika tidak percaya silahkan tanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan," jelas Mas Surya.Dapat kutemukan dari tatapannya ada rasa kecewa. Tentu saja.Bagaimana mungkin dia menerima dengan mudahnya ketik wanita yang dicintainya ternyata sedang mengandung anakku. Eh, maksudnya mempunyai anak denganku.Aku memang orang yang beruntung.Hanya saja hatiku berkata itu semua tidak mungkin. Jadi masih harus melakukan beberapa hal untuk mengetahui siapa ayah anak itu.Termasuk melakukan tes DNA.Sudah kuputuskan, aku akan melakukan tes itu. Tapi tidak sekarang, karena aku tidak mau bertindak gegabah.Karena tidak mungkin mereka tanpa persiapan. Semuanya pasti suda
Awalnya aku benar-benar tidak habis pikir dengan cara Mas Surya membawa orang-orangnya dan akan menghancurkan bangunan dengan alat penghancur.Apalagi ketika ketua itu bicara kalau hanya bisa dihancurkan setelah membuka pola di pintu utama. Karena banyak benda dan kabel yang berbahaya kalau menghancurkan paksa tanpa membuka pola.Aku benar-benar tidak menyangka kalau bangunan ini dibuat dengan benda-benda yang sangat mustahil kalau menurutku. Untuk apa ruangan di rumah ini dipasang barang-barang yang begitu tak lajim dan membahayakan.Toh tidak ada orang lain hanya ada keluarga saja.Mas Surya sempat tertegun ketika harus membuka polanya dulu. Bahkan aku melihat kalau keningnya mengerut.Keterkejutan ini bertambah ketikaMas Surya berhasil membuat pola dan membuat bunyi otomatis keluar.'Pintu sudah berhasil di buka.'Setelah beberapa detik, pintu pun terbuka lebar.Meskipun masih ada sandi, sesuai yang dikatakan oleh orangnya Mas Surya, kalau semuanya sudah aman, dan bisa dihancurkan.
Aku terkejut setengah mati dengan tindakan yang Bu Retno lakukan ini. Embel-embel 'Mama' pun juga hilang. Rasanya hati nurani ini menolak untuk berkata yang baik-baik padanya.Tapi berbeda dengan Mas Surya, dia sangat terlihat tenang. "Kembalikan anakku!" teriak Rania dengan mata yang sembab. Entah dari kapan dia menangis, karena penampilannya saja sudah terlihat berantakan."Aku tunggu keputusannya, terserah Tante pilih yang mana. Tapi seharusnya tahu kan jalan terbaik mana yang harus ditempuh?" tanya Dirga dengan dengan tatapan yang sama tenang dari Mas Surya.Sungguh di luar dugaan, kalau ternyata Pak Dirga adalah kakak sepupu kita."Tidak! Aku tidak akan membiarkan kalian mendapatkan kebahagiaan di atas lukaku!" teriak Bu Retno yang menatap kami satu persatu dengan tatapan tajamnya."Atas dasar apa orang lain mempunyai anak laki-laki, sementara aku hanya punya perempuan?" lanjutnya yang terdengar sangat kecewa."Itu semua adalah takdir, aku pun hanya punya Rania. Bukankah dia wan