Share

Bab 62

Author: Silla Defaline
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Alasan yang sungguh tidak masuk akal, bukankah aku tidak mandul? Mengapa justru mengharapkan kelahiran anak laki-laki dari rahim yang lain, namak sekali jika Yoga memang mrncari alasan yang dibuat-buat saja." batin Lia.

"Jadi kamu menginginkan anak laki-laki?" Lia bertanya masih dengan tanpa menatap Yoga.

Yoga nampak ragu.

"I ... iya, Lia. Sebenarnya selama ini aku nggak enak bilang sama kamu untuk minta punya anak lagi."

Lagi-lagi dalam hati Lia berdecak, "Bagus!"

Mengaku tak enak mengatakan ingin punya anak pada istri sendiri, tapi justru memintanya pada wanita lain. Argumen yang membagongkan.

"Aku mau kamu maklumin hubungan aku sama Riana, Lia. Sebagaimana yang udah aku katakan tadi, aku menjalin hubungan sama dia bukan tanpa alasan. Kamu bisa kan maafin aku? Aku tahu kamu wanita yang baik."

Dalam hati Lia melengos dengan kata-kata dari bibir suaminya. Begitu mudahnya laki-laki tersebut mengkhia
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Desi
lama bnget part lanjutan nya Thor, lagi sibuk masak opor ya buat lebaran.
goodnovel comment avatar
Maryam Abu Bakar
Lanjut thor
goodnovel comment avatar
lisna nareswara
lanjut dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 63

    "Apa, Sayang? Kamu menyetujui niatku untuk menikahi Riana?" Yoga bertanya ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar."Iya, Ma. Aku setuju kamu menikahi Riana." jawab Lia getir.Sebenarnya dalam hati jika Yoga ingin berpikir jernih maka istri mana yang rela cintanya diduakan. Mungkin di dunia ini seribu banding satu wanita yang rela dimadu. Tak dipungkiri begitu juga yang sebenarnya Lia rasakan.Tapi apa daya itulah yang diinginkan oleh Yoga. Rumah tangga yang telah lima tahun terbina harus pupus sudah dengan kehadiran Riana dan keburukan sikap keluarga.Lia menghela nafas panjang, tidak ada yang pantas dipertahankan lagi, tidak ada cinta yang harus ia jaga, dan tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hatinya untuk seorang Yoga. Laki-laki itu telah berpikir jauh dari lubuk hati Lia.Yoga mendekat, kembali kedua tangan Yoga meraih tangan kanan milik Lia. Menggenggam tangan tersebut begitu erat dengan mata yang dibuat-buat nampak berkaca-kaca. Entahlah Lia tak mengerti mengapa

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 64

    Lia kembali memeriksa berkas-berkas penting yang diperlukan untuk mengurus segala sesuatunya.Tak lupa ia kembali memeriksa lembaran kertas yang telah ditandatangani oleh Yoga tempo hari."Dasar pria bd*oh yang terlalu merasa dirinya pintar. Huuuh! kena batunya kamu kali ini!" Lia mengibas-ngibaskan kertas tersebut ke muka lalu kembali memasukkannya ke dalam tas dengan rapi.Setelah itu, Lia mulai bersiap untuk berkemas. Untuk sementara, Lia harus mengurus tokonya terlebih dahulu. Untungnya, semua karyawan disana bisa Lia andalkan. Semua karyawan adalah pekerja keras dan dapat dipercaya. Sehingga Lia merasa sangat terbantu.Dalam situasi seperti ini, Lia sadar bahwa dia harus benar-benar memikirkan apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu, sebab tanpa pemikiran yang matang maka semua bisa ambyar. Dan Lia sama sekali tak ingin hal itu terjadi.Berhubung dengan yoga yang ingin menikahi Riana, Lia tak terlalu memikirkan hal itu lagi. Justru rencana pernikahan itu akan menjadi sebuah b

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 65

    "Sebentar ya, Mas!" Yoga sibuk mencari-cari nama Lia di daftar kontak."Halo, Lia! Kamu sekarang dimana sih?" Yoga bertanya kesal."Saya lagi di tempat kerja, Mas. Kenapa?" jawab Lia tanpa merasa bersalah."Kamu gimana, sih?" ujar Yoga kesal."Lhoo, emangnya ada apa sama aku, Mas?" Lia berpura-pura heran."Kamu pesenin makanan sebanyak ini, tapi kok nggak di bayarin, gimana sih kamu?""Lhaa, tadi kan Mas bilang pesenin ajah, ya aku pesenin dong. Kalo Mas bilang pesennya terlalu banyak, bukankah tadi Mas sendiri udah bilang setuju sama aku. Mas bilang nggak apa-apa pesen sekalian buat ibu sama Melisa juga. Soal bayarannya, aku mah nggak tahu, aku kan cuma pesenin ajah. Aku sana sekali nggak janji buat bayarnya, Mas. Perkara bayar-membayar mah tergantung sama siapa yang makan dong, Mas. Masa mau nyuruh aku yang bayarin?" di ujung sana, Lia menjawab sambil cengar-cengir."Tapi kan kamu tahu sendiri kalo aku lagi gak punya uang sebanyak itu. Lagian tadi kalo aku tahu kayak gini, mending

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 66

    Di sebuah kafe yang telah di sepakati, Lia menemui pengacara Richardo."Pak Richardo, aku sudah menyiapkan semua berkas yang kita butuhkan." ucap Lia. Wanita itu mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam tasnya.Pengacara Richardo belum langsung berbicara. Ia memperhatikan satu persatu berkas yang Lia sodorkan padanya.Kepala Pak Richardo mengangguk-angguk."Bagus. Dengan adanya surat ini, nanti Yoga tak akan bisa menuntut jika rumah kalian terjual pada orang lain. Surat ini akan menjadi penghalang untuj tuntutannya. Kerja bagus, Lia. Good job!" pengacara Richardo mengamati selembar surat pernyataan persetujuan dari Yoga untuk menjual rumah yang bersangkutan. Surat tersebut telah dibubuhkan tanda tangan Yoga sendiri di atas materai. Dengan arti kata surat tersebut telah bisa diandalkan jika sewaktu-waktu Yoga ingin menuntut. Bukankah dia sendiri yang telah membubuhkan tanda-tangannnya di sana? Jadi pria itu tak akan bisa berbuat banyak. "Pak Richardo, aku sungguh minta tolong s

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 67

    "Yoga, hari ini kamu gajian, kan? Mana uangnya? Ibu udah pengen beliin banyak kebutuhan, nih. Apa-apa udah habis semua. Kulkas udah kosong, bahkan Kemarin Ibu udah pinjem sama Bu Lala uang sejumlah lima ratus ribu untuk beli lauk. Karena kamu gajiannya hari ini , maka ibu bilang sana Nu Lala hari ini ibu akan bayarin." Bu Lasmi menghampiri putranya yang baru saja pulang dari kantor.Yang ditanya malah diam termenung. Yoga melepas kemeja yang ia pakai, lalu menaruhnya ke atas sofa. Terlihat laki-laki itu kurang bersemangat. Seperti ada kekalutan yang Yoga simpan."Kok kamu malah diam, Nak? Mana jatah bulanan buat ibu? Ibu pengen ditambah dikit lagiya jumlahnya. Kamu tahu sendiri, kebutuhan bulan ini bertambah. Oh ya sekalian jatah buat Riana juga jangan lupa." ujar Bu Lasmi mendekat.Yoga semakin panik."Bagaimana bisa aku kasih jatah bulanan lebih banyak buat ibu, Bu? Uang gajiku bulan ini ajah cuma cukup buat bayar utang sama teman." ucapan Yoga tak bersemangat. Bu Lasmi berdecak

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 68

    Ucapan Lia mengganggu bagi Yoga."Kenapa Lia malah berkata seperti itu? Apa dia masih nggak bisa menghargai uang pemberianku dulu? Bodohnya aku nanyaain itu sama dia. Orang yang berhati jelek kayak Lia tidak akan pernah berubah. Huuuh! Mungkin dia sesekali masih terbakar api cemburu sama Riana kali ya." pikir Yoga"Gak usah ngomong kayak gitu, Lia! Nggak usah ngeremehin ibu aku. Sebenarnya ibu bukannnya nggak bisa ngatur uang dua juta untuk sebulan kayak yang kamu lakukan selama ini, Lia! Tapi ibu memang harus menggunakan uang itu buat bayarin utang." ujar Yoga berkata kesal."Ya udah kalau gitu, kamu udah tahu kalau uangnya habis buat bayar utang. Buat apalagi kamu nanya ke aku, Mas? Kalo kamu udah tahu penyebabnya adalah hutang, maka ada baiknya kalian kurangi ajah tuh ngutang. Aku nggak tahu kalau ternyata kalian banyak ambil utang. Tapi ya udahlah, itu kan pilihan hidup kalian. Eh maaf ya, Mas. Kalau ucapanku agak kurang berkenan." Lia merendahkan kembali nada suaranya di penghuju

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 69

    "Aku akan cari tahu sendiri siapa yang punya toko ini. Aku gak perlu sama bantuan kamu! Memangnya kamu mau apa? Bosmu nggak akan mau bicara akrab sama kampungan kayak kamu! Huuh! Mungkin saja pemilik toko ini masih kenal sama Yoga, putraku. Soalnya putraku rata-rata punya kenalan orang kaya." ucap Bu Lasmi percaya diri.Lia mengeleng-gelengkan kepala. Kebanggaan Bu Lasmi akan putranya terlalu melambung tinggi.Sampai-sampai membuat wanita paruh baya itu punya rasa kepercayaan diri yang terlalu memaksa.Lia ingin tertawa sebenarnya. Tapi ia menahan agar tawa itu tidak pecah."Ya, aku juga yakin sekali kalo Yoga mengenali siapa si empunya toko ini, Bu! Dan saya yakin betul kalian berdua memang mengenali si pemilik toko ini dengan baik." ujar Lia tersenyum tipis."Ya tentu saja! Aku yakin kamu bisa menebaknya, Lia. Karena kamu juga tahu sendiri Kalau kami kenal banyak sama orang-orang kaya di daerah sini." Bu Lasmi kembali menyombongkan diri."Awas aja nanti kalau kamu akan dipecat den

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 70

    Lia mengayunkan kaki turun dari sepeda motornya. Turun dari sepeda motor, Lia disambut oleh sebuah pemandangan yang cukup membuatnya mengernyitkan dahi. Bagaimana tidak, di teras rumah seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan Lia dengan berkacak pinggang. Siapa lagi wanita paruh baya itu, kalau bukan Bu Lasmi.Tapi perhatian Lia bukan hanya tertuju pada Bu Lasmi yang tengah menatap sinis, melainkan kepada seonggok tas-tas barang yang bertumpuk-tumpuk di pojok teras. "Lia! Ini pakaian-pakaianmu dan juga pakaian anakmu! Sudah kuberesin semuanya dan bahkan sudah kubantu buat bawain semua pakaian kalian keluar!" ucap Bu Lasmi menunjuk ke arah onggokan-onggokan tas-tas di sampingnya."Jadi, ini dalam tas pakaianku dan Chika? Begitu?" Lia bertanya tak percaya."Benar sekali! Ini semua adalah pakaian kamu dan juga anakmu!" sahut Bu Lasmi tegas dan arrogant.Lia menarik nafas dalam-dalam."Kalian benar-benar mengusirku dan Chika?""Ya, kami mengusir kalian! Lebih tepatnya aku yang

Latest chapter

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 153 Akhir

    Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama hidup dalam jeruji besi, Bu Lasmi dan Yoga keluar dalam keadaan menanggung kemiskinan.keadaan jauh lebih sulit. Tak ada rumah untuk Bernaung dan tak ada tempat untuk pekerjaan.Sedangkan Melissa, sekarang anak itu harus meringkuk di sudut ruangan sempit di pojok ruang kontrakan. Tak ada lagi yang bisa di harapkan dari gadis itu. Penyakit HIV yang menyerangnya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Penyakit yang menggerogoti Melissa juga membuat orang-orang menjauh dari mereka. Mereka di kucilkan.Sementara Bu Lasmi yang juga sudah menua dan tulang punggung yang membungkuk juga tak bisa melakukan apa-apa. Keadaan yang benar-benar menyedihkan. Seiring usia tua yang menyongsong hidupnya, telinga Bu Lasmi tak bisa lagi berfungsi dengan baik, begitupun dengan indera penglihatan yang ia miliki. Wanita yang dulu selalu mau menang sendiri tersebut harus menerima takdirnya sebagai wanita tua yang tuli dan hampir buta.Akhirnya dengan segala perti

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 152

    Sementara itu, di sebuah gedung yang cukup mewah, sebuah pesta pernikahan di adakan. Dengan dekorasi yang menawan dan elegan, pesta perayaan itu terlihat begitu megah.Di deretan parkir, deretan mobil mewah berjejer, menunjukkan bahwa sebagian besar tamu yang hadir di sana bukanlah orang biasa.Benar-benar luar biasa.Yoga yang kebetulan baru saja datang ke kota Jakarta dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan lebih baik, untuk pertama kalinya harus puas dengan menyandang tugas sebagai satpam di acara pernikahan tersebut."Mewah banget acara pernikahannya ya." celetuk teman Yoga."Iya bener, baru sekali ini sih aku melihat pesta pernikahan semewah ini. Wajar kalau bayaran kita gede. Ternyata sesuai sih sama kemewahan pestanya." Yoga menimpali."Ya iyalah, mereka bayarin kita gede. Toh kedua mempelainya memang berasal dari keluarga kaya semua, kok. Masa keluarga konglomerat bayarin kita kecil. Tuh liat tamu-tamu mereka! Rata-rata pakai mobil bagus kan. Tamu-tamu Mereka emang orang pen

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 151

    Lia memegang kepalanya. Lia merasakan kepalanya sedikit pusing. Terasa kurang nyaman. Akhirnya, dengan menggunakan sepeda motornya, Lia memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, Lia merasakan pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi. “Aduuh! sepertinya aku harus berhenti dulu.” Lia meminggirkan sepeda motornya.Lia memegang kepalanya. Lia bisa merasakan keningnya panas.“Ada apa denganku? Mengapa tubuhku seperti ini?”“Seharusnya aku harus sampai di rumah lebih cepat.” batin Lia.Lia mencoba menstarter kembali sepeda motornya. Namun kepalanya terasa tak bisa diajakdi ajak bekerja sama. Pusingnya malah bertambah-tambah.Dengan kepala yang terasa berputar-putar, Lia meraih ponsel, dan mencoba menghubungi seseorang yang bisa ia hubungi.Dengan pemandangan kabur, Lia menghubungi seseorang di ponselnya.“Halo, Ma. Tolong jemput aku sekarang didepan Keiza Butik, Ma. kepalaku pusing. Aku … aku…” suara Lia terputus. “Bruukh!Wanita itu ambruk.***Samar-samar Lia membuka matanya. ha

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 150

    Riana tak tahu lagi apa yang telah terjadi. Tubuhnya lemas, batinnya menangis. Semua terasa bagaikan mimpi."Kamu menipuku, Doni!" hardik Riana tiba-tiba merasa jijik dengan pria paruh baya berkepala botak di hadapannya."Maafkan aku Riana. Tapi aku sudah berusaha benar untuk bikin kamu bahagia.""Kalau kamu memang berniat untuk membuat aku bahagia, masalah kayak gini nggak akan pernah terjadi, Doni!" hardik Riana kembali."Kamu benar-benar udah bikin aku kecewa, Doni! Kurang ajar banget!" sembari terisak, Riana melangkah pergi tanpa bisa Doni mencegahnya."Setelah anak ini lahir, kamu harus bertanggung jawab dengan anak dalam perutku Ini Doni!" ucap Riana sebelum benar-benar pergi."Iya Riana. Aku janji aku akan bertanggung jawab! Tapi please tetaplah bersamaku!" "Tidak! Aku akan datang padamu ketika anak ini nanti sudah lahir dan menyerahkannya sama mu!"***Beberapa bulan berlalu, Riana membawa bayinya menuju ke sebuah rumah di mana Doni tinggal. Riana mengetahuinya setelah diberi

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 149

    "Apa ini Nayla? Apa maksudmu?" Doni bangkit dari duduknya."Kurasa aku tak perlu menjelaskan untuk kedua kalinya sama kamu, Doni! Aku yakin barusan kamu sudah mendengar apa yang aku katakan Doni!" Nayla menyeringai."Tidak! Tidak, Nayla! Kau tidak sungguh-sungguh memecatku sekarang, kan? Kamu tidak bisa melakukan ini Nayla?""Kenapa tidak bisa?" Nayla bertanya balik.Terlihat muka Doni merah padam, tangannya mengepal dan giginya gemerutuk.Sedangkan Riana, masih kebingungan dan tidak mengerti apa maksud Nayla. Ia tidak percaya."Nayla, kau tidak berhak untuk memecat suamiku dari pekerjaannya! Jelas-jelas suamiku adalah seorang manajer disini. Dia punya kekuasaan yang tinggi. Dan dia punya kekuatan yang besar di sini. Lalu apa hakmu melemparkan surat pemecatan begitu saja? Siapa yang menyuruhmu? Sedangkan kamu hanya seorang ibu rumah tangga! Tahu apa kamu soal perusahaan? Ha ... haa..! Kau pikir kau akan mudah untuk memecat suamiku dari sini? Hanya karena kau mendendam sebab suamimu te

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 148

    Dengan nafas ngos-ngosan, Riana melempar tasnya ke atas ranjang. Pertemuannya dengan Nayla sama sekali tak memuaskan hati."Wanita aneh, didatangi sama selingkuhan suaminya malah anteng aja! Lihat aja kamu Nayla, beneran akan ku bujuk Mas Doni untuk cepat-cepat cerein kamu! Biar tahu rasa kamu nggak bisa apa-apa setelah kehilangan Mas Doni yang selama ini memanjakan ekonomi kamu!" janji Riana dalam hati.***"Mas, mapan Mas akan menceraikan Nayla? Aku udah nggak betah lagi sama dia Mas!" Riana berbicara dengan nada.Mendengar pertanyaan itu, tidak seperti biasa, Doni yang biasanya selalu murung jika ditanya soal perceraiannya dengan Nayla, tapi kali ini Doni terlihat sumringah seperti ada kabar baik yang ia bawa. "Kenapa Mas justru terlihat senang? Nggak kayak biasanya?" Riana heran."Sini dulu, Sayang! kebetulan banget Mas pengen bicara soal ini sama kamu."Keduanya berjalan menuju balkon."Mas bawa kabar apa? Kayaknya beneran emang ada yang istimewa nih." "Sangat istimewa, Sayang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 147

    "Kamu bilang gitu karena kamu sedang berusaha kuat di hadapanku, kan?" Riana mencibir."Apakah jika kamu berada di losisiku kamu akan melakukan hal seperti itu, Riana? Kalau begitu, mentalmu tidak cukup kuat. Sudahlah, sekarang tidak ada lagi yang perlu kita bahas, ada baiknya kamu pulang!"Riana merasa terusir."Aku nggak nyangka ya, ternyata kamu ini orangnya cukup sombong, Nayla. Wajar kalau suamimu nggak betah hidup sama kamu dan memutuskan buat mencari istri yang kedua." sinis Riana."Riana, kamu boleh aja membuat berkesimpulan apapun yang kamu suka terhadapku sekarang. Taoi, yang pasti Doni bukannya nggak betah sama aku. Tapi memang kalian berdua yang mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu, emang kulihat kalian berdua cocok untuk menyatu. Dan nanti sekalian akan kubantu untuk menyatukan kalian sepenuhnya. Bagaimana? apa kau puas sekarang?" Nayla menyeringai tajam."Nayla, kalau cuma sekedar untuk menyatu dengan Mas Doni, kurasa aku nggak perlu bantuan dari kamu! Aku bisa saj

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 146

    "Kulihat kamu agak kaget dengan ucapanku, ada apa?" Nayla bertanya.Riana mendekat dan duduk di kursi tepat di hadapan Nayla."Apa kamu udah kenal sama aku sebelumnya?" tanya Riana."Bagaimana menurut kamu? Apakah aku nampak kenal sama kamu atau enggak?""Kudengar tadi kamu menyebut namaku? Tahu namaku dari mana?" Riana melanjutkan pertanyaannya.Terlihat Nayla tersenyum."Kalau aku tahu sama nama kamu lalu apa salahnya?""Hmm..." Riana mulai berfirasat tak baik."Lalu tadi kudengar juga Kamu nyebut aku sebagai Nyonya Doni. Apa maksudmu?""Ohoo, kamu bertanya soal itu rupanya. Apa kamu nggak ngerasa sebagai Nyonya Doni?"Riana kesal. Bukannya menjawab, malah Nayla selalu saja melontarkan pertanyaan balik.Riana mulai serba salah untuk menjawab pertanyaan tersebut."Sudahlah Riana! kamu nggak usah pusing memikirkan pertanyaanku. Kamu tenang saja, tak perlu takut, setelah ini kau akan bergelar Nyonya Doni secara seutuhnya! Bukankah itu yang kamu mau?"Huuufth!Terasa badan Riana panas d

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 145

    Dengan langkah percaya diri, Riana berjalan ke sebuah rumah yang cukup megah dan mewah.Perutnya yang membesar tidak menyusutkan rasa percaya diri yang ia miliki. Justru ia merasa patut merasa bangga dengan janin yang ada di rahimnya saat ini.Sejenak Riana mematung, mengagumi rumah di hadapannnya, namun keberadaan seorang satpam yang berjaga bergerak membukakan pintu, membuat Riana tersadar ia harus menjaga sikap untuk tidak boleh terlihat senorak itu."Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu? Mbak ingin bertemu dengan siapa?""Pak Satpam, Saya ingin bertemu dengan mbak Nayla." jawab Riana."Oh, rupanya Mbak adalah tamunya nyonya besar di rumah ini, ya?"Riana menyeringai sinis mendengar satpam tersebut menyebut Nayla sebagai nyonya besar."Iya, Pak. Saya tamu spesialnya Nayla, istrinya Mas Doni. Benar, kan?"Satpam mengangguk."Baiklah Mbak, kebetulan Nyonya Nayla baru saja pulang dari perusahaan. Biar kuberitahu beliau terlebih dahulu!" jawab sang satpam berlalu setelah sebelumnya ter

DMCA.com Protection Status