Share

Bab 45

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Yoga menatap buku kecil yang diserahkan oleh Lia padanya.

"Aku tak butuh buku itu, Lia!" ucap Yoga.

"Aku sudah bosan menjelaskan sama kamu soal duit dus juta yang kamu kasih setiap bulan. Kamu pikir duit dua juta itu cukup untuk semua kebutuhan? Berulang kali aku jelasin sama kamu tapi kamu kagak ngerti juga. Oleh karena itu, sekarang aku udah males ngomong buat jelasin duitmu yang seuprit. Biar buku itu aja yang jelasin sama kamu, dapat apa sih duit kamu yang dua juta itu? Kalo perlu, sekarang lebih baik kamu gantian kasih ibu kamu dua juta sebulan, terus suruh dia atur semua kebutuhan kalian dalam sebulan. Kamu bisa lihat nantinya duit itu cukup atau enggak."

Tanpa menunggu jawaban dari Yoga, usai berkata Lia langsung bergegas meninggalkan rumah dengan mengendarai sepeda motornya.

Yoga kembali dibuat kesal dengan tingkah sang istri. Ia melirik jam tangan.

"Haduuh!"

Jam sudah menunjukkan hampir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 46

    Sibuk mengotak-atik isi lemari, bell depan rumah berbunyi. "Siapa itu? Coba aku lihat? Jangan-jangan Mbak Lia!" Melisa melangkah ke depan. Dilihatnya Riana datang tergopoh-gopoh. Melisa beryukur ternyata bukan Lia yang datang. "Udah pulang, Mbak?" Riana menggangguk. Wajah itu terlihat berbeda. Bu Lasmi prihatin melihat air muka Riana yang terlihat lesu dan tak bersemangat. "Duduk dulu, Nak. Biar Ibu ambilkan air putih dulu, ya. Kayaknya kamu sedang ada masalah nih. Lesu banget. Nanti cerita sana ibu, ya!" Bu Lasmi menghentikan aktivitasnya bersama Melisa. Tangan yang mulai keriput meraih tangan Riana lalu membimbing Gadis itu untuk duduk. Riana menurut.Sebelumnya, Bu Lasmi mengisyaratkan Melisa untuk segera menghentikan usaha pencarian mereka terlebih dahulu. Bu Lasmi melangkah ke dapur dan kembali dengan segelas air putih di tangan. Riana meneri

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 47

    Menjelang sore, semua pekerjaan rumah selesai. Riana memutuskan untuk istirahat barang sejenak. Riana mengelap sisa-sisa peluh yang bercucuran di dahi. Tenaganya benar-benar terkuras dengan seabrek pekerjaan rumah. "Riana, kamu nggak usah terlalu memaksakan diri untuk beres-beres di rumah ini, Nak. Ibu nggak pernah maksain kamu, kok. Ibu juga nggak mau kalo nanti ujung-ujungnya kamu malah sakit." ujar Bu Lasmi menghampiri "Nggak apa-apa, Bu. Anggap aja ini sedikit dari bakti aku sama ibu dan juga sama Mas Yoga." Riana berucap berdalih. Bu Lasmi menghirup nafas dalam-dalam, rajinnya Riana hari ini begitu membuat Bu Lasmi terkesan. "Masyaallah, kamu beneran calon istri yang oantes buat Yoga, Nak. Ibu yalin Yoga pasti makin cinta sama kamu. Tapi kamu nggak boleh terlalu capek juga." "Nggak apa-apa, Bu." Riana kembali tersenyum. "Hmm... Baiklah kalo gitu, Sayang. Sekarang sebaiknya kamu istirahat dulu, bia

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 48

    "Apa kamu bilang? Apa aku nggak salah dengar? Jangan sesekali kamu katakan kalau Riana pantes nust dijadiin pembantu!" mendadak raut muka Bu Lasmi marah besar. "Hahaha...! Kagak usah marah-marah dong, Bu! Kadihan nanti wajah ibu makin keriput, tambah cepet tua! Masa cuma gara-gata aku bilang Riana cocok jadi pembantu aja Ibu udah marah-marah. Emangnya kalau Riana jadi pembantu, apa Ibu merasa rugi? Nggak, kan? Kok ibu yang malah kelihatan sewot banget. Nggak usah terlalu kebawa perasaan, Bu!" "Siapa yang kebawa perasaan? Aku cuma enggak rela kalo kamu sebut-sebut Riana seperti ngatain asisten, Riana mah orangnya lebih berkelas daripada kamu, lebih berpendidikan, anak kuliahan, berasal dari keluarga terhormat, dan yang pastinya dia tahu gimana caranya menjadi wanita yang baik dan bisa dibanggain oleh mertua. Kalo kamu mah nggak ada yang bisa dibanggain. Beda jauh sama Riana. Ibarat langit dan bumi!" sanjungan demi sanjungan tak bosan-bosannya Bu

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 49

    Jleb! Riana langsung tersedak. Bagaimana tidak, Lia mengatakan hal seperti itu dengan aman ringan. Mana diucapkan di depan Bu Lasmi dan Yoga lagi. Nampak sekali jika tidak ada keraguan sedikitpun pada ekspresi Lia ketika berkata demikian. Bagi Riana, itu tindakan yang amat berani. Dalam hati Riana sangat berharap Yoga akan menampar Lia di hadapannya. Tetapi tetnyata tidak. Yoga tidak melakukan itu. "Apa Lia benar-benar sudah tidak ada rasa takut kepada Yoga? Apa dia tidak takut Yoga akan menceraikannya karena bicara sembarangan? Atau, atau Yoga yang justru takut sama Lia? Kenapa Yoga gak namparin ajah tuh muka istrinya yang kampungan ini?" batin Riana bertanya-tanya. Namun dibalik rasa tidak enak dan rasa kecewa pada sikap Yoga yang dianggapnya kurang tegas, masih ada sedikit rasa syukur di hati Riana. Sebab dengan Lia berkata sembarangan seperti itu, Riana berharap Yoga akan semakin memupuk rasa benci terhadap istrinya tersebut. Dengan menumpukny

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 50

    "Bagaimana ini, Bu? Apa yang harus kita lakukan? Apa lebih baik aku telpon ajah Mbak Lianya sekarang? Biar kita tanya langsung tuh orang!" Melisa berkata dengan binar mata yang terlihat khawatir. "Jangan dulu, Mel. Lebih baik kita telpon ajah kakakmu terlebih dahulu. Kalo kita buru-buru nelpon Lia, mana mungkin wanita g*la itu mau ngaku. Palingan juga ngeles kalo dia bener-bener bawa tuh surat menyurat. Mana ada maling yang mau ngaku." ujar Bu Lasmi. Pikirannya memang gercep kalau mrngingat hal-hal seperti itu. Melisa mengangguk-angguk. Ia mengelus dagu. "Ibu bener jugak sih." "Okey, kalo gitu aku telpon Kak Yoga dulu." Melisa merogoh saku depan. Sebuah benda pipih sekarang telah berada di genggaman. Sejenak Melisa sibuk mencari nomor ponselnya. "Halo, Kak?" "Ya, ada apa, Mel? Tumben nelpon? Kan kakak sedang kerja nih. Ntar nisa dimarah sana atasan, lho

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 51

    "Naaah, kayak gini Bu, cara ngebukain brankasnya." Yoga tersenyum lebar.Yoga puas, ternyata membuka brankas itu tak sesulit seperti yang ia coba beberapa hari belakangan. Ia mencoba berpikir positif, mungkin saja kemarin ia salah tekhniknya, seperti yang Lua ucapkan."Ooooh, gitu toh cara ngebukainnnya." mata Bu Lasmi berbinar."Pantesan." sela Melisa."Kamu pinter banget, Nak. Kalo kamu nyimpennya di sini, sudah pasti Lia nggak bakalan tahu." Bu Lasmi tertawa."Iya dong, Bu. Lia sih mana tahu soal brankas. Dia kampungan. Jangankan brankas, kode ponselku ajah dia nggak tahu." Yoga berkata membusungkan dada."Keluarin isinya sini? Mana surat sertifikat rumah kalian. Itu yang pertama yang harus segera kita amankan!" Bu Lasmi segera mengeluarkan perintah."Aman, Bu!" Yoga mengeluarkan satu persatu lembaran-lembaran dari dalam brankas."Ini, Bu!"Bu Lasmi begitu sumringah melihat apa yang dari tadi mereka cari sekarang suda

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 52

    "Yaaah, gimana dong?" Bu Lasmi mengeluh. Tiga orang itu terdiam untuk sesaat. Bu Lasmi maupun Melisa merasa agak takut dengan cerita Yoga barusan. Terus terang saja keduanya sangat tidak rela apabila Yoga sampai kehilangan pekerjaan. "Eh, Bu. Apa ibu pikir wanita seperti Lia akan berani berbuat macam-macam? Begini Bu, kita udah liat selama ini kalau Lia bukan wanita pintar. Dia kan nggak tahu apa-apa alias b*doh. Nah dia gak akan berbuat banyak kok, meski misalnan kalo Kak Yoga nikahin Riana sekalipun. Lagi pula, emang dia punya uang buat bisa berbuat lebih? Untuk hidup sehari-harinya saja ia kekurangan. Apalagi Kak Yoga udah stop kasih dia uang." ujar Melisa.Pikiran yang begitu dangkal. Pikiran keluarga itu memang telah terlanjur memandang rendah Lia. Bu Lasmi memikirkan sesuatu. "Ucapaan kamu ada benernya juga. Coba liat selama ini, Lia kan udah sering tuh ngeliat Yoga sama Riana deket-deketan, tapi kayaknya dia

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 53

    Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah bernuansa pink lembut. Rumah yang telah mengukir banyak kenangan Lia selama masa kuliah. Rumah itu juga yang menjadi saksi bisu pernikahan antara Lia dan laki-laki yang sekarang menjadi suaminya. Seulas senyum terukir di sudut bibir Lia tatkala dilihatnya seorang wanita yang tak lagi muda namun tak kalah elegan jika dibanding dengan diri Lia sendiri. Pakaian wanita paruh baya itu terlihat simple namun tidak norak, akan tetapi terkesan elegan, menampakkkan ia bukan wanita biasa. Membuat Lia terkadang minder sendiri ketika bertemu dengan beliau. Siapa lagi orang itu jikalau bukan Bu Aleena, ibunda Lia yang masih terlihat cantik dan modis meski di usia yang sudah menjelang senja. Wanita paruh baya tersebut tak kalah menyumbangkan senyum manis melihat dua orang yang ditunggu-tunggu telah tiba di depan mata."Hai, Sayang. Dah nyampe, udah lama banget nggak ketemu. Sini, sini cucu oma! Mama udah kangen

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 153 Akhir

    Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama hidup dalam jeruji besi, Bu Lasmi dan Yoga keluar dalam keadaan menanggung kemiskinan.keadaan jauh lebih sulit. Tak ada rumah untuk Bernaung dan tak ada tempat untuk pekerjaan.Sedangkan Melissa, sekarang anak itu harus meringkuk di sudut ruangan sempit di pojok ruang kontrakan. Tak ada lagi yang bisa di harapkan dari gadis itu. Penyakit HIV yang menyerangnya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Penyakit yang menggerogoti Melissa juga membuat orang-orang menjauh dari mereka. Mereka di kucilkan.Sementara Bu Lasmi yang juga sudah menua dan tulang punggung yang membungkuk juga tak bisa melakukan apa-apa. Keadaan yang benar-benar menyedihkan. Seiring usia tua yang menyongsong hidupnya, telinga Bu Lasmi tak bisa lagi berfungsi dengan baik, begitupun dengan indera penglihatan yang ia miliki. Wanita yang dulu selalu mau menang sendiri tersebut harus menerima takdirnya sebagai wanita tua yang tuli dan hampir buta.Akhirnya dengan segala perti

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 152

    Sementara itu, di sebuah gedung yang cukup mewah, sebuah pesta pernikahan di adakan. Dengan dekorasi yang menawan dan elegan, pesta perayaan itu terlihat begitu megah.Di deretan parkir, deretan mobil mewah berjejer, menunjukkan bahwa sebagian besar tamu yang hadir di sana bukanlah orang biasa.Benar-benar luar biasa.Yoga yang kebetulan baru saja datang ke kota Jakarta dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan lebih baik, untuk pertama kalinya harus puas dengan menyandang tugas sebagai satpam di acara pernikahan tersebut."Mewah banget acara pernikahannya ya." celetuk teman Yoga."Iya bener, baru sekali ini sih aku melihat pesta pernikahan semewah ini. Wajar kalau bayaran kita gede. Ternyata sesuai sih sama kemewahan pestanya." Yoga menimpali."Ya iyalah, mereka bayarin kita gede. Toh kedua mempelainya memang berasal dari keluarga kaya semua, kok. Masa keluarga konglomerat bayarin kita kecil. Tuh liat tamu-tamu mereka! Rata-rata pakai mobil bagus kan. Tamu-tamu Mereka emang orang pen

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 151

    Lia memegang kepalanya. Lia merasakan kepalanya sedikit pusing. Terasa kurang nyaman. Akhirnya, dengan menggunakan sepeda motornya, Lia memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, Lia merasakan pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi. “Aduuh! sepertinya aku harus berhenti dulu.” Lia meminggirkan sepeda motornya.Lia memegang kepalanya. Lia bisa merasakan keningnya panas.“Ada apa denganku? Mengapa tubuhku seperti ini?”“Seharusnya aku harus sampai di rumah lebih cepat.” batin Lia.Lia mencoba menstarter kembali sepeda motornya. Namun kepalanya terasa tak bisa diajakdi ajak bekerja sama. Pusingnya malah bertambah-tambah.Dengan kepala yang terasa berputar-putar, Lia meraih ponsel, dan mencoba menghubungi seseorang yang bisa ia hubungi.Dengan pemandangan kabur, Lia menghubungi seseorang di ponselnya.“Halo, Ma. Tolong jemput aku sekarang didepan Keiza Butik, Ma. kepalaku pusing. Aku … aku…” suara Lia terputus. “Bruukh!Wanita itu ambruk.***Samar-samar Lia membuka matanya. ha

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 150

    Riana tak tahu lagi apa yang telah terjadi. Tubuhnya lemas, batinnya menangis. Semua terasa bagaikan mimpi."Kamu menipuku, Doni!" hardik Riana tiba-tiba merasa jijik dengan pria paruh baya berkepala botak di hadapannya."Maafkan aku Riana. Tapi aku sudah berusaha benar untuk bikin kamu bahagia.""Kalau kamu memang berniat untuk membuat aku bahagia, masalah kayak gini nggak akan pernah terjadi, Doni!" hardik Riana kembali."Kamu benar-benar udah bikin aku kecewa, Doni! Kurang ajar banget!" sembari terisak, Riana melangkah pergi tanpa bisa Doni mencegahnya."Setelah anak ini lahir, kamu harus bertanggung jawab dengan anak dalam perutku Ini Doni!" ucap Riana sebelum benar-benar pergi."Iya Riana. Aku janji aku akan bertanggung jawab! Tapi please tetaplah bersamaku!" "Tidak! Aku akan datang padamu ketika anak ini nanti sudah lahir dan menyerahkannya sama mu!"***Beberapa bulan berlalu, Riana membawa bayinya menuju ke sebuah rumah di mana Doni tinggal. Riana mengetahuinya setelah diberi

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 149

    "Apa ini Nayla? Apa maksudmu?" Doni bangkit dari duduknya."Kurasa aku tak perlu menjelaskan untuk kedua kalinya sama kamu, Doni! Aku yakin barusan kamu sudah mendengar apa yang aku katakan Doni!" Nayla menyeringai."Tidak! Tidak, Nayla! Kau tidak sungguh-sungguh memecatku sekarang, kan? Kamu tidak bisa melakukan ini Nayla?""Kenapa tidak bisa?" Nayla bertanya balik.Terlihat muka Doni merah padam, tangannya mengepal dan giginya gemerutuk.Sedangkan Riana, masih kebingungan dan tidak mengerti apa maksud Nayla. Ia tidak percaya."Nayla, kau tidak berhak untuk memecat suamiku dari pekerjaannya! Jelas-jelas suamiku adalah seorang manajer disini. Dia punya kekuasaan yang tinggi. Dan dia punya kekuatan yang besar di sini. Lalu apa hakmu melemparkan surat pemecatan begitu saja? Siapa yang menyuruhmu? Sedangkan kamu hanya seorang ibu rumah tangga! Tahu apa kamu soal perusahaan? Ha ... haa..! Kau pikir kau akan mudah untuk memecat suamiku dari sini? Hanya karena kau mendendam sebab suamimu te

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 148

    Dengan nafas ngos-ngosan, Riana melempar tasnya ke atas ranjang. Pertemuannya dengan Nayla sama sekali tak memuaskan hati."Wanita aneh, didatangi sama selingkuhan suaminya malah anteng aja! Lihat aja kamu Nayla, beneran akan ku bujuk Mas Doni untuk cepat-cepat cerein kamu! Biar tahu rasa kamu nggak bisa apa-apa setelah kehilangan Mas Doni yang selama ini memanjakan ekonomi kamu!" janji Riana dalam hati.***"Mas, mapan Mas akan menceraikan Nayla? Aku udah nggak betah lagi sama dia Mas!" Riana berbicara dengan nada.Mendengar pertanyaan itu, tidak seperti biasa, Doni yang biasanya selalu murung jika ditanya soal perceraiannya dengan Nayla, tapi kali ini Doni terlihat sumringah seperti ada kabar baik yang ia bawa. "Kenapa Mas justru terlihat senang? Nggak kayak biasanya?" Riana heran."Sini dulu, Sayang! kebetulan banget Mas pengen bicara soal ini sama kamu."Keduanya berjalan menuju balkon."Mas bawa kabar apa? Kayaknya beneran emang ada yang istimewa nih." "Sangat istimewa, Sayang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 147

    "Kamu bilang gitu karena kamu sedang berusaha kuat di hadapanku, kan?" Riana mencibir."Apakah jika kamu berada di losisiku kamu akan melakukan hal seperti itu, Riana? Kalau begitu, mentalmu tidak cukup kuat. Sudahlah, sekarang tidak ada lagi yang perlu kita bahas, ada baiknya kamu pulang!"Riana merasa terusir."Aku nggak nyangka ya, ternyata kamu ini orangnya cukup sombong, Nayla. Wajar kalau suamimu nggak betah hidup sama kamu dan memutuskan buat mencari istri yang kedua." sinis Riana."Riana, kamu boleh aja membuat berkesimpulan apapun yang kamu suka terhadapku sekarang. Taoi, yang pasti Doni bukannya nggak betah sama aku. Tapi memang kalian berdua yang mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu, emang kulihat kalian berdua cocok untuk menyatu. Dan nanti sekalian akan kubantu untuk menyatukan kalian sepenuhnya. Bagaimana? apa kau puas sekarang?" Nayla menyeringai tajam."Nayla, kalau cuma sekedar untuk menyatu dengan Mas Doni, kurasa aku nggak perlu bantuan dari kamu! Aku bisa saj

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 146

    "Kulihat kamu agak kaget dengan ucapanku, ada apa?" Nayla bertanya.Riana mendekat dan duduk di kursi tepat di hadapan Nayla."Apa kamu udah kenal sama aku sebelumnya?" tanya Riana."Bagaimana menurut kamu? Apakah aku nampak kenal sama kamu atau enggak?""Kudengar tadi kamu menyebut namaku? Tahu namaku dari mana?" Riana melanjutkan pertanyaannya.Terlihat Nayla tersenyum."Kalau aku tahu sama nama kamu lalu apa salahnya?""Hmm..." Riana mulai berfirasat tak baik."Lalu tadi kudengar juga Kamu nyebut aku sebagai Nyonya Doni. Apa maksudmu?""Ohoo, kamu bertanya soal itu rupanya. Apa kamu nggak ngerasa sebagai Nyonya Doni?"Riana kesal. Bukannya menjawab, malah Nayla selalu saja melontarkan pertanyaan balik.Riana mulai serba salah untuk menjawab pertanyaan tersebut."Sudahlah Riana! kamu nggak usah pusing memikirkan pertanyaanku. Kamu tenang saja, tak perlu takut, setelah ini kau akan bergelar Nyonya Doni secara seutuhnya! Bukankah itu yang kamu mau?"Huuufth!Terasa badan Riana panas d

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 145

    Dengan langkah percaya diri, Riana berjalan ke sebuah rumah yang cukup megah dan mewah.Perutnya yang membesar tidak menyusutkan rasa percaya diri yang ia miliki. Justru ia merasa patut merasa bangga dengan janin yang ada di rahimnya saat ini.Sejenak Riana mematung, mengagumi rumah di hadapannnya, namun keberadaan seorang satpam yang berjaga bergerak membukakan pintu, membuat Riana tersadar ia harus menjaga sikap untuk tidak boleh terlihat senorak itu."Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu? Mbak ingin bertemu dengan siapa?""Pak Satpam, Saya ingin bertemu dengan mbak Nayla." jawab Riana."Oh, rupanya Mbak adalah tamunya nyonya besar di rumah ini, ya?"Riana menyeringai sinis mendengar satpam tersebut menyebut Nayla sebagai nyonya besar."Iya, Pak. Saya tamu spesialnya Nayla, istrinya Mas Doni. Benar, kan?"Satpam mengangguk."Baiklah Mbak, kebetulan Nyonya Nayla baru saja pulang dari perusahaan. Biar kuberitahu beliau terlebih dahulu!" jawab sang satpam berlalu setelah sebelumnya ter

DMCA.com Protection Status