Share

Bab 136

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Serta merta Yoga mengubah haluan mobil. 

Yoga sudah tak sabar untuk menggebrak.

     

"Melisa  ...!" Yoga berteriak memanggil adiknya yang tengah berjalan bersama pria tua di sampingnya.

     

"Melisaaaa  ...!" kali ini teriakan Yoga semakin keras.

     

Sontak teriakan Yoga membuat Melisa menoleh.

     

Sejenak terlihat Melisa mematung. Mata gadis itu seperti tidak percaya.

     

Yoga semakin cepat berjalan setengah berlari mendekati sang adik.

     

"Melisa! Apa yang kamu lakukan di sini, Mel? Ini hari udah malam! Katanya kamu kerja di..." ucapan Yoga terhenti. Yoga menarik tangan Melisa. 

    

"Hei! Apa-apaan kamu, nggak usah narik Meluaa kayak gini?" lelaki yang bersama Melisa mencegah aksi Yoga.

"Sayang, siapa dia ini?" laki-laki paruh baya yang berada di sam

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 137

    "Aku dan ibu nggak butuh uang dari kamu kalau kamu ngedapetinnya dari cara haram kayak gini, Mel." "Nggak usah bicara haram-haraman deh, Kak?! Munafik! Sekarang itu yang penting adalah uang, bukan kajian ceramah!""Mel!""Diam, Kak! Ini adalah pekerjaan aku, Kakak nggak berhak sedikitpun buat ikut campur! Kecuali kalau kakak bisa memenuhi semua kebutuhan aku!" tandas Melisa.Hancurlah hati Yoga mendengar perkataan adiknya yang sama sekali tak menghargai Yoga sebagai seorang kakak. Adik yang selama ini ia puji-puji ternyata menggeluti pekerjaan hina yang amat memalukan."Melisa! Aku nggak tahu siapa orang ini, tapi terserah, mau dia kakakmu atau suami kamu sekalian, aku nggak peduli! Yang pasti sekarang aku nggak mau malamku terganggu karena dia. Aku bayar jasa kamu cukup mahal untuk menghiburku! Bukan untuk dengerin kamu berdebat. Ayo sekarang ikut aku!"Serta merta laki-laki gemuk itu menarik tangan Melisa. Yoga berniat mencegah, namun Melisa segera menampik dan menuruti langkah si

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 138

    "Mas, ngapain kamu cuma ngirimin aku uang lima juta? Bukankah kamu baru saja gajian? Kok bagianku cuma segitu?" Riana marah membabi buta.Doni yang baru saja masuk ke dalam ruangan jadi serba salah di buatnya."Maaf, sayang! Ntar Mas bisa tambahin lagi buat kamu. Tapi bukan sekarang. Pokonya kamu sabar dulu ya!""Terus kalo bukan sekarang, kapan lagi mas? Tahun depan?""Iish, kamu jangan ngerajuk dulu. Ntar pasti bakalan mas kirimin.""Mas, sekarang Mas udah mulai berubah sama aku! Mas selalu saja sibuk sama si Nayla, istrimu yang gendut itu! Apa sih istimewanya dia, sampe-sampe kamu tega ngebiarin aku sendiri di sini. Sedangkan kamu malah seneng-seneng sama dia di hotel. Kalian habis liburan berdua, kan? Begitu bener kamu, Mas. Nayla kamu ajak liburan, sedangkan aku? Aku kamu tinggalin di sini sendirian. Minta duit cuma dikirim lima juta lahit... Lima juta mau dapet apa, Maaaas ...!" Riana terlihat marah.Laki-laki gemuk di hadapannya kebingungan cara untuk menghadapi wanita simpana

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 139

    Doni menghela nafas panjang. Lalu mengelus-elus kepala Riana. Sebenarnya sedikit harga dirinya terasa terinjak ketika Riana berkata demikian, dalam hati Doni mengakui segala ucapan Riana tidak ada salahnya.Nayla memang bukan wanita yang cantik, tidak punya tubuh yang langsing, dan tidak juga mempunyai kulit yang cerah. Bahkan kulit gelap Nayla memang kerap membuat Doni merasa malu mempunyai istri seperti Nayla. Tidak hanya itu, badan Nayla yang sangat tidak bisa disebut ideal, terlihat menggembung dan penuh balutan lemak di mata Doni.Hanya saja, karena kerap melakukan perawatan di salon, membuat kulitnya yang hitam tersebut tidak terlihat terlalu kusam. Tapi tetap saja menurut Doni kulit istrinya tersebut tidak menarik sama sekali.Di samping itu, ditambah lagi dengan postur tubuh Nayla yang agak pendek membuat penampilan Nayla sama sekali tak modis di hadapan mata Doni.Tak heran jika selama ini Doni lebih mencari kepuasan batin di tempat lain, ia sudah muak dan sudah menganggap Na

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 140

    "Waduh, Sayang. ATM aku ketinggalan di rumah, gimaba ya?" Doni nampak bingung."Apa? ATM kamu kamu tinggalin di runah? Atau kamu tinggalin di dalem dompet istri kamu, ya?" mata Riana membulat."Bukan, Sayang. Maksudku, Mas emang jarang bawa tuh ATM. Emang udah biasa Mas tinggalin di rumah.""Bohong kamu, Mas. Kemarin aku liat ada kok ATM di dalem dompet Mas!" potong Riana.Hati Riana semakin di taburi oleh perasaan benci terhadap Nayla, "Pasti itu ATM sengaja diserahin sama istrinya. Ini nggak boleh di biarin nih!" pikir Riana.Doni memang tidak tampan, dan Nayla juga bukan seorang wanita yang cantik. Tapi justru itu yang membuat Riana semakin jijik. Riana berpikir, masa wanita secantik dirinya kalah saingan terhadap wanita sejelek Nayla. Apalagi cuma sekedar untuk menarik perhatian lelaki sejelek Doni. Riana semakin tertantang untuk melakukan sesuatu. Ia ingin membuktikan jika dia pasti akan bisa menarik perhatian Doni secara utuh. Dan dia bertekad untuk menghempas Nayla dari kehidu

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 141

    Sedang Riana nampak begitu sumringah dalam penantiannya menunggu pesan balasan dari Nayla.Tidak berapa lama kemudian terlihat nomor Nayla memanggil. Ada keraguan dalam benak Riana untuk mengangkat telepon dari istri kekasihnya tersebut. Akhirnya dengan segenap pertimbangan, Riana memutuskan untuk mereject panggilan dari Nayla. Bukan Tanpa alasan, tapi Riana takut jika Doni mengetahui perbuatannya yang terlalu jauh seperti ini. Padahal Doni sudah jauh-jauh hari mencegah Riana untuk menghubungi istrinya tersebut. Aneh memang tapi Riana memutuskan untuk tetap ngotot meski secara diam-diam tanpa sepengetahuan Doni.Clink!Akhirnya pesan yamg ia nanti-nantikan tiba juga.[Kamu siapa? Kenapa ada foto suami aku sana kamu? Kamu punya hubungan khusus sama suami aku, ya? sejak kapan? Kenapa kamu nggak mau angkat telepon dari aku?] Riana tersenyum."Nah kan terlihat banget nih dari pesannya kalau Nayla sedang menahan kecemburuan." Riana bergumam merasa menang.[Ah, bukannya aku nggak mau ang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 142

    "Riana, kamu sekarang di mana? Kenapa kamu nggak kasih kabar lagi sama aku? Aku ini suami kamu, Riana! Asalkan kamu tahu kalo aku udah hubungin ibu kamu, tapi katanya kamu nggak ada di rumah. Sebenarnya kamu ada di mana?" Riana cuma mendengus sinis mendengar perkataan Yoga di ponselnya yang sengaja ia letakkan begitu saja di atas meja."Emangnya siapa yang suruh kamu buat menghubungi ibu aku? Aku udah bilang kan sama kamu kalo nggak usah peduli lagi sama keluarga aku. Kami semua udah pada nggak care lagi sama kamu!" balas Riana seketus mungkin."Kamu nggak bisa ngomong kayak gitu, Riana! Mau gimanapun, aku ini masih suami kamu." tandas Yoga."Hei, kalo kamu masih nganggep diri kamu sebagai suami aku, maka sebaiknya kirimin aku uang dulu! Ingat ya udah berapa bulan kamu nggak kasih nafkah sama aku! Dan nggak ada yang namanya suami kalo nggak kasih nafkah ke istri! " sahut Riana."Ya ampun Riana, kamu nggak tahu aja keadaan aku gimana sekarang. Ekonomiku benar-benar sedang merosot, mana

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 143

    "Apa itu Riana yang bicara?" Bu Lasmi bertanya."Apa Ibu denger obrolan kami barusan?"Yoga menatap ibunya"Ya." Bu Lasmi menjawan pendek. tapi matanya menatap kosong."Kalau begitu, ibu bisa dengar sendiri gimana sikap asli Riana terhadap kita! Ibu bisa dengar sendiri gimana dia menghina kita! Terlebih lagi aku, Bu. Semula aku kira perkataan ibu bener kalo Riana adalah wanita yang baik dan berkelas, tapi ternyata tidak." Yoga terduduk lesu."Justru yang ada dalam otak wanita itu cuma ada uang, uang, dan uang. Kayak nggak ada hal lain aja. segala sesuatu diukur sama uang!" lanjut Yoga berucap dengan nada kesal."Tidak kusangka, ternyata aku salah menikahi orang. Yang kunikahi ternyata seorang perempuan mata duitan." Yoga menggerutu.Bu Lasmi Yang sedari tadi mendengar gerutuan Yoga mulai merasa tak enak. Hatinya mulai tersinggung. "Apa yang kamu maksud, Yoga? Kamu menyinggung ibu?"Yoga menoleh."Aku tidak menyinggung ibu." Yoga menjawab pendek dan dingin. Bahkan tanpa menoleh."Kalo

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 144

    Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi.Di sebuah kontrakan kecil, yang nampak belepotan dan isinya berantakan, dengan langkah tidak bersalah Melisa melangkah masuk ke dakam. Tanpa ia hiraukan yoga yang menatapnya tajam."Jam segini kamu baru pulang?" suara Yoga terdengar kasar."Emang apa peduli Kakak? Mau aku pulang jam berapa pun, toh aku nggak ngerepotin siapa-siapa. Kenapa malah Kak Yoga yang repot." sahut Melisa sembari melemparkan tasnya ke atas kursi usang di kamar sempit."Udah berbuat salah, eh kelakuan buruk pula. Sama Kakak sendiri nggak ada rasa hormat." umpat Yoga.Mendengar umpatan sang kakak, Melisa melangkah mendekat, berdiri di hadapan Yoga dengan berkacak pinggang."Emangnya apa yang harus aku hormati dari kakak yang nggak becus ngurusin keluarga?" Melisa berbicara dengan menengadahkan kepala tanpa adanya rasa sopan sedikitpun."Diam, Mel!" "Oho, apa Kakak udah nggak senang aku tinggal di sini? Kakak nggak senang melihat aku pulang? Baiklah kalau begitu. Okey, hari ini a

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 153 Akhir

    Beberapa tahun kemudian, setelah sekian lama hidup dalam jeruji besi, Bu Lasmi dan Yoga keluar dalam keadaan menanggung kemiskinan.keadaan jauh lebih sulit. Tak ada rumah untuk Bernaung dan tak ada tempat untuk pekerjaan.Sedangkan Melissa, sekarang anak itu harus meringkuk di sudut ruangan sempit di pojok ruang kontrakan. Tak ada lagi yang bisa di harapkan dari gadis itu. Penyakit HIV yang menyerangnya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Penyakit yang menggerogoti Melissa juga membuat orang-orang menjauh dari mereka. Mereka di kucilkan.Sementara Bu Lasmi yang juga sudah menua dan tulang punggung yang membungkuk juga tak bisa melakukan apa-apa. Keadaan yang benar-benar menyedihkan. Seiring usia tua yang menyongsong hidupnya, telinga Bu Lasmi tak bisa lagi berfungsi dengan baik, begitupun dengan indera penglihatan yang ia miliki. Wanita yang dulu selalu mau menang sendiri tersebut harus menerima takdirnya sebagai wanita tua yang tuli dan hampir buta.Akhirnya dengan segala perti

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 152

    Sementara itu, di sebuah gedung yang cukup mewah, sebuah pesta pernikahan di adakan. Dengan dekorasi yang menawan dan elegan, pesta perayaan itu terlihat begitu megah.Di deretan parkir, deretan mobil mewah berjejer, menunjukkan bahwa sebagian besar tamu yang hadir di sana bukanlah orang biasa.Benar-benar luar biasa.Yoga yang kebetulan baru saja datang ke kota Jakarta dengan harapan akan mendapatkan pekerjaan lebih baik, untuk pertama kalinya harus puas dengan menyandang tugas sebagai satpam di acara pernikahan tersebut."Mewah banget acara pernikahannya ya." celetuk teman Yoga."Iya bener, baru sekali ini sih aku melihat pesta pernikahan semewah ini. Wajar kalau bayaran kita gede. Ternyata sesuai sih sama kemewahan pestanya." Yoga menimpali."Ya iyalah, mereka bayarin kita gede. Toh kedua mempelainya memang berasal dari keluarga kaya semua, kok. Masa keluarga konglomerat bayarin kita kecil. Tuh liat tamu-tamu mereka! Rata-rata pakai mobil bagus kan. Tamu-tamu Mereka emang orang pen

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 151

    Lia memegang kepalanya. Lia merasakan kepalanya sedikit pusing. Terasa kurang nyaman. Akhirnya, dengan menggunakan sepeda motornya, Lia memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan, Lia merasakan pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi. “Aduuh! sepertinya aku harus berhenti dulu.” Lia meminggirkan sepeda motornya.Lia memegang kepalanya. Lia bisa merasakan keningnya panas.“Ada apa denganku? Mengapa tubuhku seperti ini?”“Seharusnya aku harus sampai di rumah lebih cepat.” batin Lia.Lia mencoba menstarter kembali sepeda motornya. Namun kepalanya terasa tak bisa diajakdi ajak bekerja sama. Pusingnya malah bertambah-tambah.Dengan kepala yang terasa berputar-putar, Lia meraih ponsel, dan mencoba menghubungi seseorang yang bisa ia hubungi.Dengan pemandangan kabur, Lia menghubungi seseorang di ponselnya.“Halo, Ma. Tolong jemput aku sekarang didepan Keiza Butik, Ma. kepalaku pusing. Aku … aku…” suara Lia terputus. “Bruukh!Wanita itu ambruk.***Samar-samar Lia membuka matanya. ha

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 150

    Riana tak tahu lagi apa yang telah terjadi. Tubuhnya lemas, batinnya menangis. Semua terasa bagaikan mimpi."Kamu menipuku, Doni!" hardik Riana tiba-tiba merasa jijik dengan pria paruh baya berkepala botak di hadapannya."Maafkan aku Riana. Tapi aku sudah berusaha benar untuk bikin kamu bahagia.""Kalau kamu memang berniat untuk membuat aku bahagia, masalah kayak gini nggak akan pernah terjadi, Doni!" hardik Riana kembali."Kamu benar-benar udah bikin aku kecewa, Doni! Kurang ajar banget!" sembari terisak, Riana melangkah pergi tanpa bisa Doni mencegahnya."Setelah anak ini lahir, kamu harus bertanggung jawab dengan anak dalam perutku Ini Doni!" ucap Riana sebelum benar-benar pergi."Iya Riana. Aku janji aku akan bertanggung jawab! Tapi please tetaplah bersamaku!" "Tidak! Aku akan datang padamu ketika anak ini nanti sudah lahir dan menyerahkannya sama mu!"***Beberapa bulan berlalu, Riana membawa bayinya menuju ke sebuah rumah di mana Doni tinggal. Riana mengetahuinya setelah diberi

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 149

    "Apa ini Nayla? Apa maksudmu?" Doni bangkit dari duduknya."Kurasa aku tak perlu menjelaskan untuk kedua kalinya sama kamu, Doni! Aku yakin barusan kamu sudah mendengar apa yang aku katakan Doni!" Nayla menyeringai."Tidak! Tidak, Nayla! Kau tidak sungguh-sungguh memecatku sekarang, kan? Kamu tidak bisa melakukan ini Nayla?""Kenapa tidak bisa?" Nayla bertanya balik.Terlihat muka Doni merah padam, tangannya mengepal dan giginya gemerutuk.Sedangkan Riana, masih kebingungan dan tidak mengerti apa maksud Nayla. Ia tidak percaya."Nayla, kau tidak berhak untuk memecat suamiku dari pekerjaannya! Jelas-jelas suamiku adalah seorang manajer disini. Dia punya kekuasaan yang tinggi. Dan dia punya kekuatan yang besar di sini. Lalu apa hakmu melemparkan surat pemecatan begitu saja? Siapa yang menyuruhmu? Sedangkan kamu hanya seorang ibu rumah tangga! Tahu apa kamu soal perusahaan? Ha ... haa..! Kau pikir kau akan mudah untuk memecat suamiku dari sini? Hanya karena kau mendendam sebab suamimu te

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 148

    Dengan nafas ngos-ngosan, Riana melempar tasnya ke atas ranjang. Pertemuannya dengan Nayla sama sekali tak memuaskan hati."Wanita aneh, didatangi sama selingkuhan suaminya malah anteng aja! Lihat aja kamu Nayla, beneran akan ku bujuk Mas Doni untuk cepat-cepat cerein kamu! Biar tahu rasa kamu nggak bisa apa-apa setelah kehilangan Mas Doni yang selama ini memanjakan ekonomi kamu!" janji Riana dalam hati.***"Mas, mapan Mas akan menceraikan Nayla? Aku udah nggak betah lagi sama dia Mas!" Riana berbicara dengan nada.Mendengar pertanyaan itu, tidak seperti biasa, Doni yang biasanya selalu murung jika ditanya soal perceraiannya dengan Nayla, tapi kali ini Doni terlihat sumringah seperti ada kabar baik yang ia bawa. "Kenapa Mas justru terlihat senang? Nggak kayak biasanya?" Riana heran."Sini dulu, Sayang! kebetulan banget Mas pengen bicara soal ini sama kamu."Keduanya berjalan menuju balkon."Mas bawa kabar apa? Kayaknya beneran emang ada yang istimewa nih." "Sangat istimewa, Sayang

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 147

    "Kamu bilang gitu karena kamu sedang berusaha kuat di hadapanku, kan?" Riana mencibir."Apakah jika kamu berada di losisiku kamu akan melakukan hal seperti itu, Riana? Kalau begitu, mentalmu tidak cukup kuat. Sudahlah, sekarang tidak ada lagi yang perlu kita bahas, ada baiknya kamu pulang!"Riana merasa terusir."Aku nggak nyangka ya, ternyata kamu ini orangnya cukup sombong, Nayla. Wajar kalau suamimu nggak betah hidup sama kamu dan memutuskan buat mencari istri yang kedua." sinis Riana."Riana, kamu boleh aja membuat berkesimpulan apapun yang kamu suka terhadapku sekarang. Taoi, yang pasti Doni bukannya nggak betah sama aku. Tapi memang kalian berdua yang mempunyai sifat yang sama. Oleh karena itu, emang kulihat kalian berdua cocok untuk menyatu. Dan nanti sekalian akan kubantu untuk menyatukan kalian sepenuhnya. Bagaimana? apa kau puas sekarang?" Nayla menyeringai tajam."Nayla, kalau cuma sekedar untuk menyatu dengan Mas Doni, kurasa aku nggak perlu bantuan dari kamu! Aku bisa saj

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 146

    "Kulihat kamu agak kaget dengan ucapanku, ada apa?" Nayla bertanya.Riana mendekat dan duduk di kursi tepat di hadapan Nayla."Apa kamu udah kenal sama aku sebelumnya?" tanya Riana."Bagaimana menurut kamu? Apakah aku nampak kenal sama kamu atau enggak?""Kudengar tadi kamu menyebut namaku? Tahu namaku dari mana?" Riana melanjutkan pertanyaannya.Terlihat Nayla tersenyum."Kalau aku tahu sama nama kamu lalu apa salahnya?""Hmm..." Riana mulai berfirasat tak baik."Lalu tadi kudengar juga Kamu nyebut aku sebagai Nyonya Doni. Apa maksudmu?""Ohoo, kamu bertanya soal itu rupanya. Apa kamu nggak ngerasa sebagai Nyonya Doni?"Riana kesal. Bukannya menjawab, malah Nayla selalu saja melontarkan pertanyaan balik.Riana mulai serba salah untuk menjawab pertanyaan tersebut."Sudahlah Riana! kamu nggak usah pusing memikirkan pertanyaanku. Kamu tenang saja, tak perlu takut, setelah ini kau akan bergelar Nyonya Doni secara seutuhnya! Bukankah itu yang kamu mau?"Huuufth!Terasa badan Riana panas d

  • Ketika Istriku Mulai Membangkang   Bab 145

    Dengan langkah percaya diri, Riana berjalan ke sebuah rumah yang cukup megah dan mewah.Perutnya yang membesar tidak menyusutkan rasa percaya diri yang ia miliki. Justru ia merasa patut merasa bangga dengan janin yang ada di rahimnya saat ini.Sejenak Riana mematung, mengagumi rumah di hadapannnya, namun keberadaan seorang satpam yang berjaga bergerak membukakan pintu, membuat Riana tersadar ia harus menjaga sikap untuk tidak boleh terlihat senorak itu."Maaf, Mbak, ada yang bisa saya bantu? Mbak ingin bertemu dengan siapa?""Pak Satpam, Saya ingin bertemu dengan mbak Nayla." jawab Riana."Oh, rupanya Mbak adalah tamunya nyonya besar di rumah ini, ya?"Riana menyeringai sinis mendengar satpam tersebut menyebut Nayla sebagai nyonya besar."Iya, Pak. Saya tamu spesialnya Nayla, istrinya Mas Doni. Benar, kan?"Satpam mengangguk."Baiklah Mbak, kebetulan Nyonya Nayla baru saja pulang dari perusahaan. Biar kuberitahu beliau terlebih dahulu!" jawab sang satpam berlalu setelah sebelumnya ter

DMCA.com Protection Status