Share

Part39

Penulis: Oscar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-11 21:00:56

“Maafin Mbak ya, Delima. Mbak udah terlalu jahat sama kamu. Kamu pasti sangat terkejut mendengar pengakuan Mbak waktu itu. Mbak memang pantas mendapatkan hukuman dari Tuhan. Sikap serakah Mbak yang membuat kamu dan Mas Raka jadi menderita seperti ini.”

Ternyata Mbak Silvi belum juga mengetahui, kalau aku sudah tahu sejak awal tentang rencananya. Biarlah aku dan Mas Raka saja yang tahu soal ini. Tak perlu lagi kami ungkit-ungkit, yang nantinya akan membuat Mbak Silvi semakin merasa bersalah.

“Delima udah maafin kok, Mbak. Delima udah melupakan semuanya. Delima nggak marah sama Mbak Silvi. Ini sudah takdir, Mbak. Kita jadikan pelajaran aja, ya. Setelah ini, kita mulai lagi kehidupan yang baru ya, Mbak. Anggap aja Delima sebagai adik Mbak. Kapan pun Mbak butuh teman bicara, Mbak bisa nelepon Delima.”

“Nggak, Delima. Semua udah nggak lagi sama. Dan Mbak sudah menyadari itu. Mas Raka tetap nggak mau cerai dari kamu. Dan Mbak ikhlas, kalau kamu terus menjadi istrinya Mas Raka. Kita bisa jal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part40

    Aku menggeleng dengan cepat. Merasa semua orang sedang mempermainkan kehidupanku. Aku melangkah mundur menjauh darinya. Merasa kalau pembicaraan ini seperti sebuah perintah, hanya demi keuntungan sepihak saja."Kamu mau kan, Delima? Kamu bisa kembali lagi ke rumah. Atau kalau kamu masih merasa sakit hati sama Mbak, kamu boleh menerima tawaran Mas Raka untuk tinggal di rumah yang berbeda. Mas Raka akan membelikan kamu rumah di mana pun kamu mau. Kamu juga punya hak untuk menerima apa pun pemberian Mas Raka, Delima." Dia terdengar begitu antusias. Dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa bangkit. Aku tak lagi peduli apa yang ingin dilakukannya. Napasku naik turun menyaksikan perjuangannya agar bisa bergerak. Hingga akhirnya dia berhasil untuk duduk, dengan kaki yang menjuntai dari ranjang."Delima. Kembalilah. Kita pulang sama-sama, ya?" Dia mencoba untuk tersenyum."Hentikan, Mbak!" Aku spontan berucap dengan keras. Mbak Silvi terdiam menatapku yang sebelumnya tak pernah bersikap sekasar

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part41

    "Kamu mendengar semuanya?" Mbak Silvi memanjangkan leher, melihat ke arah belakang Mas Deni."Ya. Kenapa? Kamu juga berharap suami dan mertua kamu juga mendengar hal ini?" balas Mas Deni, sikapnya begitu terlihat berwibawa."Tidak, Den. Tolong jangan beritahu mereka. Aku bersalah. Aku khilaf. Aku tidak benar-benar ingin melakukan itu." Mbak Silvi tampak begitu ketakutan. Dan itu terasa sungguh memuakkan.Aku tak tahu lagi seperti apa sikap Mbak Silvi yang sebenarnya. Terkadang membuatku merasa iba, namun tak ayal sering juga membuatku merasa takut. Dia bahkan sampai mengancamku agar semua keinginannya dapat terpenuhi."Kamu sudah sangat keterlaluan, Silvi. Berani-beraninya kamu menggunakan kelemahan Delima untuk memuluskan semua niat buruk kamu. Tak henti-hentinya kamu memanfaatkan keadaan Delima hanya untuk kepentingan pribadi kamu," ucap Mas Deni tegas."Tidak, Den. Bukan seperti itu." Mbak Silvi semakin terpojok. " Delima, tolong katakan pada Deni, bahwa Mbak tidak seperti itu. Tol

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part42

    Pagi harinya aku terbangun karena suara Bik Inah memanggil. Aku bergegas membuka pintu kamar yang sengaja aku kunci. Trauma akan kedatangan Mas Raka yang tiba-tiba tempo hari. Kepalaku benar-benar terasa pusing.Entah memang pusing karena tidak enak badan, ataukah karena memikirkan semua persoalan yang menimpaku saat ini. Yang jelas, ucapanku tentang tidak enak badan itu hanyalah sebuah alasan, karena tak ingin berlama-lama lagi tinggal di sana.Andai tak memikirkan kebaikan Mama selama ini, pasti sudah kutinggalkan saja rumah ini. Bingung bagaimana cara menghadapi semua orang, yang inginnya menang sendiri."Mbak Delima masih sakit?" tanya Bik Inah. "Sarapan yuk, Mbak. Bibik sudah buatin susu hangat buat Mbak Delima.""Iya, Bik. Delima baik-baik aja. Makasih ya, Bik.""Iya, Mbak. Ada Mas Deni juga di bawah. Lagi sarapan. Katanya mau balik ke rumah sakit nganterin baju ganti buat Ibuk.""Mas Deni ada di bawah, Bik?" Aku cukup terkejut. Tiba-tiba jadi merasa tidak enak. Teringat saat t

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part43

    "Boleh, Mbak. Tanya aja. Kalau Bibik tau, Bibik akan jawab.""Anu, Bik. Begini. Sebenarnya... Mas Raka itu, kerjanya apa? Kok uangnya banyak banget. Pake mau beliin Delima rumah segala. Rumah di kota kan mahal-mahal, Bik," tanyaku ragu."Oh, Mas Raka itu kerja di perusahaan asing, Mbak. Tapi Bibik nggak ngerti jabatannya apa. Pake bahasa Inggris. Susah nyebutinnya. Gajinya gede.""Oh, pantes.""Tapi itu belum seberapa, Mbak. Lain lagi dengan bagian Mas Raka di perusahaan Almarhum Papanya. Sebagai anak laki-laki, dia punya bagian yang paling banyak. Nah, sekarang perusahaan itu dikelola sama Mbak Dian, dan suaminya. Jadi setiap bulan, Mas Raka, Mbak Lara, dan juga Ibuk, hanya tinggal menerima bagiannya aja. Setau Bibik sih gitu. Makanya Mbak Silvi nggak mungkin mau ngelepasin Mas Raka gitu aja. Rugi dong, kehilangan laki-laki tajir kayak Mas Raka."Aku mengangguk-angguk tanda mengerti. Pantas saja, uang bukanlah masalah bagi mereka. Hanya saja, aku masih belum tahu, apa sebenarnya maks

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part44

    Pagi ini aku pergi bersama Mas Deni atas izin Mama. Tak kupedulikan lagi peringatan Mas Raka dulu, sebagai seorang istri aku tak boleh pergi dengan laki-laki lain tanpa seizinnya.Namun apa lagi yang bisa aku lakukan? Aku sudah tak lagi menganggapnya sebagai suami. Perasaanku waktu itu hanyalah sebatas rasa kagum akan fisiknya yang rupawan. Wanita mana pun pasti akan jatuh hati melihat pria tampan dan juga selalu terlihat berwibawa sepertinya. Apa lagi kesan yang dia tunjukkan jauh dari pria nakal.Namun, hanya sesaat saja hal itu kurasakan. Sikap dan perlakuannya yang tak pernah menganggapku sebagai istri, juga pikiran plin plannya yang sebentar ingin bercerai, sebentar tidak, membuatku jadi menarik kembali hati ini.Satu hal yang kupelajari dari jalan hidupku saat bersamanya. Apa pun alasannya, mencintai suami orang adalah sebuah kesalahan besar. Di mana pun dan dalam situasi apa pun, kita tetap akan jadi gunjingan orang dan selalu di salahkan."Kok melamun, Delima?" Ucapan Mas Deni

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part45

    Aku jadi bingung menjawab pertanyaan Mas Deni."Ketemu aja nggak pernah, Mas. Gimana mau ngasi jawaban." Hanya itu yang bisa aku ucapkan."Nah, makanya itu. Nggak usah mau. Kamu kan punya hak untuk memilih laki-laki mana yang kamu inginkan."Maksud omongan Mas Deni ini apa? Apa maksudnya aku disuruh nolak tawaran Mama? Kenapa? Bukankah itu sama sekali bukan urusannya? "Maksud Mas Deni, Delima harus nolak, gitu?""Iya, tolak aja. Bilang aja kamu mau balikan sama mantan, yang kamu tinggal nikah.""Tapi Delima nggak punya pacar, Mas. Kan Delima udah bilang waktu itu.""Pura-pura aja. Yang penting kamu nggak dijodohin lagi sama Bulek." Dia terlihat gusar, sambil mengacak-acak rambutnya."Pura-pura itu capek lho, Mas." Lagi-lagi aku berusaha bersikap jujur.Berpura-pura kuat dengan tinggal serumah dengan Mbak Silvi dan Mas Raka pun rasanya aku sudah lelah. Apa lagi harus berpura-pura mencintai laki-laki yang tak pernah ada. "Maaf Mas Deni. Mungkin udah nasib Delima begini. Orang lemah se

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part46

    Aku dan Mas Raka sama-sama tercengang mendengar ucapan Mama. Tak lupa aku melirik Mas Deni yang baru saja bangun sembari mengusap darah di sudut bibirnya. Tak sampai hati aku melihatnya. Ingin rasanya aku berlari dan membantunya. Namun, hal itu urung kulakukan. Aku harus tetap menjaga sikapku saat ini.Ditambah lagi tangan Mas Raka yang masih setia mencekal lenganku. Entah dia sadar atau tidak, tapi cengkramannya sedikit menyakitiku. Mungkin pun kini lenganku sudah berbekas kemerahan akibat ulahnya."Apa yang Mama katakan, Ma?" Mas Raka bertanya heran. "Mana mungkin Raka menceraikan Silvi. Dan dia pun sama sekali tidak keberatan dengan kehadiran Delima.""Silvi tidak keberatan, tapi Delima yang keberatan," sanggah Mama dengan tegas."Kalau Delima tidak mau menjadi istri Raka, pernikahan ini tidak mungkin terjadi, Ma. Iya kan, Dek?" Mas Raka menatapku dengan hiba. "Kamu hanya marah karena ucapan Mbakmu yang ingin kita bercerai, kan? Mbakmu hanya khilaf, Dek. Kamu nggak perlu khawatir."

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part47

    Malam ini Mama mengintrogasiku akibat ucapan Mas Deni yang entah keceplosan atau memang disengaja. Usai kepulangan Mas Raka tadi siang, Mama kembali syok dan tak lagi mau bicara. Langkahnya kembali gontai sembari berbalik menuju ke arah kamar.Sama persis seperti saat pertama kali membawaku ke rumah ini. Dia pasti membutuhkan sedikit waktu untuk menyendiri, menenangkan diri. Aku yang sudah mulai paham sifat dan kebiasaannya, tak lagi bertanya. Dia akan kembali bicara setelah tenang dan bisa mengendalikan diri lagi.Seperti malam ini. Dia keluar saat makan malam tiba. Dan tentu saja meja makan ini kembali menjadi saksi apa yang terjadi kali ini."Berapa uang yang Silvi berikan untuk kamu sebelum menikah dengan Raka?" Mama masih berbicara dengan tenang sembari mengunyah makanannya."Anu, Ma. Banyak." Aku menelan ludah. Merasa gugup. Bahkan lebih gugup dari saat bertemu dengan pengacara yang mengurus perceraianku tadi pagi.Aku menjelaskan uang mahar yang dia tawarkan. Dan itu pun aku gu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12

Bab terbaru

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part86

    "Ba_bagaimana, Say... eh,... Delima?" Mas Deni tampak takut-takut menanyakan itu padaku. Aku kembali terdiam. Masih syok dengan semua ini. Semuanya serba mendadak dan tiba-tiba. Membuatku bingung harus bertanya mulai dari mana.Lalu Mas Raka meminta sesuatu pada Mbak Silvi. Dengan senyum kebahagiaan Mbak Silvi merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Dikeluarkan sebuah amplop ke tangan Mas Raka."Ini, Dek." Mas Raka menyodorkan kertas itu ke atas meja. Dengan ragu aku mengambil dan melihat apa isinya."I_ini?" Air mataku tumpah seketika."Iya, Dek. Itu surat cerai yang kamu inginkan. Kamu sudah bebas sekarang."Rasa di hatiku kini bercampur aduk tak menentu. Ada perasaan sedih, bahagia, juga lega."Jadi, gimana, Dek? Mas sendiri yang melamar kamu untuk Deni. Kamu mau, kan?"Aku menatap mereka semua secara bergantian. Lalu mengangguk."Iya, Mas. Delima mau.""Alhamdulilah...." Semua orang di ruangan ini mengucap syukur.*****Akhirnya hari bahagia yang dinantikan semua orang terjadi juga. M

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part85

    Mataku menghangat melihat orang-orang itu kini berdiri di hadapanku. Aku merasa ini seperti sebuah mimpi. Aku berdiri terpaku dengan air mata yang mulai mengalir.Lalu tiba-tiba saja tubuhku direngkuh dan masuk dalam pelukan hangatnya."Mama?" Aku menangis sesenggukan."Iya, sayang. Ini Mama," ucap wanita yang sudah setengah tahun ini tak pernah lagi kutemui. "Kamu sehat-sehat aja kan, Delima?"Aku makin sesenggukan melihat sikap pedulinya. Lalu aku juga merasakan tangan seseorang ikut menyentuh dan mengusap bahuku. Benarkah apa yang sedang kulihat saat ini?Aku melepaskan pelukan Mama. Lalu menatap satu persatu wajah mereka yang ikut berkunjung ke rumahku."Mbak Silvi?""Iya, Delima. Mbak datang." Wanita yang pernah menamparku saat terakhir kali bertemu ini, tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.Lalu kulihat Mas Raka dan Mas Deni tampak berdiri sejajar. Sepertinya semua orang sudah baik-baik saja. Dan mereka semua terlihat akur.Pasti sudah banyak hal yang terjadi selama aku tak a

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part84

    Biarlah hanya kami berdua yang tahu tentang semua ini. Seperti yang dia katakan, itu untuk yang terakhir kalinya. Kuberikan sebagai upah, atas apa yang dia berikan selama ini. Dengan begitu, nantinya dia hanya akan mengingatku sebagai wanita bayaran saja. Yang bisa dia cumbu tanpa hati, dan juga rasa cinta.Aku harus benar-benar terlihat murahan di matanya.*"Kamu kenapa, Sayang? Kenapa tiba-tiba ninggalin Mas seperti ini?" Mas Deni begitu syok saat aku tiba-tiba datang ke rumahnya untuk berpamitan."Maafin Delima, Mas. Delima bukanlah wanita yang baik untuk Mas Deni." Lagi-lagi aku membatukan hati agar tak lagi goyah.Berbicara dengan Mama pun rasanya hati ini sudah akan luluh melihat kekecewaan di wajahnya. Apa lagi saat berbicara dengan Mas Deni. Aku harus benar-benar bisa mengendalikan diriku. Rasa sakit yang aku rasakan tak boleh terlalu nampak. Aku lebih memilih Mas Deni kecewa dan membenciku saja, dari pada harus menangis dan mengiba, memohon agar aku tetap tinggal."Sampai h

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part83

    Tanpa terasa enam bulan sudah aku kembali ke kampung. Kembali tinggal dengan Bue dan juga Sidik. Tak peduli lagi pada gunjingan tetangga dan warga sekitar atas statusku sekarang ini.Awal kepulanganku dulu, bisik-bisik mereka selalu terdengar. Katanya memang seperti itulah resiko menjadi wanita kedua. Hanya sebagai cadangan untuk bersenang-senang. Giliran bosan, pasti kembali ke pelukan istri pertama.Aku hanya diam, tak ambil pusing dengan pendapat mereka. Tak ada gunanya juga menceritakan hal yang sebenarnya. Asal Bue mengerti dan tidak terlalu memikirkannya hingga sakit, kurasa itu bukan masalah.Anggap saja memang ini adalah hukuman atas keserakahanku waktu itu. Lepas dari seorang pria beristri, malah berkhayal mendapatkan bujangan kaya raya.Tapi semua itu sudah berlalu. Tak ada lagi bisik-bisik seperti itu kudengar. Semuanya seakan lupa, dan aku bisa menjalani kehidupan dengan normal kembali.Kini aku tak perlu lagi bersusah payah bekerja dari pintu ke pintu untuk bekerja di rum

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part82

    "Kita rujuk ya, Dek?" Napasnya makin memburu di telingaku. Aku kembali menggeleng dalam tangisan."Kasi kesempatan Mas satu kali lagi untuk membahagiakan kamu, Sayang." Aku semakin menggeleng."Dek?""Kalau Mas benar-benar mencintai Delima dan ingin melihat Delima bahagia, tolong bebaskan Delima. Kalau Mas ingin balas dendam dan tidak ingin melihat Delima bahagia dengan Mas Deni, Delima akan turuti. Delima akan putuskan hubungan dengan Mas Deni dan akan kembali ke kampung. Apa itu cukup membuat Mas Raka puas?""Enggak, Dek. Bukan seperti itu maksud Mas. Mas ingin kamu bahagia sama Mas, Sayang. Kenapa kamu nggak percaya sama perasaan Mas?" Dia tampak gelisah sembari menyentuh pipiku dengan kedua tangannya. Aku hanya bisa memejamkan mata dengan pasrah. Melawan pun percuma. Hanya akan membuat keributan malam-malam begini."Delima hanya ingin hubungan Mas Raka dan Mas Deni kembali baik, Mas. Jangan lagi bermusuhan seperti ini hanya gara-gara Delima. Delima bukan wanita yang pantas untuk

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part81

    Aku segera menarik tanganku kembali. Namun Mas Raka tak mengizinkan dan malah menahannya. Dia terlihat begitu marah. Padahal saat di bawah tadi, dia terlihat biasa-biasa saja dan tak memperdulikan.Atau, jangan-jangan Mama bercerita tentang aktivitas aku dan Mas Deni tadi. Bukan salah Mama juga. Salahku yang tak berani bilang untuk merahasiakannya dari Mas Raka."Tega banget kamu, Dek. Mas udah bilang, jangan pergi sama Deni. Kenapa kamu masih nekat juga? Malah gantiin cincin Mas dengan cincin dari dia. Kamu pikir Mas main-main dengan ancaman Mas waktu itu?""Kenapa Mas melakukan itu? Kenapa Mas nggak ngijinin Delima sama Mas Deni? Jujur aja, Mas." Aku mulai berani."Kamu masih nanya? Kamu tau sendiri kenapa Mas melakukan itu, Dek.""Kenapa?" Aku meyakinkan."Tentu saja karena Mas mencintai kamu.""Bohong!" sanggahku dengan penuh amarah. "Mas Raka bohong. Mas Raka sama sekali nggak pernah mencintai Delima.""Itu nggak benar, Dek. Mas sayang sama kamu.""Delima nggak percaya. Mas Raka

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part80

    "Oh, iya, Den. Soal pesta, nanti kita adakan di rumah kamu aja, ya. Biar kita buat acara yang meriah. Di kampung Delima kita adakan akad saja. Biar Delima nggak terlalu jadi sorotan orang kampung.""Kalau Deni nggak masalah, Bulek. Terserah Delimanya aja.""Kalau kamu, gimana, Delima?" Mama meminta pendapatku."Delima juga nurut, Ma. Gimana baiknya aja.""Ya sudah, nanti Mama tanyakan sama Ibu kamu. Setuju atau enggak.""Baik, Ma."Setelah Mas Deni pulang, aku langsung menuju ke kamar untuk menyimpan barang-barang yang aku beli tadi. Padahal aku tidak memintanya. Tapi dengan begitu royal dia membelikan semua ini untukku.Aku terduduk di ranjang sembari memegangi bibirku. Teringat saat Mas Deni mengecupnya tadi. Membuat perasaanku semakin tak karuan. Inilah ciuman pertamaku dengan seorang lelaki. Padahal sebelumnya aku berpikir, bahwa Mas Rakalah yang akan mengambil semuanya.Usai makan malam aku memijat punggung Mama. Mengobrol dan tertawa bersama. Tak lama Mas Raka datang dan bergabu

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part79

    Dia menghentikan kata-katanya."Lagi apa, Mas?" tanyaku penasaran. "Eh, nggak. Mas juga jarang-jarang dengar suara kamu, kok." Mas Raka gelagapan. "Kamu kenapa belum tidur jam segini?" "Tadi sudah mau tidur. Tapi Mas Raka tiba-tiba nelpon. Apa lain kali tidak usah diangkat saja, kalau sudah mengantuk?""Eh, eh. Udah berani kamu, ya." Aku tertawa mendengarnya.Kudengar suara Mas Raka seperti bernapas lega. "Kenapa, Mas?" tanyaku lagi."Mas senang, kita bisa bicara santai seperti ini. Makasih ya, Dek. Kamu udah nggak takut lagi sama, Mas."Aku tertegun. Bahkan hal yang tak kusadari pun bisa membuat orang lain merasa lega.*Pagi ini aku pamit pada Mama untuk ikut Mas Deni. Sengaja menunggu Mas Raka berangkat ke kantor terlebih dahulu. Padahal Mama sendiri tidak tahu kalau aku dan Mas Deni sekarang lagi kucing-kucingan sama Mas Raka. Bertemu pun harus diam-diam.Aku bisa saja mengadu pada Mama. Tapi posisiku yang hanya menumpang membuatku tak bisa melakukannya. Seperti memakan buah si

  • Ketika Istri Tua Suamiku Hamil   Part78

    Cih, pintar sekali wanita ini bersandiwara. Padahal baru saja dia bersikap seperti orang gila padaku."Kamu aja yang pulang. Dan tunggu surat cerai sampai ke tangan kamu.""Jangan, Mas. Aku nggak mau. Aku nggak mau cerai dari kamu. Kamu harus pulang sama aku. Kamu nggak boleh lagi tinggal sama pelacur ini.""Diam kamu, Silvi. Sekali lagi kamu hina Delima, aku nggak akan segan-segan lagi sama kamu.""Mas!""Jangan salahkan Delima untuk semuanya. Delima sama sekali nggak ada hubungannya dengan keputusanku.""Tapi aku istri kamu, Mas.""Kamu lupa kalau aku sudah menjatuhkan talak sama kamu?""Jadi kamu lebih memilih pelacur ini dari pada aku?"Plak!Aku menutup mulut dengan kedua tanganku saat Mas Raka menampar Mbak Silvi. Mbak Silvi menatap tajam suaminya sambil memegangi pipinya. "Tega kamu, Mas," rintihnya."Aku sudah memberi peringatan sebelumnya. Jangan pernah berani menghina Delima. Urusan kamu sama aku. Sekarang kamu pergi, atau aku panggil polisi karena kamu telah membuat keribu

DMCA.com Protection Status