Share

114 S2: Tidak Bisa Punya Anak Lagi?

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-06 23:54:14
Nia mengangguk. Bisa berada satu kantor lagi dengan Gio saja sudah membuatnya sangat bersyukur.

“Nanti hitungan gaji kamu akan aku urus, karena Pak Gio menginginkan pemotongan langsung setiap kali kamu gajian.”

“Oke, atur saja. Yang penting aku dapat uang dan bisa mencicil uang itu,” angguk Nia pasrah.

Setelah Gio ikut membubuhkan tanda tangannya, pertemuan pun selesai.

“Mas ...” Nia mencoba menyapa, tapi Haris langsung memberinya tatapan memperingatkan.

“Selanjutnya biar saya yang urus, Pak.”

Gio mengangguk singkat dan memilih pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Kamu ini ... baru saja tanda tangan kontrak, sudah mau melanggar salah satu poin?”

Wajah Nia langsung pias ketika Haris menegurnya.

“Aku hanya mau menyapa Mas Gio ....”

“Tidak perlu, kamu baca semua poin tadi tidak sih?”

“Baca ....”

“Terus kenapa masih mau kamu langgar?”

Nia tidak menjawab. Sebetulnya dia tidak terima saat Haris memarahinya seperti ini, tapi apa daya?

Kini Nia b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    115 S2: Menginginkan Keturunan Kandung?

    “Amin, ini cek dulu barangnya.” Dengan wajah berseri-seri, Sofi menghitung jumlah pesanannya. Aku harus tampil cantik di depannya Arka, batin Sofi. “Komplit semua ya, Lil?” “Oke, lain kali pakai nama asli kamu biar aku tidak bingung.” “Kenapa harus bingung sih? Kan yang penting aku tidak menipu, maklum dunia sosial media kan jarang pakai nama asli.” “Iya deh, aku percaya.” “Mau sekalian minum? Aku baru saja pesan ....” “Tidak usah, Sof. Aku mau ke toko dulu, terima kasih ya orderannya!” “Sama-sama, Lil!” Ada alasan tersendiri kenapa Kalila tidak ingin berlama-lama di kafe Gio, dia enggan ada yang salah paham mengenai kehadirannya. Terutama calon istri Gio. Setelah dari kafe, Kalila langsung menyeberang untuk melihat suasana toko miliknya. “Bu Lila, hari ini lumayan ramai!” lapor salah satu pegawai. “Alhamdulillah, ini tolong kamu taruh di display khusus ya?” “Wah, paket skincare apa ini, Bu?” “Produk saya dan teman-teman, mungkin saja ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    116 S2: Melanggar Poin Perjanjian

    “Sudahlah, aku di sini mau makan siang.” “Serius, Haris. Dia siapa?” Haris memilih untuk tidak menjawab, dia enggan memasuki urusan Gio dan para wanita itu. Sepertinya hanya Bu Lila yang paling beres, batin Haris sambil memilih menu untuk dia makan. Meskipun demikian, matanya tetap awas mengamati Gio yang tumben sekali mau duduk bersama wanita. “Ris!” Haris nyaris tersedak karena tiba-tiba Nia muncul dan bergabung dengannya di meja. “Aku yakin kalau kamu pasti tahu siapa wanita di sana itu,” tunjuk Nia dengan nada menggebu. “Kalaupun aku tahu, itu bukan urusan kita.” “Ayolah, Ris ... aku ini mantan istri Mas Gio, setidaknya aku berhak tahu dia sedang dekat dengan perempuan seperti apa.” “Sudah aku bilang kalau itu bukan urusan kamu, Nia.” Haris geleng-geleng kepala melihat betapa keras kepalanya mantan istri Gio. “Bagaimana kalau wanita itu bukan perempuan baik-baik?” Nia terus mengompori. “Kalaupun iya, itu adalah urusan Pak Gio dan keluarganya.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    117 S2: Pesan dari Nomor Tak Dikenal

    Mendengar pertanyaan Sofi, Rita justru mengerutkan keningnya dengan curiga. “Penjualan masih di grafik yang aman, jadi bekerja saja seperti biasa.” Arka menyimpulkan setelah mengecek pembukuan. “Siap, Pak!” Doni tersenyum cerah saat Arka meninggalkan yang di meja untuk mentraktir para pegawai. “Pak Arka!” “Sofi?” Di depan pintu, Arka dan Sofi nyaris bertabrakan tanpa disengaja. “Maaf, Pak ...” “Saya duluan, ya?” Sofi tergeragap. “Ta—pi Pak, kopinya ...” “Kopi apa? Saya tidak pesan kopi.” “M—maksud saya, ini saya bawakan kopi. Ada buat Doni juga, biar rapatnya lebih enak.” “Sudah selesai kok, tapi Doni masih di dalam.” Sofi tidak kehilangan akal supaya Arka menerima pemberiannya. “Anda bawa pulang saja, Pak. Untuk diminum di perjalanan,” bujuk Sofi. Tanpa disangka, ternyata Arka menerima kopi kaleng itu tanpa pertimbangan. “Terima kasih, ya!” “Sama-sama, Pak.” Berapa leganya Sofi, saat melihat Arka berlalu dengan kopi di genggaman tanga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    118 S2: Ayah dan Anak Sama Saja

    Tak lama, terdengar denting singkat dari ponsel Arka. Kalila melirik sekilas ke arah layar yang menyala. [Saya sudah sediakan kopi khusus untuk Anda kalau mampir ke minimarket, Pak] Kalila mengerutkan keningnya saat tanpa sengaja membaca pesan itu. Nomor pengirimnya ternyata belum disimpan Arka di kontaknya. “Siapa orang ini?” gumam Kalila yang dengan ragu meraih ponsel Arka untuk melihatnya lebih jelas. “Ada uang yang telepon, Lil?” tanya Arka dengan rambut basah. “Tidak ada, hanya ada pesan ...” “Dari siapa?” Kalila mengangkat bahu. “Dia bahas kopi ...” “Kopi apa?” Kalila tidak menjawab, melainkan menyerahkan ponsel itu ke tangan Arka yang menerimanya dengan bingung. “Dia siapa sih, kok nomornya tidak kamu simpan?” tanya Kalila penasaran. “Kalau aku tahu siapa, pasti sudah aku simpan dari kemarin-kemarin.” “Kemarin-kemarin? Jadi sebelumnya dia sudah pernah kirim pesan ke kamu?” “Begitulah, paling orang iseng. Aku tidak meladeni pesannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    119 S2: Tidak Suka Anak Kecil

    “Ha ha, ail mancul!” Noah tergelak sendiri. “Apa sih ini?” Ternyata tidak hanya sofa, Stevi sendiri ikut terkena cipratan susu kotak itu. “Jadi lengket begini kan?” gerutu Stevi. “Ail mancul! Ail mancul!” Stevi refleks menoleh ke arah Noah sambil menahan emosi. “Itu susunya kamu apain sih?” “Ail mancul, Tante ...” “Kamu tidak lihat susunya tumpah ke mana-mana? Sofa ayah kamu jadi kotor, kena marah kamu nanti!” Tawa Noah langsung berhenti. “Ayah Jio malah sama Owa?” “Lihat dong, rambut dan celana Tante ini ... ikut lengket gara-gara susu kamu buat mainan.” Bagaimana Stevi tidak ketus, inilah salah satu alasan kenapa dia tidak begitu suka dengan anak kecil. “Mana tidak bawa tisu basah ... yang biasa momong kamu di mana sih?” Melihat Stevi yang uring-uringan di depannya, Noah jadi berubah murung. “Ihhh, tidak bisa! Aku harus bilang Gio, ini anaknya nakal amat sih?” Tanpa peringatan apa-apa, Noah tiba-tiba menangis kencang. Suaranya merayap m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    120 S2: Perempuan yang Mana?

    Seandainya perempuan itu tidak menyukai keberadaan Noah. Saat tiba di rumah, Sania terlihat sedang minum teh di teras sembari mengusap-usap perutnya. “Noah langsung mandi saja, Bik.” “Baik, Nyonya.” Sania tersenyum lebar ketika Kalila berada dalam jarak yang cukup dekat. “Lil, coba usap perut saya.” “Kenapa, Bu? Kram?” Meski bingung, Kalila tetap mengusap perut ibu mertua. “Tidak, biar kamu cepat ketularan.” “Oh ...” Kalila mengangguk saja, lalu permisi masuk ke dalam rumah. Dia berusaha berpikir positif dan tidak menjadikan permintaan Sania tadi sebagai bentuk sindiran. Sementara itu di tempat lain, Nia masih belum bisa menemukan celah untuk bisa mendekati Gio kembali. Terlebih, dia masih penasaran dengan keberadaan wanita yang pernah berinteraksi dengan mantan suaminya. Persetan sama perjanjian itu, pikir Nia. Aku harus bisa dapatkan Mas Gio lagi. Dia tahu seberapa besar cinta Gio kepadanya dulu, mustahil rasa itu musnah begitu saja tanpa sisa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    121 S2: Bikin Lawan Jenis Salah Paham

    “Patut waspada kalau pegawai perempuan, takutnya dia terbawa perasaan.” Kalila menatap Arka dengan serius. “Masa sih? Dia kasih kopi, masa aku tolak?” “Entahlah, aku hanya minta kamu waspada sama lawan jenis.” “Kamu tenang saja, tidak ada lawan jenis yang akrab sama aku selain Dea dan Zia.” Arka berkilah. “Ditambah pegawai yang akhir-akhir ini kasih kamu kopi kaleng kan?” Arka hanya meringis mendengar ucapan Kalila. “Kalian sudah lama berteman sama Arka?” tanya Kalila penasaran ketika mendapatkan kesempatan untuk ngobrol bertiga dengan rekan kerjanya. “Kami teman satu kampus dulunya, kenapa?” tanya Zia. “Teman-teman Arka lebih banyak yang mana, perempuan atau laki-laki?” Sejenak Zia dan Dea saling berpandangan. “Kalau Arka sih temannya banyak, Lil. Dia cukup populer di kampus, mau laki-laki atau perempuan, hampir semua nyaman berteman sama dia.” “Iya, tidak heran sih soalnya Arka itu supel sama siapa pun.” Kalila mengakui itu. “Kenapa memangnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    122 S2: Kopi yang Seharusnya Diminum Arka

    “Bukan itu maksudku!” “Terus?” “Maksudnya aku senang lihat kamu khawatir kehilangan aku, tidak salah kan?” “Terserah kamu sajalah, aku pusing.” Arka kembali terkekeh sambil menciumi tengkuk Kalila berkali-kali, pria itu memang kerap kali bersikap mesra. Meski sampai kini belum ada tanda-tanda kehidupan di rahim Kalila, tapi perlakuannya tidak pernah berbeda. “Stop, Arka. Masih ada hal yang harus aku kerjakan ...” “Ayolah, Lil. Ini akhir pekan, kenapa tidak santai-santai saja dulu?” “Aku ada target pribadi.” “Ya sudah, aku akan temani kamu.” “Tidak usah, kamu hanya akan ganggu aku.” “Kok tahu?” Kalila manyun ke arah Arka, lalu menyalakan laptop untuk mencicil pekerjaan. Dia berusaha untuk menepis pikiran negatif tentang pegawai Arka yang rajin memberi kopi kaleng itu. Semoga saja tidak ada guna-guna, batin Kalila resah. Jujur, dia tidak ingin pernikahannya dengan Arka gagal seperti pernikahan sebelumnya. Hari itu Kalila lumayan sibuk, outlet kebanj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18

Bab terbaru

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    162 (TAMAT) S2: Akad Nikahnya Batal?

    “Gio pasti mencariku!” Kalila agak kesulitan turun karena sudah mengenakan kebaya warna maron. “Kamu akan tetap di sini,” tegas Arka, mencekal pergelangan tangan Kalila. “Aku tidak bisa, mana ponselku? Aku harus pesan taksi!” “Aku bawa mobil, tidak usah pesan taksi.” Karena tidak ada pilihan lain, terlebih karena ponsel juga tidak dalam jangkauannya, Kalila terpaksa mengikuti saran Arka. Sebenarnya apa yang terjadi, batin Kalila saat mobil Arka mulai melaju. Dia ingat betul bahwa terakhir kalinya ada di gedung dan bersiap melangsungkan akad nikah dengan Gio, lalu saat berganti pakaian .... Sepertinya ada yang membekapku, sambung Kalila dalam hati. “Kenapa wajahmu tegang begitu?” tanya Arka memecah keheningan. “Tidak apa-apa!” Kalila buru-buru menggeleng. “Kamu ... hadir di acara Gio?” “Aku datang mewakili ayahku, tidak enak juga kalau tidak datang.” Kalila diam, ada setitik rasa curiga terhadap Arka. Namun, dia tidak ingin menampakkan rasa curiganya itu secara teran

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    161 S2: Pernikahan Tidak Bisa Terlaksana

    “Sudah terlambat, percuma saja.” “Kenapa percuma, Mas? Aku akan bujuk Lila kalau itu yang kamu inginkan!” Arka menoleh dan menatap Sofi dengan penuh benci. “Sudah ada laki-laki lain yang akan merujuk Lila, sepupuku sendiri!” Sofi tercenung. “Jadi ... kita sudah terlambat?” Arka mendengus, merasa muak dengan sikap Sofi yang terkesan lemah. “Tapi ... apakah Lila benar-benar tidak bisa dibujuk lagi?” “Bujuk saja kalau kamu bisa,” pungkas Arka datar. Sofi masih berdiri membeku dengan pakaian dinas yang melekat di tubuhnya. Sepertinya ini bukan saat yang tepat, pikir Sofi muram. Suasana hati Arka jelas sedang buruk, sehingga akan sangat egois jika dia tetap meminta keinginannya. “Arka, akhir-akhir ini ayah perhatikan kamu semakin parah saja.” Sandy berkomentar di hadapan Sania dan Sofi saat sarapan pagi. “Pergilah berlibur kalau memang kamu membutuhkannya.” Arka menatap Sandy dengan sorot mata redup. “Ayah tahu apa yang aku inginkan.” “Arka, kamu bukan anak kecil lag

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    160 S2: Arka Tidak Memiliki Hasrat?

    Ayah dan ibu Kalila saling pandang. “Kamu serius?” “Pernikahan ini tidak untuk main-main, kamu sadar?” “Aku sangat serius, dan aku sadar itu.” Gio menatap kedua orang tua Kalila bergantian. “Kamu pernah menduakan putri kami,” ungkit ayah Kalila, seolah hal itu belum lama terjadi. “Sekali lagi aku minta maaf, Yah. Tapi kali ini aku jamin, aku tidak akan mengecewakan Lila. Dia hanya jadi satu-satunya istri jika kami rujuk nanti.” Ayah Kalila menarik napas panjang dan tidak menjawab. “Lila sendiri bagaimana?” tanya ibu ingin tahu. “Kami sudah bertemu dan Lila menyerahkan sepenuhnya kepada Ayah dan Ibu.” “Kalau begitu kami juga harus membicarakannya dengan Lila terlebih dahulu,” pungkas ayah. “Kamu tidak bisa mengambil keputusan sepihak, karena nantinya Lila yang akan menjalani ini semua.” Gio mengangguk, menurutnya pertemuan ini tidaklah terlalu buruk dari yang dia bayangkan. Kalila sedang ikut mengepak pesanan reseller ketika ponselnya berdering nyaring. “Izin seb

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    159 S2: Jangan Mencari Kekuranganku

    Sesaat setelah mobil Gio melaju pergi, mobil Arka justru baru saja menepi di depan outlet Zideka. “Sepertinya Lila serius mau rujuk sama Gio,” gumam Arka nyaris putus asa. “Ya ampun, aku harus bagaimana?” Ingin rasanya Arka membuntuti mereka, tapi dia tidak kuat menyaksikan kebersamaan mantan istrinya. “Sudah kamu pertimbangkan matang-matang?” tanya Gio begitu dia dan Kalila sudah berada di dalam kafe miliknya. “Pertimbangkan apa?” “Rujuk lah!” Kalila mengerutkan keningnya. “Itu serius? Tidak, kan? Aku tahu kamu mengatakannya spontan saja karena terbatasnya waktu untuk berpikir, sekarang jadi seperti ini kan ...” Giliran Gio yang mengerutkan keningnya, dia tidak mengira jika Kalila menganggap apa yang dia katakan di media tempo hari adalah sebuah ketidaksengajaan. “Kita bisa menjadikannya benar-benar serius,” cetus Gio, tapi malah mendapat tatapan tajam dari Kalila. “Demi Noah, tentu saja!” imbuh Gio buru-buru supaya Kalila tidak salah paham. “Anak keci

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    158 S2: Laki-laki itu Sama Saja

    Kalila untuk sementara tidak mau pusing-pusing memikirkan berita yang beredar tentang dirinya dan Gio. Namun, tetap saja dia merasa kebingungan juga saat ibunya menelepon untuk mengonfirmasi kebenaran itu. “Kamu serius mau rujuk sama Gio?” Kalila menarik napas panjang, tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. “Belum pasti kok, Bu ...” “Kok belum pasti, bagaimana sih? Jangan jadikan pernikahan sebagai permainan, Lil!” “Bukan maksudku begitu, tapi memang semua ini serba mendadak dan belum pasti. Aku tidak menganggap serius ucapan Gio di depan media, mungkin biar meredam kesalahpahaman saja.” “Salah paham seperti apa sampai kalian harus bicara dusta di depan orang-orang?” Kalila lagi-lagi bingung jika harus menjelaskan kejadian yang bermula di rumah kontrakannya. “Ceritanya panjang, Bu. Mungkin Ibu bisa hubungi Gio karena dia pertama kali punya ide bilang rujuk di depan orang-orang,” usul Kalila, mau tak mau harus menumbalkan Gio.

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    157 S2: Kehadiran Gio Merusak Segalanya

    “Jelaskan ini, Dan! Apa maksudnya?” Dengan suara melengking miliknya, Soraya mengintrogasi sang putra begitu mereka bertemu. “Jelaskan soal apa, Bu?” “Itu, berita yang sedang beredar! Kamu bilang kalau kamu akan rujuk dengan mantan istri kedua kamu kan?” Gio menatap Soraya sekilas. “Doakan saja, Bu.” “Maksud kamu apa? Kalian betulan mau rujuk?” “Kalau memang itu takdirku, mau bagaimana lagi?” “Kamu jangan bercanda, Dan! Kalau kamu sudah ada keinginan untuk menikah lagi, kenapa tidak cari orang lain saja?” “Memangnya kenapa, Bu? Lila kan ibu dari anakku juga ...” “Tapi ibu tidak setuju! Apa kamu tidak ingat bagaimana dia berkeras untuk cerai dari kamu, jadi buat apa sekarang kamu rujuk sama dia? Buang-buang waktu, tenaga, dan pastinya uang!” Gio menarik napas. “Entahlah, kita lihat saja nanti. Setidaknya Lila bukanlah orang lain dalam keluarga kita.” Tidak puas dengan jawaban Gio, Soraya mencebikkan bibirnya. Susah payah dia mencarikan calon yang sesuai untuk Gio

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    156 S2: Anda Berdua Akan Rujuk?

    Kalila memijat-mijat kepalanya yang terasa pening, di sebelahnya ada Bik Nuri yang sedang menyeduh secangkir teh lemon untuknya. “Jangan terlalu dipikirkan, Nyonya. Saya saksinya kalau Nyonya dan Tuan tidak berbuat seperti apa yang mereka tuduhkan ...” hibur Bik Nuri seraya menghidangkan teh buatannya. “Tapi kan masalahnya mereka lihat sendiri bagaimana Tuan ada di rumah ini, kami tidur hanya dengan Noah sebagai pembatas ... Saya malu, Bik. Orang-orang di luar sana pasti berpikiran macam-macam tentang kami ...” Bik Nuri mengusap-usap bahu Kalila untuk meredakan kegelisahannya. “Kita memang tidak bisa memaksa orang untuk percaya dengan apa yang kita jelaskan, Nyonya. Mereka cenderung mempercayai apa yang mereka lihat saja,” ujar Bik Nuri. “Mungkin butuh beberapa waktu lagi sampai kejadian ini mereka lupakan ...” Kalila menatap tehnya. Apa mungkin mereka akan lupa kejadian tadi seiring berjalannya waktu? Dia tidak yakin karena beberapa orang dari mereka bahkan secara terang-ter

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    155 S2: Kalian Kumpul Kebo?

    Noah terbangun dengan kaget dan kebingungan melihat keberadaan banyak orang di depannya. “Sebentar, sebentar ... ada apa ini?” Gio yang baru terbangun dari tidurnya, tampak bingung dengan situasi ruang tamu yang kini penuh orang. “Ada apa, ada apa, ada yang mesum di lingkungan ini!” “Mesum?” “Jangan pura-pura tidak tahu, kamu bukan warga sini kan?” Melihat Noah yang bingung sekaligus ketakutan, Kalila mengisyaratkan kepada Bik Nuri untuk memeluknya. “Saya cuci muka sebentar,” kata Kalila tegas. “Tidak bisa begitu, kamu pasti mau kabur ya?” “Kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!” Suara-suara ribut terus terdengar di seluruh ruangan. “Paling tidak jangan membuat anak ini takut!” seru Bik Nuri sambil mendekap Noah erat-erat. “Ini hanya salah paham, berikan kesempatan pada majikan saya untuk menjelaskan. Paling tidak biarkan nyonya saya cuci muka dulu!” “Nanti dia kabur ...” “Untuk apa saya kabur? Rugi, saya sudah membayar sewa rumah ini

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    154 S2: Dikira Pasangan Mesum

    Ketika hari mulai malam, demam di tubuh Noah semakin meninggi. “Minum obat dulu, ya?” bujuk Kalila. “Habis ini Noah tidur ...” “Ayah kapan datang, Bu?” Kalila tidak segera menjawab. “Telepon ayah ...” pinta Noah pelan, wajah yang biasanya ceria itu kini terlihat sayu. Sumpah demi apapun, Kalila tidak tega melihat Noah sakit seperti ini. Apa dia betul-betul harus menelepon Gio? Tapi ini kan sudah malam, batin Kalila tidak mengizinkan. “Noah tidur dulu ya, besok baru ibu telepon ayah.” “Gak mau, aku mau ayah sekarang ...” Kalila tidak mendengarkan dan malah berbaring di samping Noah, di dekatnya sang putra dengan erat dan berharap panas itu berpindah ke tubuhnya saja. “Sama ibu dulu, nama Harus istirahat biar cepat sembuh.” “Mau ayah sekarang ... Ayah ...” Kalila terlihat bimbang, dia tentu segan jika harus menghubungi Gio malam-malam begini. Namun, melihat keadaan Noah yang sedang terbaring demam, membuatnya tidak tega untuk tetap menolak keinginannya. “Halo?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status