Share

Fitnah Ibu

Author: Ilyas One
last update Last Updated: 2022-06-15 14:05:59

KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULI

Part 4

"Nggak mungkin, Nay. Oke. Gini aja, gimana kalau uang nafkahnya aku tambahin lagi?" tanyaku membuat penawaran.

"Nggak! Aku nggak mau. Kalau kamu nggak mau ngasih aku yang kelola gaji kamu. Yaudah, aku sama Daffa mau pulang aja kerumah Abi."

Deg!

Apa Naya akan pulang kerumah orang tuanya? Terus siapa nanti yang akan mengurus semua kebutuhanku?

"Kamu ngancam aku?" desisku tidak percaya dengan ucapan Naya barusan. Bagiamana bisa dia mengancam aku dengan ancaman begitu.

"Aku serius, Mas!" tegasnya lagi.

"Cukup ya, Nay. Aku nggak mau bertengkar cuma gara-gara masalah sepele," ucapku menyudahi pembicaraan yang menurutku tidak ada ujungnya.

Kemudian aku berdiri dan berjalan ke dapur. Rencananya aku akan minum air putih banyak-banyak. Agar rasa laparku sedikit terobati.

"Sepele kamu bilang, Mas? Rumah tangga kita sedang tidak baik-baik saja, Mas." 

Naya kembali mengatakan sesuatu yang membuatku terpaksa berhenti melangkah. Kubalikkan tubuhku menghadap ke arahnya, menatap seksama. Menemukan dimana letak kesalahan yang membuat Naya bertingkah.

"Kamu jangan berpikir berlebihan. Rumah tangga kita baik-baik saja," ucapku kemudian kembali ke dapur untuk minum.

Sesaat setelah aku selesai minum, tidak kutemukan lagi Naya di sana. Mungkin dia sudah masuk ke dalam kamar. Aku segera menyusulnya masuk.

Benar dugaanku, Naya sudah tidur meringkuk di bawah selimut tebal kesayangannya. Aku segera mengambil langkah untuk segera tidur juga.

Rasanya sungguh tidak enak Naya bersikap acuh begini. Aku merasa seperti hidup sendiri dan Naya sebagai orang lain. Kutatap punggung Naya yang tidur membelakangiku.

Aku bukannya tidak mempercayai semua keluhan Naya tadi. Aku hanya tidak ingin semuanya semakin runyam. Bagaimanapun Naya adalah istriku. Dan Ibu adalah orang yang telah mengandung dan melahirkan aku.

Sebelumnya aku memang tidak pernah melihat adegan dimana Ibu dan Lela membuat semena-mena pada Naya. Hanya saja aku menemukan kebenaran di mata Naya tadi. Aku tau dia, karena dia istriku.

Sebagai seorang suami, sebenarnya aku ingin membuat Naya bahagia. Di sisi lain, aku juga ingin membuat Ibu bahagia. Seperti kejadian kemarin saat aku memberikan uang pada Lela dan Ibu.

Tidak ada seorang Abang yang ingin melihat adiknya kesusahan. Makanya aku memberikan uang untuk Lela. Jujur, aku tidak tau harus memihak kemana. 

Sepertinya aku memang harus bertemu dengan Ibu dan Lela. Untuk menanyakan kebenaran atas semua keluhan Naya tadi. Jika memang benar, aku harap mereka bisa berubah. Karena sikap mereka sedikit keterlaluan.

Kubalik tubuhku menghadap ke arah Naya. Merengkuh tubuh Naya ke dalam pelukan. Naya semakin kurus.

"Maafkan, Mas," bisikku pelan.

"Maaf," lirihku lagi sambil berusaha memejamkan mata. Tidak ada reaksi apa-apa, mungkin Naya sudah tidur.

Entah berapa lama aku tertidur dengan posisi memeluk Naya. Tiba-tiba saja aku terbangun karena perut terasa perih. Mungkin saja lambungku kambuh, karena malam ini aku belum makan nasi.

Kulepaskan dekapan Naya. Lalu aku turun dari ranjang. Mencoba meminum obat yang selalu tersedia di dapur.

Entah berapa gelas air yang sudah aku minum. Tapi tidak ada reaksi yang berarti. Kulirik jam yang menggantung di dinding rumah. Menunjukkan pukul sembilan malam. 

Sepertinya Ibu belum tidur. Aku akan kerumah Ibu untuk numpang makan. Dari pada lambungku semakin menjadi. Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai di depan rumah Ibu.

Tok Tok Tok!

"Assalamualaikum."

Aku mengetuk pintu rumah Ibu sambil memberi salam. Tidak lama setelahnya terdengar suara jawaban dari dalam.

"Waalaikumsalam."

"Eh, Man. Kok kamu kesini malam-malam. Mana hujan, masuk-masuk." Ibu terkejut saat melihatku datang malam-malam begini. Apalagi di luar sedang hujan.

Wajah Ibu terllihat sedikit lemas, mungkin tadi Ibu sudah tidur. Tapi bangun lagi karena aku datang.

Akupun masuk ke dalam rumah, tempat dimana aku tinggal dulu bersama Ibu dan Lela.

"Maaf, Buk. Aku ganggu malam-malam gini," ucapku ketika sudah duduk di sofa millik Ibu.

Dulunya ini sofa punya Naya. Dulu dia bekerja sebagai pengajar di pesantren millik Ayahnya. Dan ini adalah sofa yang dibeli dengan gaji pertamanya.

Namun ketika akan pindah kerumah yang kami tempati sekarang. Ibu melarang kami untuk membawa sofa ini. Alasannya karena dirumah Ibu belum ada sofa. Bukan hanya sofa ini sebenarnya, ada beberapa barang kami yang lainnya dilarang oleh Ibu.

Tapi dulu Naya hanya diam dan patuh sama permintaan Ibu. Makanya sekarang aku bingung, kenapa Naya bisa berubah menjadi pembangkang. Dia jadi susah diatur sekarang.

"Kamu kenapa? Bertengkar lagi sama perempuan itu?" tanya Ibu sambil menyuguhkan teh manis hangat padaku.

"Nggak, Buk. Ibu masak nggak? Aku lapar," tanyaku balik.

"Masak sih, tapi makanannya udah dingin," jawab Ibu.

"Nggak papa, asalkan lambungku tidak kambuh," jawabku sambil bangun dan berjalan ke dapur. Tidak lupa teh hangat tadi aku bawa sekalian. Karena akan aku minum setelah aku makan nanti.

Ibu terlihat menyusulku ke dapur. Dia membuka tudung saji di atas meja dan mengambilkan aku piring. Dengan cepat aku menerima piring itu dan mengambil sedikit nasi dan memakannya dengan lahap.

"Naya nggak masak?" tanya Ibu di sela aku makan.

"Masak, tapi…." Aku sengaja menggantungkan kalimat. Karena menurutku sepertinya ini waktu yang pas untuk aku menanyakan perihal keluhan Naya tadi.

"Tapi apa?" tanya Ibu penasaran.

"Katanya nggak ada beras," jawabku yang membuat wajah Ibu sedikit pias.

"Oh." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Ibu. Semakin membuatku curiga bahwa yang dikatakan Naya benar.

Setelah selesai makan, aku segera mencuci tanganku. Kemudian kembali duduk di tempat semula.

"Bu, aku mau nanya. Boleh?" tanyaku hati-hati. Aku hanya takut jika pertanyaanku nanti akan menyinggung perasaan Ibu.

"Tanya aja. Ngapain minta ijin segala," ucap Ibu. Dari kalimat Ibu barusan bisa kurasakan jika ada nada tidak suka.

"Apa benar Ibu dan Lela tadi ambil beras kami?" tanyaku lagi sambil tersenyum. Aku takut menyakiti perasaan Ibu. Karena semenjak Ayah meninggal, Ibu menjadi lebih sensitif.

"Dia ngadu apa aja ke kamu?" Bukannya menjawab pertanyaanku barusan, Ibu malah balik bertanya.

Aku menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Apa yang harus aku jawab. Tidak mungkin aku mengatakan semua keluhan Naya tadi. Bisa-bisa malah perang dunia ketiga.

"Nggak ada. Hanya itu," jawabku singkat.

"Tega sekali dia memfitnah Ibu dan Lela. Padahal Ibu dan Lela tadi kerumah hanya ingin menjengukku Daffa," ucap Ibu yang kini mulai terisak. Aku jadi merasa bersalah.

"Ibu tau semenjak dulu dia memang bukan menantu yang baik untuk keluarga kita. Makanya Ibu ngelarang kamu nikahin dia. Sekarang kamu lihat sendiri kan bagaimana dia memfitnah Ibu dan Adikmu?" Ibu kembali membuka suara.

"Aku juga nggak tau, Bu. Kenapa Naya bisa berubah kayak sekarang. Padahal dulu dia sangat nurut dan patuh sama aku. Tidak ada keluhan apapun tentang keuangan atau tentang Ibu dan Lela," keluhku sambil menyandarkan tubuhku pada kursi.

"Kayaknya Ibu tau kenapa istrimu berubah," ucap Ibu menyondongkan badannya kearahku.

"Maksud, Ibu?"

"Kamu sih. Jadi suami nggak tegas. Kamu tau nggak apa kebiasaan istrimu itu kalau kamu udah berangkat kerja?" tanya Ibu yang membuatku penasaran.

"Apa?" 

"Ibu dan Lela sering mergokin dia megang hp seharian. Dia kayak sedang ngetik gitu. Tapi Ibu dan Lela yakin kalau dia lagi chattingan sama laki-laki lain," ucap Ibu yang mengingatkan aku pada ponsel Naya tadi.

Benar yang Ibu katakan. Tadi saja aku melihat Naya mengacuhkan aku. Dia memegang ponsel entah mengetik apa. Dan juga, dia mulai memakai password pada pada ponselnya.

"Ibu yakin?" tanyaku memastikan.

"Yakin. Naluri seorang Ibu itu tidak pernah salah, Man. Nggak ada perubahan signifikan pada seseorang tanpa ada pengaruh dari pihak luar. Bisa saja kan dia bersikap seperti ini agar kamu merasa bersalah. Untuk menutupi kesalahannya pada kita." Kata-kata Ibu barusan mampu menggoyahkan kepercayaanku pada Naya.

"Jadi maksud Ibu, Naya selingkuh?" tanyaku menatap Ibu tak percaya.

"Ibu nggak mau nuduh. Tapi kan bisa jadi itu terjadi. Lagian ya, Man. Seseorang itu nggak mungkin bisa berubah dalam sekejap jika tidak ada pengaruh dari luar," jawab Ibu lagi yang semakin membuatku penasaran. Ingin rasanya langsung pulang kerumah dan mengecek langsung ponselnya Naya.

Karena jika orang punya penyakit lambung sepertiku. Berita semacam ini sangat berpengaruh terhadap pemicu kambuhnya penyakit. Apalagi ini menyangkut rumah tanggaku.

"Kadang nih ya, Man. Bisa saja itu trik dari istri kamu. Biar rumah tangga kalian bubar, terus dia bisa nikah lagi deh sama laki-laki lain," lanjut Ibu lagi.

Aku jadi teringat tentang kata-kata Naya tadi. Saat dia mengatakan ingin pulang ke rumah Abi. Aku mengepalkan tangan kuat, ini tidak bisa dibiarkan.

"Jadi aku harus gimana, Bu?" tanyaku bingung.

"Ya kalau dia minta ceria kamu ceraiin aja. Lagian Ibu nggak suka sama dia," ucap Ibu yang spontan membuatku menggeleng kepala kuat.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
wong tuwo gendeng
goodnovel comment avatar
Ronggur Milae
inilah suami biadab
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Berhenti Naya

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 5"Kadang nih ya, Man. Bisa saja itu trik dari istri kamu. Biar rumah tangga kalian bubar, terus dia bisa nikah lagi deh sama laki-laki lain," lanjut Ibu lagi.Aku jadi teringat tentang kata-kata Naya tadi. Saat dia mengatakan ingin pulang ke rumah Abi. Aku mengepalkan tangan kuat, ini tidak bisa dibiarkan."Jadi aku harus gimana, Bu?" tanyaku bingung."Ya kalau dia minta ceria kamu ceraiin aja. Lagian Ibu nggak suka sama dia," ucap Ibu yang spontan membuatku menggeleng kepala kuat."Percuma, Buk. Mau Ibu bilang apapun tentang Mbak Maya, Bang Arman nggak akan percaya," celutuk Lela yang tiba-tiba keluar dari kamarnya."Iya, Ibu tau. Tapi kan Ibu cuma mengingatkan Abangmu. Kalau cuma dijadikan angin lalu yowes nggak papa," balas Ibu sambil mencebik mulutnya.Tidak ada yang bisa aku lakukan. Lebih baik aku diam saja, daripada masalah bertambah runyam. Pikiranku sangat kacau saat ini.Di satu sisi aku seperti meyakini jika yang dikatakan oleh Ibu barusan

    Last Updated : 2022-06-15
  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Akting

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 6POV Naya"Iya, aku kan kamu nikahi untuk jadi Irt sekaligus ART," jawab Naya halus tapi menyakitkan."Kamu nyindir aku?" Aku kembali membalikkan badan melihat kearahnya dengan tatapan tajam."Nggak, emang kamu ngerasa?" tanyanya balik yang membuatku tertegun."Kamu tau nggak kesalahan kamu hari ini banyak banget," bentakku."Dengar ya, Mas. Aku itu capek tau nggak. Aku capek selalu peduli sama kamu. Aku itu capek bersikap baik seperti pengemis. Padahal kamu itu suamiku, tapi rasanya seperti orang lain!"Deg!*********Surga perempuan ada pada Ibunya. Namun ketika dia sudah menikah, surganya ada pada suaminya. Sebaliknya, surga seorang laki-laki tetap berada pada Ibunya. Sampai kapanpun.Itulah kata-kata yang selalu diucapkan oleh Ibu mertua padaku. Tidak pernah sekalipun kata-kata itu terlewatkan dari bibirnya.Jika dulu aku hanya menunduk dan mengangguk semua perintahnya. Tidak dengan sekarang. Aku sudah lelah, aku tersiksa.Setelah pertengkaran ta

    Last Updated : 2022-06-21
  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Siapa yang Durhaka?

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPOV NayaPart 7"Ingat, Bu. Sampai kapanpun aku akan tetap mempertahankan rumah tanggaku. Selama Mas Arman tidak main perempuan, berjudi dan melakukan kekerasan," tegasku sambil menunjuk kearah Ibu."Kamu akan segera bercerai dengan Arman!" teriak Ibu lagi sambil maju menarik kerah bajuku."Ada apa ini?" Tiba-tiba Mas Arman masuk ke dalam rumah yang membuat kami terkejut.Melihat situasi yang menegangkan, aku langsung menjatuhkan diriku sendiri ke lantai. Seakan-akan Ibu mendorongku dengan kuat, agar Mas Arman bisa menilai sendiri bagaimana perlakuan Ibu padaku."Auw…." ringisku pura-pura kesakitan."Ibu! Apa yang Ibu lakukan!" Mas Arman membentak Ibu yang gelagapan."Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Man," ucap Ibu berusaha menjelaskan semuanya.Sepertinha Mas Arman tidak memperdulikan penjelasan Ibu. Dia menghampiri dan memegang kedua tanganku untuk berdiri kembali."Kamu nggak papa?" tanya Mas Arman saat aku sudah berdiri kembali.Aku hanya menjawab

    Last Updated : 2022-06-21
  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Lelah Batin

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 8POV Naya"Berhenti kamu. Kalau kamu mau saya maafkan, sekarang juga cium kaki saya dan minta maaf," lirih Ibu mencengkal tanganku.Tangisan Daffa semakin menjadi, tapi aku tidak bisa pergi karena dihadang oleh Ibu. Mas Arman mengangguk padaku, tanda dia menyuruhku untuk bersujud di kaki Ibu.Aku memegang tangan Ibu dengan tanganku yang satu lagi. Kemudian aku melepas cekalan tanganku."Maaf, Bu. Saya tidak salah, dan untuk saat ini. Menggendong Daffa lebih penting daripada bersujud di kaki orang yang memfitnahku," tegasku kemudian langsung berjalan cepat ke kamar.*Setelah pertengkaran tadi, akhirnya Ibu pulang setelah Mas Arman memaksa. Dari dalam kamar aku bisa mendengar jika Ibu ingin mengatakan sesuatu. Tapi Mas Arman menolak mendengar, karena sedang terburu-buru katanya.Aku kembali menagis mengingat jalan hidup yang harus aku alami. Kuusap lembut surai hitam Daffa."Sabar, Nak. Semua akan baik-baik saja, ada Ibu," gumamku pelan sambil mengecu

    Last Updated : 2022-06-21
  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Siapa Bu Narsih

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPOV NayaPart 9"Nay, aku mau ngomong," ucap Mas Arman padaku."Ngomong aja," jawabku ketus."Besok kamu kerumah Ibu untuk meminta maaf. Agar hubungan kalian segera membaik, aku capek terus begini," lirih Mas Arman yang membuatku tersenyum sambil menangis.Setelah memastikan Daffa sudah tidur. Aku bangkit dari pembaringan. Menatap Mas Arman dengan rasa tidak percaya. Inikah laki-laki yang kupilih menjadi suami?"Kamu pikir cuma kamu yang capek, Mas? Kamu pikir cuma kamu yang lelah? Aku juga. Aku hampir gila menghadapi Ibu dan Adikmu itu," tampikku geram."Apa susahnya sih kamu minta maaf, Nay? Kamu cuma perlu datang dan bilang 'maaf'," jawab Mas Arman mengangkat kedua tangannya sambil menggoyangkan kedua jarinya seperti tanda petik."Susah, menurutku itu susah. Kalau kamu mau aku minta maaf, itu akan selamanya menjadi harapan kalian," ucapku pelan kemudian berjalan mengambil ponsel yang dari tadi aku charger.Rencananya aku akan melanjutkan beberapa bab ma

    Last Updated : 2022-06-22
  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Ancaman Ibu

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 10POV Naya"Mpok, Bu Narsih siapa?" tanyaku penasaran setelah beberapa orang di sini sudah pulang."Eump… itu." Mpok Atik terlihat gugup saat aku menanyakan siapa Bu Narsih."Mpok, ini berapaan? Sama tolong parutan kelapanya satu ya," ucap seorang Ibu-ibu yang membuat perhatian Mpok Atik beralih."Iya, Buk. Saya parut sekarang," jawab Mpok Atik pergi meninggalkan aku dan Ibu-ibu tadi. Suara mesin parut kelapa nyaring terdengar. Membuat Daffa merasa tidak nyaman, apalagi sekarang sangat panas.Aku memilih pulang saja kerumah, nanti jika warung Mpok Atik sedang senggang akan aku tanyakan kembali.*Setelah selesai memasak, aku memilih menidurkan Daffa sambil mengASIhi. Kutepuk pelan punggungnya agar dia segera tertidur.Tidak sadar aku hampir saja tertidur bersama Daffa. Sayup terdengar suara gaduh dari luar, siapa ya siang-siang begini."Tidak bisa, Bu. Barang ini COD, jadi bayar dulu kalau mau nerima," ucap seorang laki-laki di depan rumahku."Saya I

    Last Updated : 2022-06-22
  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Rumah Warisan

    Jangan Lupa Subscribe dan Follow ya sahabat! 💜😘KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 11POV Naya"Jangan macam-macam ya kamu. Kamu itu cuma anak kemarin sore yang menikah lalu jadi bagian keluarga yang tidak diharapkan. Jadi jangan pernah ungkit nama wanita itu lagi," teriak Ibu berang.Aku terkejut melihat reaksi Ibu. Di luar dugaan, aku pikir Ibu akan melemah karena aku tahu rahasianya. Tapi nyatanya malah seperti ini."Siapa yang mengatakannya padamu? Si Atik itu? Tunggu saja dia akan mati di tanganku," teriak Ibu lagi sambil melipat lengan bajunya.Aku hanya bisa menelan Saliva yang terasa kering. Astaghfirullah, apa yang harus aku lakukan."Kenapa Ibu terlihat sangat marah? Siapa sebenarnya Bu Narsih?" Jujur saja, sebenarnya aku sangat takut jika Ibu marah. Karena dia termasuk perempuan yang barbar.Dulu ketika pertama kali aku dikenalkan oleh Mas Arman pada Ibu dan Lela. Perasaanku sudah merasa tidak enak. Bagaimana tidak, Ibu masih terlihat muda dan awet."Kamu nggak tau siapa N

    Last Updated : 2022-06-24
  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Tamparan untuk Lela

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 12POV ArmanBrak!Aku melempar tas kerja ke sembarang arah. Moodku benar-benar buruk akhir-akhir ini. Bagaimana tidak, banyak sekali keluhan Ibu dan Lela tentang Naya. Ketika aku menegur Naya, yang ada malah keluhan balik yang disampaikan.Aku mengusap wajah dengan kasar. Jika aku membela Ibu, maka Naya mengancam akan pergi dari rumah ini. Tapi jika aku membela Naya, maka aku akan disebut anak durhaka.Entah mengapa satu bulan ini Naya menjadi lebih agresif. Dia tidak lagi mau mengalah pada Ibu dan Lela. Padahal apa susahnya dia pergi kerumah Ibu dan meminta maaf sebagaimana mestinya.Benar kata Ibu, tidak mungkin dia yang kesini lalu meminta maaf pada Naya, menantunya sendiri. Ini bukannya minta maaf, Naya malah semakin membuat masalah.Seperti tadi, Lela mengirimkan aku foto mobil anak aki. Mobil yang harganya sekitar tiga juta. Lela mengatakan jika mobil itu hadiah ulang tahun untuk Daffa yang belikan oleh Naya.Pertamanya aku tidak yakin jika Nay

    Last Updated : 2022-06-24

Latest chapter

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Tamat!

    "Tidaak! Jangan kubur anak saya. Dia masih hidup!" Tiba-tiba Ibu datang dan berteriak dari jauh. Kami semua terkejut dan melihat Ibu yang datang dengan penampilan yang sangat berantakan.Wajahnya merah, bahkan Ibu tidak memakai jilbab. Padahal tadi Umi sudah menyerahkan satu set gamis beserta jilbab. Agar Ibu bisa menutup aurat di acara pemakaman Lela."Stop. Kalian semua pembunuh. Jangan kubur Lela, dia masih hidup. Lelaaa!" teriak Ibu sambil terisak. Terpaksa acara pemakaman Lela dihentikan. Pak Hartono yang dari tadi terdiam, berjalan menghampiri Ibu yang sedang berontak karena dipegang oleh beberapa santri."Cukup, Jubaidah! Jangan buat masalah lagi. Lela sudah tenang, relakan," tegas Pak Hartono sambil memegang kedua bahu Ibu."Tidak. Lela anakku masih hidup. Kalian semua pembunuh," sungut Ibu yang membuat suasana semakin menegang.Beberapa pelayat ada yang bingung dengan kejadian ini. Ada di antara mereka yang langsung pulang karena proses pemakaman terlalu lama."Diam. Tolong

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Menjadi Gila

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 72POV Naya"Ibu mertuamu dimana, Nay? Apa dia tidak ingin mencium Lela untuk terakhir kalinya?" tanya Umi padaku. Saat ini jenazah Lela sudah dirumah Umi dan Abi. Tadi saat di rumah sakit Ibu berkali-kali pingsan karena tidak sanggup kehilangan Lela.Dia berbicara antara sadar dan tidak sadar. Ibu terus meracau memanggil nama Lela. Sesekali Ibu tertawa sendiri, kemudian kembali menangis. Makanya tadi saat dirumah sakit, aku memutuskan untuk naik mobil ambulans menemani jenazah Lela.Sedangkan Ibu, pulang bersama Mas Arman. Ibu lebih tenang jika berada di dekat Mas Arman daripada Pak Putra dan Pak Hartono. Padahal mereka adalah keluarga kandung Ibu. Mungkin karena efek sudah lama tidak bertemu dan bersama. Makanya Ibu juga merasa asing dengan mereka. Begitu juga sebaliknya, walaupun ada gurat kecewa di wajah Pak Putra.Apalagi saat Ibu mengatakan jika dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Wajah Pak Putra dan Pak Hartono langsung memerah

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Frustasi 2

    Ketika Istri Berhenti PeduliPak Putra mengambil kembali ponselnya dari tanganku. Sedangkan aku masih berdiri di sampingnya karena syok. Bagaimana bisa ada dua orang yang sangat mirip tapi tidak kembar."Dia Widya. Tapi kamu tenang saja, saya tau kamu sudah menikah dan memiliki anak," ucap Pak Putra dengan nada suara yang lebih tenanSetelahg. Sepertinya dia sudah jauh lebih baik dari tadi."Apakah Widya memiliki orang tua atau keluarga?" tanyaku pada Pak Putra yang sedang menyimpan ponselnya di dalam saku jaket kulit miliknya."Iya, dia sama seperti kamu. Anak tunggal, hanya saja kedua orangtuanya sudah pindah ke luar negeri setelah dia meninggal," jawab Pak Putra menjelaskan."Kenapa kami bisa sangat mirip, padahal kami tidak memiliki hubungan darah," aku terus memikirkan bagaimana wajahku bisa sangat mirip dengan wanita itu."Entahlah, kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin bukan?" jawab Pak Putra yang membuatku beristighfar.Kenapa aku tidak berpikir seperti Pak Putra. Padahal j

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Frustasi

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 71POV NayaKami masih menangis di depan kamar Lela. Sedangkan di dalam ada dokter dan beberapa perawat yang sedang melakukan pemeriksaan. Walaupun kami tau jika Lela sebenarnya sudah tiada. Tapi Dokter pasti akan tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Mataku sembab dan terasa sangat lelah. Mas Arman masih menangis sesenggukan di sampingku. Sedangkan Pak Putra hanya diam dengan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak terlihat sedih atau merasa kehilangan. Ya wajar menurutku, karena dia tidak pernah dekat dengan Adiknya itu. Bahkan dia malah membencinya karena sikap Lela tempo hari.Tapi jauh di dalam sini, aku berucap pada diriku sendiri. Jika aku sudah memaafkan semua kesalahan Lela padaku. Semua dendam yang pernah tertanam di dalam hati. Kini sudah hilang, tidak ada lagi dendam ataupun kebencian pada Lela.Kini aku malah teringat dengan Diki, dia telah menjadi yatim di usia balita. Mau menghubungi Herman juga aku tidak mempunyai nomor teleponnya. B

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Meninggal 2

    "Maksudnya gimana ya, Pak?" tanya Mas Arman tersenyum aneh. Aku juga merasa aneh dengan sikap mereka dari tadi."Jadi dulu, setelah dia melahirkan Putra. Dia pamit karena suatu urusan. Dan setelah itu dia tidak pernah kembali lagi pada kami. Di menghilang bak ditelan bumi. Saya pikir dia sudah meninggal, karena tidak kunjung kembali. Tapi nyatanya, dia masih hidup. Walaupun kami dipertemukan dengan cara seperti ini. Tapi itu cukup membuat saya bahagia. Ternyata anak saya masih hidup dan sudah mempunyai anak di tempat lain. Kamu adalah cucu saya juga." Pak Hartono menjelaskan semuanya sehingga membuat aku dan Mas Arman terkejut. Berarti Ibu masih mempunyai keluarga. Dan tidak main-main, dia punya keluarga yang sangat kaya raya."Anda sedang tidak bercanda kan, Pak?" tanya Mas Arman memastikan."Saya serius. Kamu bisa tanyakan lagi nanti sama Ibu. Dia akan siuman sebentar lagi. Tadi terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang. Karena dia terus menangis memanggil anaknya," jelas Pak Hart

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Meninggal

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 70POV NayaKami berlari mengejar langkah dokter yang semakin menjauh. Perutku rasanya sedikit nyeri bagian bawah karena berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ternyata Lela sudah dibawa kembali ke ruang operasi.Aku dan Mas Arman menunggunya dengan harap-harap cemas. Jujur, jika ditanyakan apakah aku membenci Lela. Jawabannya iya, karena dari dulu dia menginginkan aku berpisah dari Mas Arman. Dia selalu menghasut supaya Mas Arman menceraikan aku. Apalagi setelah kejadian kemarin, ketika dia ingin menjualku pada laki-laki hidung belang. Rasa benciku semakin bertambah-tambah rasanya.Tapi jika sekarang ada yang menanyakan, apakah aku mencemaskan Lela. Jawabannya juga iya, aku sangat mencemaskan dia. Jujur, saat ini aku sungguh menginginkan dia untuk sembuh kembali. Walaupun setelah dia sembuh dan sehat dia akan menggangu hidupku. Rasanya aku rela, karena melihat penderitaan yang dia alami sekarang membuatku sadar. Jika doaku selama ini mungkin telah dik

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Lela pendarahan

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 69POV Naya"Baik, Pak. Kami akan segera ke sana. Terimakasih banyak informasinya." Entah dengan siapa Mas Arman bicara di telepon. Sepertinya sangat serius, terlihat jelas raut wajah Mas Arman yang seperti tegang atau terkejut.Aku kembali menyiapkan makan siang. Hari ini aku sengaja membuat menu sederhana makanan kesukaan Mas Arman. Katanya dia sudah lama sekali tidak makan beberapa sayuran dengan lalapan terasi. Dulu ketika kami masih duduk di rumah yang sudah terjual. Aku sering membuatkan Mas Arman makanan kampung seperti ini.Tapi semenjak Daffa lahir, aku jadi jarang ada waktu untuk bersuka ria di dapur. Umi dan Abi tadi pagi pamit untuk pergi ke acara khitanan anak saudara Abi. Sekalian mereka mengajak Daffa ikut serta. Padahal hari ini rencananya aku akan mengajak Mas Arman dan Daffa untuk jalan-jalan ke pantai. Hanya saja Daffa lebih memilih pergi bersama Kakek dan Neneknya.Aku hanya bisa pasrah saat melihat Daffa lebih memilih Umi daripada

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Menolak takdir

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 68POV Putra"Wira, Lo bisa ngerjain ini nggak? Soalnya mendadak ada telepon dari pihak hotel." Aku yang sedang repot dengan semua pekerjaan di kantor terpaksa meninggalkannya pada Wira–sahabatku."Kok mendadak?" tanya Wira saat aku sedang bersiap-siap."Iya, barusan Kakek telpon. Katanya di gudang belakang hotel itu terjadi penyekapan pada seorang wanita gitu. Dan kondisinya parah banget, mana gudang itu milik Kakek juga," jawabku pada Wira yang menunggu penjelasan."Astaghfirullah, yaudah Lo hati-hati ya. Biar ini Gue yang urus," balas Wira mengambil alih pekerjaanku."Tengkiyu, Bro. Nanti kalau udah siap Gue langsung balik sini lagi," pamitku seraya melangkah keluar dari ruangan Wira."Santai aja, Bro." Aku berjalan dengan sedikit tergesa, karena ini adalah masalah besar yang harus aku hadapi sendiri. Untung saja ini hari Minggu, jadi aku bisa keluar dari kantor. Karena akan diadakan event ulang tahun kantor, makanya aku dan Wira harus berkerja le

  • Ketika Istri Berhenti Peduli   Bertemu kembali

    KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 67"Lela!" teriakku saat melihat tubuh Lela yang tergeletak begitu saja di lantai. Seluruh tubuhnya terlihat lebam-lebam, bahkan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan darah segar. Segera aku buka ikatan tangan dan kaki Lela. Aku sangat panik, bagaimana jika Lela sudah meninggal. Tidak, dia tidak boleh meninggalkan aku sendirian di dunia ini. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi."Tolooong!""Tolong!" Aku berteriak sekuat tenaga, hingga akhirnya beberapa polisi datang dan langsung menolong kami.Segera aku membuka sweater yang menempel ditubuh kemudian menutup bagian tubuh Lela yang sensitif. Air mataku terus mengalir tanpa henti. Rasanya aku sudah sangat lelah hari ini."Hati-hati, Pak. Dia tidak memakai baju," ucapku lirih pada beberapa anggota polisi yang sudah masuk. Mereka menggangguk paham, kemudian salah satu di antara mereka melepaskan jaket. Kembali menempelkan jaket tersebut pada tubuh Lela yang masih terlihat polos.Salah satu anggota pol

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status