Share

Mama Harus Kuat

Author: YuRa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku mengajak Angga dan Anggi jalan-jalan ke mall, sekedar refreshing dan makan-makan. Sangat menyenangkan jalan-jalan bersama anak-anak. Mereka juga terlihat senang. Hari ini aku sengaja mencari keperluan bayi untuk kado temanku yang baru saja melahirkan. Melihat pernak-pernik bayi, jadi ingin punya bayi lagi. Lucu-lucu semua.

"Bu, lihat ini. Lucu sekali, kalau ada yang besar, Anggi mau beli kayak gini," kata Anggi sambil menunjukkan sepatu bayi yang berwarna pink.

"Jadi bahan tertawaan, Dek, kalau pakai kayak gitu. Haha…." ledek Angga.

"Ya untuk dipakai di rumah," sanggah Anggi.

"Ngapain di rumah pakai sepatu? Apa nggak lembab kakinya."

"Ah, Kak Angga ini meledek saja kerjanya."

Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar mereka berdebat. 

"Bude, ngapain disini? Nyari perlengkapan bayi juga ya?" Kudengar suara Anggi menyapa sese

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
part ini bener nguras hati ini ikut2 sedih sampe ikut nangis juga .merasakan gimana suami nya selingkuh sampe lupa anak dn istri nya g pulang2 semoga orang2 itu mendapat karma nya ..kmu yg sabar y ..
goodnovel comment avatar
Tukiyo Kasman
karma pasti ada
goodnovel comment avatar
Yung
semoga karma cepat menyerang mereka yg berhianat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Berbohong Demi Kebaikan

    Aku mendapat kabar kalau bapakku dirawat dirumah sakit. Aku berusaha menelpon Mas Fandi tetapi tidak diangkat. Akhirnya aku dan anak-anak berinisiatif mendatangi rumah Leni."Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam."Waalaikumsalam." Ada anak laki-laki seusia Anggi membuka pintu. Mungkin anaknya Leni."Siapa Dani?" Ada suara Leni bertanya pada anak yang bernama Dani.Berarti Dani ini yang dulu selalu muncul di hp Mas Fandi. Mas Fandi yang memberi nama Dani pada kontak Leni. Bodohnya aku, berarti sudah lama dibohongi oleh Mas Fandi."Ada Mas Fandi?" tanyaku pada Leni."Ada Mbak, ayo masuk dulu!" kata Leni"Nggak usah, kami disini saja." Aku dan anak-anak didik di teras rumah Leni."Ngapain datang ke sini? Mau mengacau ya?" Tiba-tiba adik Leni nongol dari dalam."Maaf aku nggak ada urusan sama kamu!

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Jangan Bohong Padaku, Mbak!

    Malam ini hanya aku yang menunggu bapak. Ibu dan anak-anak ada di rumah. Sejak datang kesini aku belum pulang ke rumah Bapak, aku yang menunggu Bapak dua puluh empat jam. Karena aku tidak bisa mendampingi beliau di hari-hari biasa, makanya sekarang aku siap mendampingi beliau.Pagi ini kulihat Bapak sudah semakin sehat saja, tidak pucat seperti kemarin. Semoga hari ini Bapak bisa pulang dan beristirahat di rumah."Assalamualaikum, Bapak! Gimana kabar Bapak?" tanya perawat yang masuk ke kamar Bapak."Waalaikumsalam, baik Mbak," jawab Bapak."Saya periksa dulu ya, Pak?" kata perawat sambil bersiap memeriksa Bapak. Bapak mengangguk."Alhamdulillah, kondisinya semakin membaik. Nanti tunggu dokter visit ya, Pak? Beliau yang memutuskan Bapak boleh pulang atau tidak! Saya permisi dulu," kata perawat lagi."Terimakasih, Mbak" jawabku."Ayo,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Ibu Datang

    Sudah hampir satu Minggu aku di rumah Bapak. Hari ini Mas Fandi mau menjemputku. Ia tidak mengizinkanku pulang menyetir sendiri.Pulang dari kantor, langsung naik travel ke rumah Bapak. Menjelang Maghrib baru sampai. Besok pagi kami akan pulang.Bapak dan mas Fandi berbincang-bincang santai. Aku masuk kamar menyiapkan keperluan untuk pulang besok. Tak lama kemudian Mas Fandi masuk ke kamar."Anak-anak nggak apa-apa kan waktu Papa tinggal tadi? Berani kan mereka hanya berdua saja?" tanyaku pada Mas Fandi."Jangan khawatir, Ma, mereka sudah besar, hebat dan kuat seperti mamanya," kata Mas Fandi pelan."Terimakasih ya, Pa? Sudah mau menutupi masalah kita di depan Bapak dan Ibu," kataku lagi.Mas Fandi langsung memelukku dengan erat."Ma, maafin Papa ya? Papa sangat mencintai Mama. Dengan Leni hanya senang sesaat saja. Yang Papa lakukan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Tamu Yang Tidak Sopan

    Aku mendekati Lana yang seperti kesetanan berteriak memanggil namaku."Ada perlu apa kemari?" kataku. Kulihat Lana dengan wajah emosi. Enak saja, datang ke rumah orang seperti mau mengajak berkelahi."Mana Mas Fandi," kata Lana dengan nada keras."Hei kalau bertamu itu yang sopan!" sahut Ibu yang ada di belakangku."Nggak usah ikut campur deh, Bu! Aku perlu sama Mas Fandi. Mana dia?" jawab Lana dengan nada ketus."Tidur, emang kenapa?" kataku dengan nada kesal."Kamu apakan Mas Fandi, sudah beberapa hari nggak pulang, ninggalin istrinya yang hamil tua." Lana berkata dengan ketus. Ia menatap t

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Lelah Jiwa Raga

    Drtt ...drtt...ponsel Mas Fandi berbunyi terus, yang menelpon bergantian yaitu Mbak Sisi dan Lana."Ponsel bunyi terus kok nggak diangkat Nis!" kata Ibu yang muncul dari kamar."Ponsel Mas Fandi, Bu. Yang menelpon Mbak Sisi dan Lana," kataku.Drtt...drtt..."Sini Ibu yang menjawab telponnya," kata Ibu.Aku menyerahkan ponsel Mas Fandi pada Ibu."Halo""........""Sampaikan sendiri!""........""Bukan urusanmu!" jawab Ibu sambil memutuskan panggilan.Aku diam tidak berani bertanya.Menjelang Ashar, Mas Fandi dan anak-anak baru saja pulang. Bahagianya aku melihat mereka senang dan bahagia. Seandainya masalah itu tidak datang. Ah sudahlah, semua sudah terjadi."Senangnya yang baru dibelikan ponsel dan lapt

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Bad Mood

    "Enak ya kalau Eyang disini. Eyang rajin bikin camilan," kata Anggi ketika kami berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati pisang coklat yang Ibu buat."Iya, nggak perlu jajan lagi," kata Angga yang dari tadi tidak berhenti mengunyah."Hayo kalian sudah habis berapa makanannya. Satu buah seribu lho. Nanti bayar uangnya sama Eyang," kataku menggoda mereka."Kamu ini ada-ada saja Nis," kata Ibu tertawa.Indahnya kumpul bersama keluarga. Sayangnya tidak ada mas Fandi.Sore ini Mas Fandi pulang ke rumah, setelah pulang dari kantor."Assalamualaikum." Mas Fandi mengucapkan salam."Waalaikumsalam," kataku menyambut Mas Fandi.Mas Fandi mendekati Ibu dan anak-anak. Anak-anak yang tadinya masih tertawa-tawa langsung terdiam, Ibu pun juga diam."Mau kopi, Pa?" tanyaku memecah keheningan.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Pengacau Datang

    Aku pulang kantor sudah ada Mbak Sisi dirumah."Kapan datang, Mbak?" tanyaku basa-basi."Nggak usah basa-basi," jawab Mbak Sisi dengan ketus.Darahku langsung naik. Pagi-pagi sudah dibuat bad mood, pulang kantor kondisi capek mak lampir sudah nongol di rumah. Ditambah jawaban yang membuat orang emosi. Aku tarik napas dalam-dalam, biar emosiku turun."Sisi, ditanya baik-baik kok jawabnya kayak gitu," kata Ibu marah."Dia kan nanyanya basa-basi Bu!" jawab Mbak Sisi."Masih bagus Anis mau nanya, daripada kamu langsung diusir!""Ibu membela Anis terus. Yang jadi anak Ibu itu siapa? Sisi atau Anis?""Ibu membela yang benar!" jawab ibu."Maaf Bu, Anis ke dalam dulu," kataku sambil berjalan menuju ke kamar.Aku langsung mandi untuk menyegarkan badan dan pikiran, sebelum berhada

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Mendua   Sama-sama Pelakor

    Hari ini pulang dari kantor aku dan Sandra mampir ke mall untuk belanja bulanan. Banyak yang akan aku beli, karena semenjak Ibu di rumah selalu membuat cemilan, jadi aku menyediakan bahan-bahan yang mungkin diperlukan Ibu."Banyak sekali belanjaanmu, Nis?" tanya Sandra."Iya, San. Ibu di rumah sering buat makanan, makanya aku beli macam-macam bahan. Biar Ibu berkreasi dengan bahan yang ada.""Ibu mertuamu baik ya, Nis.""Alhamdulillah, sudah seperti ibuku sendiri."Kami kembali asyik mencari bahan yang lain."Lho Pak Hasan nyari apa? Sama siapa?" kata Sandra menyapa seseorang.&

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Ending

    Suara azan subuh membangunkanku dari tidur dan mimpi. Mimpi yang sangat indah, eh mimpi atau kenyataan ya? Sebuah tangan masih melingkar di tubuhku, ah tentu saja tangannya Mas Rayhan, suamiku tercinta. Perlahan aku singkirkan tangannya, ternyata dia malah semakin mengeratkan pelukannya. Badanku terasa sangat remuk redam, karena permainan panas kami berdua tadi malam. Benar-benar luar biasa. Aku berusaha bangkit dari tidurku, tapi masih ditahan tangan Mas Rayhan."Nanti saja bangunnya," kata Mas Rayhan sambil mengeratkan pelukannya."Aku mau mandi, Mas. Salat subuh.""Sebentar lagi. Mas masih mau memelukmu. Sekali lagi ya?" pinta Mas Rayhan dengan tangan mulai bergerilya.Aku hanya bisa mengangguk pasrah. Mas Rayhan masih bersemangat melakukannya. Permainannya luar biasa, aku dibuatnya tidak berdaya."Aah..aah." Aku terus mendesah, menikmati surga dunia.

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Malam Pertama

    Rumah terasa sangat sepi hanya kami berdua saja. Aku membereskan barang-barang yang masih berantakan. Dibantu Mas Rayhan, semua sudah tampak bersih lagi. Malam ini aku berencana akan tidur di rumah Mas Rayhan. Beberapa pakaian dan keperluanku sudah aku bawa kemarin. Tentu saja tidak semua barang aku bawa, hanya keperluan pribadi saja.Tak terasa sudah azan magrib, kebetulan aku sudah selesai mandi. Segera aku dan Mas Rayhan meninggalkan rumah ini.Setelah mengunci pintu rumahku, akhirnya aku dan Mas Rayhan pindah tempat tinggal.Mas Rayhan sedang mandi ketika aku selesai salat magrib. Ia tidak mandi di rumahku karena memang tidak pakaian ganti. Mas Rayhan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk. Tampak tubuh kekarnya yang belum pernah aku lihat. Dadaku menjadi berdebar-debar. Aku tetap memperhatikan Mas Rayhan, kemudian ia melepaskan handuknya dan memakai celana dalam. Aku merasa sangat malu, kemudian ia menoleh padaku,

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Sah

    Aku terbangun dari tidurku, jam menunjukkan pukul empat pagi. Kulihat Anggi masih pulas terbuai mimpi. Aku keluar dari kamar menuju ke dapur karena merasa sangat haus. Kulihat Indra, suami Resti, dan Angga masih tertidur di depan televisi. Keluargaku memang sedang menginap di rumahku.Sampai di dapur, kulihat Ibu sedang memasak air."Bu, kok sudah bangun?" tanyaku, sambil mengambil air putih."Ibu memang terbiasa bangun jam segini.""Apa Ibu nggak nyenyak tidurnya?""Kalau sudah setua Ibu, tidur nyenyak itu nggak lama. Paling hanya beberapa jam saja."Aku pun duduk bersama Ibu."Kamu sendiri nyenyak nggak tidurnya? Atau malah nggak bisa tidur membayangkan hari ini?" tanya Ibu menggodaku."Alhamdulillah, Bu, nyenyak sekali.""Kamu bahagia, Nis?""Bahagia, Bu."&nbs

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Masih Sabar

    Aku sedang berada di rumah Mas Rayhan, asyik ngobrol dengan Uti Ros. Tadi aku mengantarkan makanan buatan Ibu, malah diajak ngobrol sama Uti Ros."Ibu sudah nggak sabar melihat Rayhan menikah. Dia sudah lama sendiri, setiap Ibu tanya kapan mau menikah, ia selalu mengalihkan pembicaraan. Tapi ketika Ibu dan Key menjodohkan denganmu, Rayhan tampak bersemangat. Dan yang membuat Ibu berbahagia, waktu Rayhan mengatakan mau menikah denganmu. Ibu yakin, kamu itu memang pantas mendampinginya. Akhirnya Rayhan menemukan jodohnya." Uti Ros berkata dengan mata berkaca-kaca."Saya juga sangat berbahagia, Uti. Saya tidak menyangka kalau mau menikah lagi dalam waktu dekat ini. Tapi yang namanya jodoh, tidak ada yang tahu. Ternyata jodoh saya lima langkah dari rumah, kayak lagi dangdut," kataku sambil tertawa. Uti Ros juga ikut tertawa."Ibu yakin, kalian berdua bisa menjaga keutuhan rumah tangga kalian nantinya. Pengalaman hidup

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Bahagia

    "Ayo sekarang kita cari Mas kawinnya," kata Mas Rayhan setelah kami selesai mendaftarkan pernikahan kami ke KUA. Semua persyaratan sudah selesai kami urus dan semuanya sudah beres. Tinggal menunggu akad nikahnya.Mobil melaju ke arah sebuah pusat perbelanjaan. Kami langsung menuju ke toko perhiasan. Aku memilih perhiasan yang aku suka, yaitu cincin."Kenapa nggak yang ini?" kata Mas Rayhan sambil menunjuk satu set perhiasan, berupa cincin, gelang dan kalung.Aku ragu memilihnya, karena aku tahu pasti mahal harganya."Nggak usah mikir harga. Uang bisa dicari," bisiknya padaku.Aku mengangguk tanda setuju dengan pilihannya.Selesai membeli mas kawin, kami jalan-jalan mencari pakaian. Ternyata Mas Rayhan orangnya ribet kalau mencari pakaian, hobinya yang model slim fit. Pantesan ia selalu terlihat modis dan macho, nggak kayak aku. Aku kalau mencari pakaian yang

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Kejutan

    Pagi ini aku dikagetkan dengan kedatangan keluarga besarku. Bapak, Ibu, Resti dan keluarganya datang ke rumah. Ada apa ya, kok begitu mendadak? Apakah ada sesuatu yang begitu penting? Aku jadi penasaran."Kok nggak ada yang ngasih kabar kalau mau kesini," kataku masih tidak percaya dengan kehadiran mereka."Kejutan, Mbak!" kata Resti sambil tertawa.Aku ke dapur untuk membuatkan minuman, kulihat Anggi sedang membuatkan teh sambil ngobrol dengan Nadia, anak pertama Resti."Kamu tahu kalau Akung dan Uti mau kesini?" tanyaku pada Anggi."Tahu, Ma," jawab Anggi dengan santai."Kok nggak bilang sama Mama.""Nggak boleh kata Tante Resti." Anggi melangkah ke ruang keluarga dengan membawa minuman. Kami duduk diatas karpet sambil ngobrol-ngobrol."Kamu sudah siap, Nduk?" tanya Ibu."Siap apa, Bu?" jawabku

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Dimabuk Cinta

    Sepertinya aku sudah dimabuk cinta, cinta pada Mas Rayhan. Kami sering berangkat kerja bareng. Tapi tentu saja kami masih tahu batasan tidak menabrak norma yang ada. Tidak ada kontak fisik yang berlebihan.Hari ini pulang dari kantor, aku dan Mas Rayhan berencana pergi ke sebuah supermarket. Ada beberapa keperluan rumah tangga yang akan aku beli.Aku sudah membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di mejaku. Ruanganku sudah sepi, aku pun keluar dari ruangan menuju ruang tunggu. Sekitar lima menit aku menunggu, Mas Rayhan belum juga keluar dari ruangannya.Akhirnya aku mengirim pesan.[Mas, jadi kan nemenin aku ke supermarket?][Mas jadi nggak?]Belum juga ada jawaban. Aku jadi serba salah, kalau aku tinggal, nanti Mas Rayhan marah. Aku pun mencoba untuk menelpon Mas Rayhan."Mas, masih lama nggak pulangnya? Atau aku pulang d

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mundur Teratur?

    "Pantas saja nggak mau makan di kantin, ternyata mau makan berdua disini," kata Sandra mengagetkan kami.Aku dan Mas Rayhan hanya tertawa."Aku keluar ah, nggak enak nanti mengganggu.""Disini saja, San. Kalau hanya berdua saja nggak enak.""Betul itu." Mas Rayhan menimpali."Terus aku ngeliatin kamu makan, gitu, Nis?" tanya Sandra."Ayo kalau mau makan bersama," ajakku."Sudah kenyang.""Kamu sudah selesai makannya?" tanya Mas Rayhan."Sudah. Mas habisin saja.""Bener?""Iya, Mas.""Mas?" tanya Sandra heran. Aku kaget keceplosan memanggil Mas pada Mas Ray."Kayaknya ada sesuatu yang disembunyikan. Apakah benar dugaanku?" tanya Sandra dengan penasaran."Iya, jangan cerita dengan orang lain." Ma

  • Ketika Hati Mulai Mendua   Mengkhawatirkan

    Sampai dirumah, ternyata Anggi sudah pulang."Mama, nggak bawa mobil ya?" tanya Anggi yang baru keluar dari kamarnya."Enggak, naik ojek.""Ooo.""Tolong dibereskan yang ada di meja makan. Tadi Mama beli makanan."Anggi berjalan menuju ruang makan, aku segera mandi untuk menyegarkan hati dan pikiran.Selesai mandi aku segera makan. Dari pagi perut belum terisi. Gara-gara emosi yang menguras hati dan pikiran. Kenapa aku jadi seperti ini ya?Badanku benar-benar lelah sangat lelah. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, aku sengaja tidak memegang ponselku. Pasti akan ada panggilan dan pesan dari Mas Rayhan. Aku biarkan saja. Aku ingin istirahat.Tapi pikiran tidak bisa diajak kompromi. Memikirkan tadi siang. Aku baru melihat Nadya hari ini. Memang Minggu lalu katanya ada pelantikan beberapa pejabat. Ada yang

DMCA.com Protection Status