Share

Tidak Punya Malu

Author: YuRa
last update Last Updated: 2024-11-20 19:46:50

"Bukan urusanmu!" jawab Ulva dengan ketus. Novi langsung naik pitam, Ahmad memegang tangan Novi untuk meredam emosi Novi.

"Memang sih, bukan urusanku. Tapi sekarang jadi urusanku, karena kamu tinggal disini. Walaupun hanya semalam saja. Apa nggak kasihan sama anak-anak? Kalau aku nggak bisa pisah dengan anak-anak."

Ulva hanya diam saja, ia malah sibuk memainkan ponselnya.

"Ayo, Mas kita makan," ajak Novi pada Ahmad. Ahmad pun beranjak ke kamar Dina untuk memanggil Dina dan Bu Wulan.

"Ayo, makan, Ulva," ajak Bu Wulan yang baru keluar dari kamar Dina.

Mereka semua sudah di ruang makan, Novi ke kamar mandi. Ulva duduk di sebelah Ahmad karena kursi di sebelah Ahmad masih kosong.

Keluar dari kamar mandi, Novi menuju ruang makan. Ia melihat Ulva sedang mengambilkan nasi untuk Ahmad.

"Aku ambilkan nasi, ya, Mas?" kata Ulva.

"Nggak usah, aku bisa ambil sendiri." Ahmad berusaha menolak tawaran dari Ulva ia tidak mau kalau sampai Novi marah melihat kejadian ini.

Tapi Ulva tetap memaksa meng
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ulat Bulu

    "Ada apa, Nov?" tanya Bu Wulan yang muncul dari kamar Dina. Ia tadi kaget mendengar Novi berteriak."Mas Ahmad tidur berdua dengan Ulva, posisi Ulva memeluk Mas Ahmad." Novi menjelaskan."Bisa Mas jelasin, Dek." Ahmad mendekati Novi."Kami tidak melakukan apa-apa," kilah Ulva."Memang tidak melakukan apa-apa. Tapi melihat kamu tidur memeluk suami orang, menandakan kamu perempuan seperti apa. Dasar perempuan murahan, sudah diizinkan menginap malah mencari kesempatan." Novi berkata dengan marah."Hei, jaga mulutmu. Kamu tidak tahu apa-apa tentangku." Ulva berkata dengan berang."Tentu saja tahu, perempuan yang lebih memilih laki-laki lain dan meninggalkan suami dan anak-anaknya yang menangis di rumah. Aku nggak tahu apa yang pernah terjadi antara kamu dan Mas Ahmad, tapi aku yakin kalau itu pasti sesuatu yang memalukan. Mas, aku sudah bilang tadi, tidurnya jangan malam-malam. Karena aku khawatir akan terjadi sesuatu, nyatanya benar kan?" tanya Novi dengan kesal."Aku mau pergi dengan la

    Last Updated : 2024-11-21
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Merepotkan Keluarga

    "Nggak usah didengerin, Dek. Namanya rumah tangga itu saling kerjasama. Nggak masalah suami ikut membantu pekerjaan rumah. Apalagi tahu kalau istri sedang repot," kata Ahmad."Betul itu, semuanya dikerjakan bersama. Apalagi dalam hal mengasuh anak, tidak boleh hanya istri saja yang mengurusi. Membuat anak kan berdua, repotnya juga harus berdua." Bu Wulan ikut menimpali, ia baru saja masuk ke ruang keluarga.Ulva tampak diam."Jam berapa kamu pergi, Ul?" tanya Bu Wulan."Boleh saya menginap disini lagi, Tante? Saya nggak punya tempat untuk menginap," kata Ulva."Nggak boleh!" sahut Novi dengan ketus."Kamu takut ya kalau Mas Ahmad tergoda?" cibir Ulva."Iya, karena kamu itu ulat bulu. Yang membuat semua menjadi gatal.""O ya? Tadi malam Mas Ahmad yang menggodaku," kata Ulva memprovokasi."Jangan bicara sembarangan," hardik Ahmad."Ulva, Ahmad tadi malam ketiduran disini, berarti kamu memang sengaja tidur disini sambil memeluknya. Kamu kan seharusnya tidur dikamar." Bu Wulan menimpali.

    Last Updated : 2024-11-21
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Selalu Bermasalah

    "Ulva, kami memintamu pergi dengan baik-baik. Sebelum kami menggunakan kekerasan," kata Pak Harno."Aku nggak mau pergi." Ulva tetap bersikeras tidak mau pergi. Semua yang disini sudah kehabisan akal. Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, Vera segera keluar. Sepertinya menyambut kedatangan mereka. Kemudian mereka masuk ke ruang keluarga. "Ulva!" panggil laki-laki yang baru saja masuk."Mas Anwar?" jawab Ulva dengan kaget. Apalagi ketika kedatangan Anwar diikuti oleh kedua orang tua Ulva dan satu laki-laki. Mungkin kakak atau adiknya Ulva."Ayah, Ibu?" Ulva terperanjat melihat kedua orang tuanya."Ulva, apa lagi sih yang kamu lakukan? Kok nggak capek-capeknya bikin malu orang tua? Kamu sepertinya ingin melihat kami cepat mati ya?" kata ayahnya Ulva dengan pelan."Ulva, sebenarnya apa yang kamu cari? Kepuasan? Kalau kamu memang mau berpisah denganku, akan aku kabulkan. Tapi jangan bikin malu Ayah dan Ibu. Ajukanlah permohonan cerai ke pengadilan, nanti aku tandatangani." Anwa

    Last Updated : 2024-11-22
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pernah Khilaf

    "Semoga aku tetap kuat dan tegar dalam menjalani hidupku," kata Novi dalam hati.Mungkin karena Novi sudah terlalu lelah, akhirnya Novi tertidur. Ahmad masih berada di ruang keluarga, ia merenungi semua yang terjadi akhir-akhir ini. Ia merutuki semua kelakuan bejatnya. "Semoga Novi masih mau memaafkanku," kata Ahmad dalam hati.Drtt…drtt…Ponselnya berdering, terlihat nama Fadly terpampang di layar ponsel. Ia malas menerima panggilan itu, akhirnya ia hanya mendiamkan saja. Ia harus mulai menjauhi teman-temannya yang membawa pengaruh negatif. Setelah dering ponsel berhenti, Ahmad pun membuka-buka ponselnya. Karena dari tadi malam ia belum sempat membukanya. Ada beberapa panggilan dan pesan. Ia pun membuka pesan dari Fadly.[Halo, Bro. Lama nggak ada kabarnya. Kapan ngumpul-ngumpul lagi? Eh, Lia kayaknya sekarang makin lengket sama Pak Edi. Kamu sudah nggak lagi ya sama Lia?] Pesan dari Fadly.[Aku nggak ada apa-apa sama Lia.] Fadly menjawab pesan Fadly.[Nanti malam ngumpul yuk, di t

    Last Updated : 2024-11-23
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ada Apa Dengan Weni

    Sudah beberapa bulan ini rumah tangga Ahmad dan Novi tampak adem ayem. Ahmad sudah berubah, tidak pernah lagi berkumpul dengan teman-teman yang sefrekuensi dengannya. Ahmad banyak belajar dari Novi, tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik. Mereka berdua terus belajar dan saling mengingatkan tentang berbagai hal. Ahmad juga rajin membantu pekerjaan rumah, mengasuh Haikal ketika Novi sedang repot. Hubungan keduanya pun semakin mesra, komunikasi juga lancar.Haikal juga sudah semakin besar, sekarang ia sudah berusia enam bulan. Sudah mulai banyak gerak. Novi semakin kewalahan mengasuh Haikal sendirian. Karena itu ia mengerjakan pekerjaan rumah semampunya, yang terpenting baginya adalah Haikal. Ahmad pun mau memahami kondisi seperti ini.Pagi ini Haikal sudah mandi, dan Novi sedang menyusuinya di ruang keluarga yang ada kasurnya. Supaya mudah mengawasinya. Ahmad membantu membuka warung. Dina juga sudah mandi, siap mau berangkat sekolah. Setelah semua beres dan selesai sarapan, Ahm

    Last Updated : 2024-11-23
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Karma

    "Mas, sudah tahu kabar terbaru belum?" tanya Novi pada malam hari ketika mereka mau tidur."Kabar apa?""Weni hamil."Ahmad tampak sangat kaget mendengar kata-kata Novi."Hanya gosip kali? Terus siapa yang menghamilinya?""Nah itu dia. Susah menjawabnya.""Memangnya kenapa?" Ahmad sangat penasaran."Para lelaki yang diduga menghamili Weni, tidak ada mau bertanggung jawab. Kecuali kalau sudah jelas itu adalah anak salah satu dari mereka." Novi menatap tajam pada Ahmad. Ahmad menjadi gelagapan."Kenapa menatapku seperti itu? Apa kau pikir aku salah satu dari laki-laki itu?" Ahmad sepertinya kesal dengan Novi. Ia merasa dituduh oleh Novi."Jangan marah seperti itu, Mas. Aku nggak menuduh, cuma khawatir saja. Takutnya nanti Weni berkoar-koar membawa-bawa nama Mas." "Khawatirmu terlalu berlebihan. Kalau seperti itu berarti kamu nggak percaya sama aku.""Maafkan aku, Mas. Bukan maksudku tidak mempercayaimu. Aku hanya takut saja," kata Novi dengan pelan. Ahmad pun memeluk Novi. "Kepercayaa

    Last Updated : 2024-11-24
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mantan Ahmad

    "Mas, kok baru pulang?" tanya Novi ketika Ahmad pulang sesuai magrib."Iya, tadi mampir ke rumah Bapak. Aku juga sudah makan disana," sahut Ahmad."Kenapa tadi Mas nggak kasih tahu?""Maaf, lupa. Keasyikan ngobrol dengan Ibu.""Bapak Ibu sehat kan?" tanya Novi."Sehat.""Kapan-kapan kita kesana ya? Sudah lama nggak main kesana.""Iya, nanti kalau Dina libur.""Tolong jagain Haikal ya? Aku mau makan dulu," kata Novi sambil menyerahkan Haikal pada Ahmad. Haikal pun pindah ke gendongan Ahmad.Selesai makan, Novi melihat Haikal tertidur dipangkuan Ahmad. Ahmad sibuk dengan ponselnya. Saking asyiknya bermain ponsel, sampai tidak menyadari kehadiran Novi. "Mas, Haikal itu sudah tidur. Kenapa nggak dipindah ke kamar?" tanya Novi."Bentar lagi, Dek. Masih magrib."Sebenarnya Novi tidak mempermasalahkan Haikal tidur di pangkuan Ahmad, hanya saja, Ahmad terlalu fokus ke ponselnya. Tidak peduli dengan Haikal."Sini biar aku gendong saja," kata Novi sambil mengulurkan tangan. Ahmad pun menyerahk

    Last Updated : 2024-11-24
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Sudah Muak Dan Jijik

    "Aku dan Indah memang pernah pacaran, waktu kami masih di Jawa. Kemudian Indah menikah dan aku pindah kesini." Ahmad mulai bercerita."Sekarang Indah ada dimana?" tanya Novi."Ada di rumah Bapak?" sahut Ahmad."Kok bisa?" Novi mengernyitkan dahi."Indah itu keponakan jauh dari Bapak. Karena Indah bercerai dengan suaminya, makanya Indah pergi dari rumah suaminya. Akhirnya ia kesini mau memulai hubungan hidup baru.""Iya, memulai hidup baru denganmu, dan mengorbankan rumah tangga orang lain. Aku yakin kalau tujuannya kesini memang mau mencarimu. Sudah berapa lama Indah ada di rumah Bapak?" tanya Novi."Sekitar satu bulan.""Apa Bapak dan Ibu tahu kalau Mas pernah menjalin hubungan dengan Indah?" tanya Novi.Ahmad menggelengkan kepalanya."Mas, sepertinya Mas sudah bosan hidup denganku, sudah tidak menyayangi anak-anak. Mas nggak mikir ya ketika melakukan semua ini? Kasihan Dina dan Haikal. Bahkan Haikal belum tahu apa-apa. Mas nggak ingat bagaimana perjuanganku melahirkan Haikal? Antar

    Last Updated : 2024-11-25

Latest chapter

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Merendahkan Orang Lain

    "Tapi dia itu seorang janda, kok kayak Farel sudah nggak laku aja. Dia kan bisa mencari perempuan lain, yang masih gadis dan sepadan dengan kita. Jangan-jangan waktu Alvaro menabrak perempuan itu sebenarnya disengaja oleh janda itu ya? Biar ia bisa dekat dengan Farel. Benar-benar cara murahan!" Irma berkata dengan nyerocos sambil mengomel."Satu lagi, Pa! Apa kata orang kalau sampai Farel menikah dengan janda itu? Mau ditaruh dimana muka Mama ini?" lanjut Irma dengan suara yang cukup tegas dengan emosi."Memangnya Mama mau menaruh muka Mama dimana? Oh kalau enggak, taruh saja di rumah. Jadi kalau Mama pergi ngemall, nggak usah bawa muka, kan nggak bakal malu." Pak Dewa berkata sambil tersenyum."Pa, Mama ini ngomong serius. Kok jawabnya kayak gitu." Irma tampak kesal mendengar jawaban suaminya yang menurutnya main-main dan tidak serius."Papa juga ngomong serius! Mama jangan suka menuduh orang sembarangan. Nggak mungkin Novi sengaja menabrakkan diri ke mobil Alvaro. Lagipula kenapa me

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Nggak Ikhlas

    "Jadi selama ini aku mengidolakan ayam gepreknya Novi? Pantas saja waktu itu aku bertemu dengannya disana. Kok bisa-bisanya mereka menyembunyikan semuanya dariku. Awas saja kalau mereka masih menyebut-nyebut nama Novi di depanku. Aku akan membuat perhitungan." Indah hanya bisa berkata dalam hati, ia tidak berani lagi membantah kata-kata suami dan mertuanya.Setelah pertengkaran hebat waktu itu, Ahmad memang sudah berniat untuk berpisah dengan Indah. Tentu saja Indah tidak mau, karena kalau mereka berpisah, Indah pasti terusir dari rumah yang sudah beberapa bulan ini mereka tempati.Waktu itu Indah bersujud di kaki Ahmad untuk meminta maaf. Sebenarnya Ahmad sudah tidak mau lagi hidup bersama dengan Indah. Tapi Pak Harno dan Bu Wulan membujuk Ahmad, supaya memberinya kesempatan lagi. Akhirnya Ahmad pun mau memberinya kesempatan karena ia memikirkan nasib Salsa."Kenapa mesti nama Novi muncul lagi di dalam rumah tanggaku? Aku sudah sangat muak mendengar nama Novi. Tapi apa dayaku?" Indah

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kesiapan Mental

    "Papa! Kok nggak bilang kalau mau kesini," kata Farel ketika melihat pintu ruangannya dibuka oleh sosok yang sudah beberapa hari tidak bertemu dengannya."Mau kasih kejutan," sahut Pak Dewa sambil berjalan mendekati Farel yang juga menghampiri papanya. Mereka pun berpelukan hangat."Maaf, Pa, Farel belum sempat menjenguk Papa," kata Farel sambil melonggarkan pelukannya. Pak Dewa mengangguk dan tersenyum. Farel pun mempersilahkan papanya untuk duduk di sofa yang ada."Bagaimana usahamu?" tanya Pak Dewa sambil melihat sekeliling ruangan Farel."Alhamdulillah, Pa. Ada proyek yang dikerjakan.""Syukurlah, Papa bahagia mendengarnya.""Bagaimana kabar Mama? Sehat kan?" Gantian Farel yang menanyakan kabar mamanya. Bagaimanapun juga, Farel sangat menyayangi mamanya. Hanya saja ia tidak menyukai rencana yang menjodohkannya dengan Nada."Alhamdulillah, Mama sehat. Tapi ya gitu deh, suka uring-uringan. Kalau bertemu dengan Alvaro selalu berdebat. Papa jadi pusing sendiri mendengar mereka selalu

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Memprovokasi

    "Tunggu saja, Minggu depan aku akan bertunangan dengan Farel. Jadi kubur impianmu untuk mendapatkan Farel," lanjut Nada."Semua itu nggak ada urusannya denganku. Kamu mau bertunangan dengan Farel atau menikah dengan Farel, tidak berpengaruh apa-apa denganku. Sekarang, silahkan kamu keluar dari sini, aku tidak mau berurusan denganmu." Novi berkata dengan tegas, ia sengaja mengusir Nada karena sudah muak dengan semua ucapan Nada."Nggak perlu kamu usir, aku juga akan pergi dari sini. Lama-lama disini membuatku terkontaminasi virus miskin kamu.""Haha, nggak ada yang menyuruhmu datang kesini." Novi tertawa walaupun hatinya menangis. Ia merasa sangat terhina dengan semua ucapan Nada."Ternyata jadi orang miskin itu tidak enak, selalu menjadi bahan ejekan orang lain," kata Novi dalam hati.Nada yang mendengar tawa mengejek dari Novi menjadi sangat kesal. Ia pun mendekati Novi dengan tangan diangkat keatas seperti mau menampar. Novi yang dari tadi bersikap waspada, segera mengelak. Nada ya

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kedatangan Nada

    "Maaf Mbak, warungnya belum buka," kata Yanti pada seorang perempuan yang masuk ke warung geprek. Yanti sedang membersihkan warung ketika perempuan itu datang."Aku kesini bukan untuk membeli ayam geprek murahan. Aku mau ketemu dengan perempuan murahan itu," bentak perempuan yang terlihat dalam kondisi marah. Perempuan itu menatap tajam pada Yanti, Yanti berusaha bersikap tenang."Siapa yang Mbak maksud?" "Sudahlah, nggak usah basa-basi. Panggilkan pemilik warung ini," teriak perempuan itu.Novi yang sedang membuat sambal geprek kaget mendengar suara ribut di warungnya."Siapa sih yang datang sambil marah-marah? Pagi-pagi sudah bikin masalah di tempat orang," kata Novi dalam hati. Ia pun segera mencuci tangannya, dan kemudian berjalan menuju ke depan.Novi kaget ketika melihat siapa yang datang, apalagi perempuan itu langsung berteriak padanya."Hei kamu, aku dari tadi mencarimu. Tapi pembantumu ini menghalangiku," teriak seorang perempuan, yang ternyata adalah Nada.Novi menjadi san

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Satu Paket

    "Tadi Mbak Novi kan mau membelikan es krim untuk anak-anak. Tapi sepertinya tidak jadi, makanya saya kesini membawa es krim untuk anak-anak.""Oh, memang saya sengaja. Biar cepat keluar dari minimarket itu. Maaf ya Mas, kalau gara-gara saya, Mas Farel sampai ribut dengan tunangan Mas Farel. Sekali lagi saya mohon maaf. Nanti jika diperlukan saya bisa mengklarifikasi pada tunangan Mas Farel." Novi berkata dengan perlahan. Entah kenapa sepertinya ia tidak rela kalau Farel bertunangan dengan perempuan tadi."Mbak Novi nggak perlu klarifikasi ke Nada. Ia memang suka kayak gitu, bertindak arogan dan sedikit bar-bar.""Yang sabar ya, Mas. Nanti kalau kalian sudah menikah, saya yakin Mas Farel dan istri akan saling melepaskan ego masing-masing. Karena setelah menikah itu bukan lagi aku atau kamu, tapi sudah menjadi kita." Novi menjelaskan pada Farel."Mbak Novi, Nada itu bukan tunangan saya. Memang Mama saya dan mamanya Nada mau menjodohkan kami. Tapi saya tidak mau, karena Nada bukan tipe p

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Keributan Di Minimarket

    "Oh, jadi perempuan ini ya yang membuatmu sekarang menghindariku? Padahal sebentar lagi kita akan bertunangan," kata Nada yang tiba-tiba muncul dihadapan Farel dan Novi. Nada tadi masuk ke minimarket untuk mencari sesuatu, malah bertemu dengan Farel. Nada pun mengamati Novi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Novi menjadi sangat risih, ia pun merasa kikuk sendiri."Sepertinya kita pernah bertemu ya? Tapi dimana?" kata Nada sambil mencoba untuk mengingat-ingat Novi. Novi hanya terdiam mendengar kata-kata Nada."Nada, semua ini nggak ada urusannya denganmu," kata Farel sambil mencoba mengajak Novi pergi."Oh, aku ingat. Kamu itu yang dulu pergi bersama dua orang anak waktu bertemu di mall. Ternyata begini Kelakuanmu. Kamu itu sudah bersuami, kok malah menggoda laki-laki. Dia itu calon tunanganku, paham kamu! Kalau masih menggodanya, nanti aku laporkan sama suamimu." Nada menjadi sangat emosi, ia semakin menatap tajam pada Novi."Sudahlah, Nada. Nggak usah mencari masalah. Ayo Nov kita

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ingin Mandiri

    "Aku bisa berubah, kok. Apapun yang kamu mau, pasti aku lakukan," kata Nada dengan suara yang mulai melunak dan tentu saja terdengar manja. Ia berharap Farel akan luluh melihat sikapnya."O ya? Aku tidak yakin. Sekarang kamu ngomong kayak gini, terus nantinya kamu pasti akan berubah lagi. Nada, aku nggak mau kamu berubah demi aku. Tapi kamu kalau mau berubah itu memang dari dalam lubuk hatimu sendiri. Karena kemauanmu sendiri, bukan karena aku.""Ini orang ribet banget. Banyak sekali aturan," gumam Nada dalam hati. Ia sudah jenuh mendengar kata-kata dari Farel yang sok bijaksana.Farel menatap Nada, tapi Nada melirik ke arah lain."O ya, Farel, kata Tante Irma kamu keluar dari rumah orang tuamu? Kenapa?" tanya Nada mengalihkan topik pembicaraan. "Aku ingin mandiri. Sanggupkah kamu kalau menikah denganku nanti, kita mulai semuanya dari nol. Kita mengontrak dulu, sambil menabung untuk membangun rumah." Farel berkata seperti itu untuk melihat reaksi Nada."Kamu kan bisa minta rumah sama

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mencari Kebahagiaan

    Sampai di kamar, Farel segera memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Sambil meneteskan air mata, ia mengemas pakaiannya sampai dua koper. Kemudian ia membawa kopernya, ketika melewati ruang keluarga, masih ada Papa dan mamanya."Ma, aku pamit. Sekali lagi maafkan semua kesalahanku. Maaf aku tidak bisa memenuhi keinginan Mama. Semoga Mama dan Papa selalu sehat dan bahagia.Assalamualaikum." "Kamu mau pergi kemana?" tanya Pak Dewa."Biarkan dia pergi, Pa. Dasar anak durhaka." Irma berkata dengan ketus."Mama!" teriak Pak Dewa."Kenapa? Papa mau membelanya? Biarkan saja dia pergi, paling juga besok pulang lagi," cibir Irma."Farel, pergilah. Carilah kebahagiaanmu sendiri. Papa yakin kamu pasti bisa mendapatkannya. Doa Papa selalu menyertaimu, Nak." Pak Dewa sengaja membiarkan Farel pergi, supaya Irma bisa introspeksi diri dan menyadari semua kesalahannya.Farel mengangguk kemudian menarik dua kopernya dan berjalan menuju ke mobilnya."Mas, mau kemana?" tanya Alvaro yang baru pulang."Al

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status