Beranda / Rumah Tangga / Ketika Hati Mulai Lelah / Tidak Bertanggung jawab

Share

Tidak Bertanggung jawab

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 21:06:54

Terdengar suara motor di depan rumah, kemudian suara pintu terbuka. Ternyata Ahmad yang datang. Ketika ia melihat Yoga tidur di sofa, emosinya langsung memuncak.

"Ketahuan kamu, Nov. Ternyata selingkuh dengan Yoga, sampai-sampai Yoga menginap disini. Ah akhirnya ada alasanku untuk menceraikan Novi," kata Ahmad dalam hati.

Yoga pun terbangun.

"Eh, Ahmad, sudah pulang?" tanya Yoga.

"Ngapain nanya-nanya. Ini rumahku, terserah dong aku mau pulang jam berapa. Ngapain kamu disini? Oh, aku tahu, kamu selingkuh dengan Novi sampai tertidur disini. Nggak nyangka adik ipar sendiri diembat juga," kata Ahmad dengan sinis.

"Kamu ngomongin apa, sih?" tanya Yoga, kemudian dia duduk dan menatap tajam Ahmad.

"Sudah lah, nggak usah mengelak. Kamu selingkuh dengan Novi kan? Mana Novi?" kata Ahmad kemudian hendak berjalan ke belakang mencari Novi.

"Bisa-bisanya kamu nuduh aku selingkuh dengan Novi. Padahal yang berselingkuh itu kamu. Pandai sekali kamu memutarbalikkan fakta. Aku salut sama kamu."

"Nggak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Berjuang Sendirian

    Pintu ruangan terbuka, tampak Ahmad berjalan perlahan memasuki ruangan tempat Novi dirawat. Novi masih tertidur karena efek obat bius yang belum hilang.Pak Harno langsung mendekati Ahmad.Plak! Plak!Pak Harno menampar kedua pipi Ahmad. Ahmad hanya diam saja, tanpa berani melawan sedikitpun. Ia tertunduk dan bersimpuh di kaki bapaknya.Bu Wulan yang sangat kecewa dengan Ahmad, tidak mau membela Ahmad sedikitpun. Sedangkan Pak Budi dan Bu Murni, mertua Ahmad, hanya diam saja tidak mau ikut campur dengan masalah mereka."Pak, maafkan aku," kata Ahmad dengan meneteskan air mata. "Tidak adanya gunanya kamu minta maaf dengan Bapak. Minta maaflah kepada Novi istrimu, yang berjuang sendirian. Suami macam apa kamu? Sudah tahu istri sedang hamil tua, malah keluyuran malam. Otak kamu itu dimana?" kata Pak Harno dengan pelan tapi tegas."Pak, Bu," kata Novi dengan pelan. Semua mata tertuju pada Novi. Bu Murni dan Bu Wulan mendekati Novi. "Pusing sekali, Bu," kata Novi. "Biar Bapak panggil pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Apa Salahku?

    Tak lama kemudian dokter masuk ke ruangan Novi, bersama dengan perawat untuk memeriksa Novi. "Kondisi Ibu cukup stabil, semangat sehat ya, Bu. Kalau Ibu bersemangat, akan menaikkan kondisi tubuh ibu. Ibu mau bertemu dengan bayi Ibu kan?" kata dokter."Iya, dok. Bagaimana anak saya dok?" tanya Novi."Anak ibu lahir sudah membiru karena minum air ketuban yang sudah hijau layaknya alpukat yang sudah bercampur dengan kotorannya. Paru-parunya infeksi membuat dia susah bernapas, karena itu masih harus berada di inkubator. Mudah-mudahan nanti cepat membaik, ibu jangan khawatir ya? Ibu masih dalam kondisi pemulihan pasca operasi," kata dokter.Setelah memeriksa, dokter keluar ruangan diikuti oleh perawat. Novi langsung menangis. "Apa salahku, Bu. Kok bayiku begitu menderita? Ibu macam apa aku? Apa aku bukan ibu yang baik, yang tidak bisa menjaga bayiku sendiri." Novi menangis sesenggukan, Bu Murni dan Bu Wulan juga ikut meneteskan air mata. Ahmad terdiam, dia dipenuhi oleh penyesalan."Pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Sudah Muak

    "A.. aku…." Belum selesai Ahmad berbicara, Novi sudah memotongnya."Aku nggak butuh permintaan maafmu. Aku hanya butuh surat cerai darimu. Tenang saja, aku akan keluar dari rumah itu bersama dengan Dina. Hanya membawa pakaian saja. Jadi kamu bisa menikah dengan simpananmu dan tinggal disana. Daripada kamu berzina." Novi menghentikan sejenak ucapannya."Aku sudah muak dengan semua ini, aku ingin mati saja," teriak Novi sambil berlinang air mata.Novi berontak lagi, memukul-mukul Ahmad dengan sekuat tenaga. Ahmad berusaha menenangkan Novi, tentu saja Novi tidak berdaya karena tenaga Ahmad lebih kuat dari Novi. Novi menangis sesenggukan. Sakit di perutnya tidak sesakit yang hatinya saat ini."Bukan seperti ini rumah tangga yang aku inginkan. Aku ingin rumah tangga seperti yang orang tua kita jalani. Langgeng sampai tua, tanpa ada permasalahan yang besar." Novi berkata lagi. Novi berada diperlukan Ahmad, ia sudah kehabisan tenaga."Ah, sakit," teriak Novi sambil meringis menahan sakit."D

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Pulang

    Hari ketiga Novi di rumah sakit, Ahmad masih setia menunggunya. Tidak pernah sekalipun ia meninggalkan Novi. Walaupun Novi tidak memperdulikannya, ia tetap menunggu. Novi tidak pernah mengajak Ahmad berbicara kecuali kalau ia sedang butuh sesuatu. Tapi bagi Ahmad tidak masalah, yang terpenting Novi tidak menolak kehadirannya. Ketika Novi tertidur, Ahmad selalu memandang wajah Novi. Ada sedikit rasa nyeri di hatinya jika teringat kesalahan yang sudah ia lakukan. Nyawa istri dan anaknya hampir tidak tertolong. Seandainya malam itu ia mengangkat panggilan dari Novi, tidak akan ada penyesalan. Ahmad hanya berandai-andai. Penyesalan selalu datang terlambat. Bu Wulan selalu datang membawakan pakaian ganti dan makanan untuk Ahmad. Terkadang Alif yang datang ditemani oleh Vera. Dina ada di rumah, ditunggui secara bergantian. Karena Dina masih kecil, tentu saja dilarang masuk ke rumah sakit."Bude, Dina pengen ketemu sama Ibu," rengek Dina pada Septi."Sayang, anak kecil tidak boleh di ruma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Sangat Perhatian

    Menjelang magrib ponsel Ahmad berbunyi, sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Ahmad takut mau menerima panggilan itu karena ada Novi."Angkatlah, Mas. Berisik sekali," kata Novi.Ahmad pun segera mengangkat panggilan telepon tersebut. Kemudian ia keluar supaya tidak mengganggu bayinya yang sedang tidur."Halo," sapa Ahmad."Halo Mas. Aku kangen sama Mas. Kapan kita bisa bertemu. Apa Mas nggak kangen sama aku. Mentang-mentang baru punya bayi, terus sibuk. Sampai-sampai nggak pernah memberi kabar sekalipun padaku." Suara di seberang sana nyerocos tanpa henti."Maaf, untuk saat ini nggak usah saling menghubungi dulu. Situasi sedang tidak memungkinkan.""Sampai kapan?""Belum tahu.""Apa sekarang aku jenguk Novi saja, biar kita bisa ketemu," rengek perempuan itu."Jangan! Sudah ya? Nanti aku dicariin sama Novi." Ahmad pun menutup panggilan telepon itu.Ahmad masuk ke dalam rumah. Dilihatnya Novi sedang tidur nyenyak di sebelah bayinya. Ia bernafas lega, setidaknya Novi tidak akan berta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ingat Perjanjian

    Pagi ini Bu Wulan datang ke rumah Novi bersama Vera, istrinya Alif. Dilihatnya Novi masih asyik berberes-beres di warung."Kamu sudah mulai buka warung, Nov?" tanya Bu Wulan. "Iya, Bu. Daripada nggak ada kegiatan. Mengasuh sambil berjualan atau berjualan sambil mengasuh ya?" canda Novi."Yang penting kamu senang melakukannya dan semuanya tidak terbengkalai.""Kamu nggak punya pembantu? Cari saja orang untuk membantumu membersihkan rumah dan berberes-beres," kata Vera."Enggak Mbak. Masih bisa ditangani sendiri. Lagi pula sayang uangnya untuk bayar pembantu, mending untuk yang lain.""Bagus itu, selagi masih bisa ya dikerjakan sendiri." Bu Wulan menimpali."Rumah Novi kan kecil, jadi bisa dikerjakan sendiri. Kalau rumahku? Bisa klenger aku," sahut Vera."Iya kamu kan banyak kegiatan, kalau Novi hanya di rumah saja." Bu Wulan menambahi, supaya Vera tidak tersinggung.Vera tersenyum bangga. "Memangnya kamu nggak pernah pergi-pergi, Nov? Jalan-jalan ke mall atau refreshing, gitu?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Modal Ngangkang

    "Hai Bro! Akhirnya kamu keluar juga dari sangkar," kata Pak Edi, ketika Ahmad baru sampai di rumah Fadly. Sudah ada beberapa orang di rumah Fadly. Mereka memang sering berkumpul berpindah-pindah tempat. Ahmad yang disapa Pak Edi hanya tersenyum saja."Syukurlah, akhirnya kamu bisa ngumpul lagi." Yang lain ikut menimpali.Mereka pun ngobrol-ngobrol. Jam segini belum waktunya untuk berjudi. Citra, istri Fadly keluar membawa beberapa gelas kopi dan makanan ringan."Eh, ada Mas Ahmad ya? Apa kabar Mas?" tanya Citra."Kabar baik, Mbak," jawab Ahmad."Gimana Novi? Sudah membaik kan? Anakmu siapa namanya?" tanya Citra sambil meletakkan nampan yang berisi kopi."Namanya Haikal. Novi malah sudah buka warung, Mbak." Ahmad menjawab sambil tertawa. "Biarkan saja. Daripada bengong, nanti malah stress. Lagipula kan nggak keluar kemana-mana.""Iya, Mbak. Yang penting dia senang." Ahmad menambahi."Mbak tinggal dulu ya? Ayo kopinya diminum. Pak Edi, kopinya," kata Citra."Iya, Mbak. Terima kasih,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Murahan

    "Selamat, aku sampai di rumah tepat waktu," kata Ahmad dalam hati. Ahmad segera membuka pintu, dilihatnya Novi masih asyik nonton televisi."Belum tidur, Dek?" tanya Ahmad."Belum, Mas. Aku sengaja menunggu Mas pulang," sahut Novi, melihat sekilas ke arah Ahmad.Ahmad tersenyum. "Untung saja aku tidak telat pulang," kata Ahmad dalam hati.Ahmad masuk ke kamar dan berganti pakaian. Kemudian mendekati Novi dan menemaninya menonton televisi. "Nonton apa sih?" tanya Ahmad."Filmnya bagus, Mas," jawab Novi, tapi mata masih menatap layar televisi.Ahmad memandang Novi, diamati seluruh bagian tubuh Novi. Novi ini sebenarnya cantik kalau mau berdandan. Ahmad tersenyum membayangkan Novi yang dulu terlihat malu-malu saat malam pertama mereka.Merasa diperhatikan, Novi pun menoleh ke arah Ahmad."Ngapain Mas senyum-senyum kayak gitu?" tanya Novi keheranan."Kesambet dimana tadi?" lanjut Novi."Mas teringat waktu malam pertama kita, kamu tampak sangat malu-malu. Ternyata sekarang sudah bisa memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mencari Jodohnya Sendiri

    Novi hanya menatap mereka yang sibuk mencari permainan lain. Hatinya masih terasa sakit dengan sikap Irma. Novi memang sudah biasa dihina dan direndahkan orang, tapi yang dilakukan Irma tadi benar-benar menyakiti hatinya karena dilakukan di depan anak-anaknya. Walaupun sebenarnya Dina dan Haikal belum paham dengan apa yang terjadi, tetap saja Novi merasa dipermalukan.Novi menunduk sambil menghapus air mata yang mulai menetes. Kejadian ini tidak luput dari perhatian Farel. Walaupun ia sedang mendampingi Haikal dan Dina bermain, tapi pandangan matanya tidak lepas dari sosok yang dicintainya itu."Maafkan aku, Novi. Aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi," kata Farel dalam hati.Sementara itu, di mobil Pak Dewa sedang terjadi perdebatan. Tentu saja perdebatan antara Pak Dewa dan Irma."Mama nggak boleh bersikap seperti itu? Kayak orang nggak berpendidikan." Pak Dewa mengomel."Enak saja Papa bilang seperti itu! Yang Mama lakukan tadi benar. Mama kecewa dengan Farel! Farel pasti di

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Luka Tak Berdarah

    "Pacaran kok di tempat umum. Atau memang sengaja mau membuat pengumuman?" ledek Alvaro yang masih saja tampak cengengesan. Orang yang berdehem tadi memang Alvaro."Kami nggak pacaran, Al. Tapi sedang membicarakan tentang pernikahan" kata Farel."Alhamdulillah. Akhirnya ada kabar bahagia juga. Kapan rencananya?" tanya Alvaro."Insyaallah akhir bulan ini atau awal bulan depan."Novi kaget mendengar ucapan Farel, berarti hanya tiga Minggu lagi. Sedangkan ia belum tahu apapun tentang rencana itu."Eh, bukan seperti itu. Mas Farel ini bercanda," kilah Novi."Tapi aku lebih percaya ucapan Mas Farel, Mbak. Karena Papa sudah bilang sama aku," sahut Alvaro."Papa? Memang Papa bilang apa?" tanya Farel penasaran."Ada deh! Intinya kata Papa sebentar lagi Mas Farel mau menikah dengan Mbak Novi." Alvaro berkata penuh kemenangan karena berhasil membuat Farel dan Novi penasaran."Memang Mas Farel cerita apa dengan Pak Dewa?" tanya Novi penuh selidik."Bukan Pak Dewa, tapi Papa. Kamu harus terbiasa m

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Jalan-jalan

    "Sudah siap? Ayo berangkat," kata seseorang yang membuat Novi berdebar-debar tidak karuan.Seseorang itu yang beberapa hari ini selalu ada dalam pikirannya. Ia masuk ke dalam rumah bersama dengan Pak Budi. Ia tampak gagah dengan pakaian casualnya yang terlihat sangat sederhana. Pak Budi tampak tersenyum. "Maaf, Mas. Aku dan anak-anak mau pergi," kata Novi."Iya, aku tahu. Makanya aku ngajak berangkat sekarang." Farel menjawab dengan tersenyum."Mbah Kung, ayo ikut," ajak Haikal."Mbah Kung dirumah sama Mbah Uti, nungguin warung. Kasihan kalau Bulek Yanti sendirian yang nungguin," kata Pak Budi."Tapi…." Belum selesai Novi berbicara sudah dipotong sama Pak Budi. "Buruan berangkat, kasihan Haikal sudah tidak sabar. Nak Farel, titip Novi dan anak-anaknya ya? Tolong jagain mereka di mall nanti," kata Pak Budi pada Farel."Siap, Pak. Saya akan menjaga mereka dengan sepenuh hati." Farel mantap sekali menjawabnya."Kami pergi dulu, Pak, Bu," pamit Farel.Pak Budi dan Bu Murni mengangguk. F

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menunggu Jawaban

    "Nggak usah ngegombal Mas. Aku bukan ABG yang mudah termakan rayuan. Perlu Mas ingat kalau aku ini seorang janda.""Bukan merayu, aku serius. Apa salahnya dengan status janda. Aku punya niat baik. Ingin membangun rumah tangga bersamamu dan mendampingi anak-anak sampai mereka sukses.""Mas, ingat, aku ini seorang janda dan punya anak dua. Seperti kata Nada, aku harus sadar diri. Apakah Mas sudah paham bagaimana resikonya menikahi seorang janda?" tanya Novi."Aku sudah sangat paham. Mengenai Nada, nggak usah kamu pikirkan. Sudah aku katakan kalau aku tidak punya hubungan spesial dengan Nada.""Assalamualaikum." Terdengar suara Dina mengucapkan salam. Farel dan Novi pun menoleh ke arah Dina."Waalaikumsalam Dina. Sudah pulang sekolah ya?" tanya Farel."Iya, Om." Dina mendekati Farel yang bersalaman dengan Farel."Dina mau ke kamar ya, Om." Dina berpamitan dengan Farel.Farel mengangguk, Dina pun melangkah keluar dari ruang tamu untuk menuju ke kamar."Tolong pikirkan semua ucapanku tadi.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kesempatan

    "Berarti Mas Alif sudah bercerai dengan Mbak Vera ya?" Novi hanya berkata dalam hati. Ia tidak berani bertanya langsung pada Alif, nanti dikira tidak tahu informasi ini. Padahal memang Novi tidak tahu sama sekali. Kakek dan neneknya Haikal juga tidak pernah bercerita dengan Novi. Sejak kejadian Vera yang mengalami kecelakaan itu, Novi memang belum pernah bertemu dengan Vera. Beberapa kali ia bertemu dengan Alif, Alif tidak pernah bercerita dengannya. Mungkin Alif malu mau menceritakan masalah rumah tangga dengan Novi, karena Novi sendiri juga punya masalah."Selamat ya Mas! Semoga selalu bahagia." Farel mengucapkan selamat pada Alif."Terima kasih, semoga kalian berdua juga segera menyusul," sahut Alif."Amin! Semoga disegerakan." Ucapan Farel membuat Novi menjadi semakin bingung."Mimpi apa aku semalam, kok hari ini banyak sekali kejutan yang aku alami," kata Novi dalam hati."Tuh Nov, nggak usah lama-lama. Haikal juga sudah akrab dengan Mas Farel." Alif menimpali. Farel tersenyum.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Disegerakan

    "Mas Alif sudah kenal dengan Mas Farel ya?" tanya Novi ketika melihat Alif dan Farel saling bertegur sapa."Mas Farel ini pelanggan tetap di toko Bapak. Tentu saja aku kenal dengannya. Seorang kontraktor muda, mapan dan sukses. Hanya saja kok aku belum dapat kabar bahagia dari Mas Farel ya?" Alif berusaha menggoda Farel. Farel malah bingung sendiri."Maksudnya Mas?" tanya Farel."Nggak tahu atau pura-pura nggak tahu nih.""Beneran nggak tahu, Mas," sahut Farel."Maksudnya, ditunggu undangannya, Mas. Kira-kira kapan mau menikah, jangan terlalu pilih-pilih, yang penting akhlaknya bagus. Cantik itu relatif. Buat apa cantik kalau malah nggak bisa ngurus keluarga, sibuk dengan segala arisan.""Wah ada yang curhat nih," ledek Farel."Pernah mengalami, hehe." Alif berkata sambil tertawa. Farel pun ikut tertawa. Novi hanya mendengarkan saja obrolan dua lelaki itu. "Masalah jodoh, sedang diusahakan, Mas. Doakan saja biar disegerakan." Farel menjawab pertanyaan dari Alif tadi."Tapi harus dike

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Layu Sebelum Berkembang

    "Bingung mau menjawabnya, Mas. Kalau aku bilang tidak, eh tahu-tahu besok jodohku datang. Mau bilang iya tapi kok seperti sudah kebelet nikah, hihi. Yang jelas, aku mengikuti air yang mengalir saja. Kalau memang masih ada jodoh, ya akan aku jalani." Novi menjawab dengan diplomatis. Alif tersenyum mendengar jawaban Novi yang terkesan malu-malu."Kamu masih muda, hidupmu masih panjang. Kamu butuh pendamping untuk menemanimu membesarkan anak-anak, walaupun ada ayahnya. Setidaknya ada teman untuk berkeluh kesah." Alif berkata sambil memperhatikan Haikal yang asyik memainkan mainannya. Jantung Novi dari tadi terus bergemuruh, ia menjadi malu dan tersipu mendengar kata-kata Alif. "Kalau kamu mau mencari pendamping hidup, carilah yang mau menerima anak-anak. Terserah mau duda atau single. Jangan marah atau tersinggung kalau aku berkata seperti ini, aku sudah menganggapmu sebagai adik sendiri. Walaupun hubungan pernikahanmu dengan Ahmad sudah berakhir, tapi hubungan persaudaraan kita tidak

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Merendahkan Orang Lain

    "Tapi dia itu seorang janda, kok kayak Farel sudah nggak laku aja. Dia kan bisa mencari perempuan lain, yang masih gadis dan sepadan dengan kita. Jangan-jangan waktu Alvaro menabrak perempuan itu sebenarnya disengaja oleh janda itu ya? Biar ia bisa dekat dengan Farel. Benar-benar cara murahan!" Irma berkata dengan nyerocos sambil mengomel."Satu lagi, Pa! Apa kata orang kalau sampai Farel menikah dengan janda itu? Mau ditaruh dimana muka Mama ini?" lanjut Irma dengan suara yang cukup tegas dengan emosi."Memangnya Mama mau menaruh muka Mama dimana? Oh kalau enggak, taruh saja di rumah. Jadi kalau Mama pergi ngemall, nggak usah bawa muka, kan nggak bakal malu." Pak Dewa berkata sambil tersenyum."Pa, Mama ini ngomong serius. Kok jawabnya kayak gitu." Irma tampak kesal mendengar jawaban suaminya yang menurutnya main-main dan tidak serius."Papa juga ngomong serius! Mama jangan suka menuduh orang sembarangan. Nggak mungkin Novi sengaja menabrakkan diri ke mobil Alvaro. Lagipula kenapa me

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Nggak Ikhlas

    "Jadi selama ini aku mengidolakan ayam gepreknya Novi? Pantas saja waktu itu aku bertemu dengannya disana. Kok bisa-bisanya mereka menyembunyikan semuanya dariku. Awas saja kalau mereka masih menyebut-nyebut nama Novi di depanku. Aku akan membuat perhitungan." Indah hanya bisa berkata dalam hati, ia tidak berani lagi membantah kata-kata suami dan mertuanya.Setelah pertengkaran hebat waktu itu, Ahmad memang sudah berniat untuk berpisah dengan Indah. Tentu saja Indah tidak mau, karena kalau mereka berpisah, Indah pasti terusir dari rumah yang sudah beberapa bulan ini mereka tempati.Waktu itu Indah bersujud di kaki Ahmad untuk meminta maaf. Sebenarnya Ahmad sudah tidak mau lagi hidup bersama dengan Indah. Tapi Pak Harno dan Bu Wulan membujuk Ahmad, supaya memberinya kesempatan lagi. Akhirnya Ahmad pun mau memberinya kesempatan karena ia memikirkan nasib Salsa."Kenapa mesti nama Novi muncul lagi di dalam rumah tanggaku? Aku sudah sangat muak mendengar nama Novi. Tapi apa dayaku?" Indah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status