"Kamu kenapa sayang?" tanya Lucas dengan cemas setelah Anita kembali ke mejanya. "Mungkin masuk angin, sayang.""Muka kamu pucat sekali. Apa perlu kita ke dokter sekarang?" "Tidak sayang, aku hanya perlu istirahat saja.""Yasudah sini aku suapin kamu makan." Lucas mengambil alas Anita, ia hendak menyuapi Anita bakso itu. Namun tiba-tiba Anita mual kembali. "Aku enggak kuat mencium aroma bakso itu. Bau sekali sayang," keluh Anita. "Bau?" Lucas mencium aroma bakso itu. "Enggak kok, biasa saja," ucapnya lagi. "Apa mau makan nasi?" tawar Lucas. "Enggak. Kalian makan saja, selera makanku sudah hilang."Sedangkan Sella memicingkan matanya, dugaannya semakin kuat jika Anita tengah hamil. 'Sial! Kenapa sih dia bisa hamil. Kalau dia beneran hamil, terus bagaimana caraku memisahkan mereka?' gumam Sella dalam hati. Sella sama sekali tak menikmati makanan siang itu. Hatinya sangat dongkol, padahal belum tahu juga jika Anita beneran hamil. "Mau makan kentang?" tawar Lucas lagi. "Tidak s
"Sayang ada apa?" tanya Anita panik. "Sayang percaya sama aku, aku tidak melakukan apa pun. Aku di fitnah, dan sekarang juga aku harus menyelesaikan masalah ini.""Kemana aku ikut!""Maaf, Bu. Kami harus segera membawa Mas ini ke bagian keamanan. Jika Ibu ingin tahu selanjutnya, mari ikuti kami," ucap seorang lelaki pada Anita. Dengan langkah panik, Anita mengikuti kemana pun suaminya pergi. Ia bingung apa yang sebenarnya terjadi, namun untuk mengetahui lebih lanjut pun rasanya percuma, karena tak ada yang bisa menjawab rasa penasaran Anita. Sesampainya di pos keamanan. Saksi kunci yang melihat tindakan Lucas, menjelaskan sejelas-jelasnya yang ia lihat. Sedangkan Lucas tidak sedikit pun diberi kesempatan untuk membela diri. "Tuan Lucas Brawijaya. Pemilik perusahaan Wijaya Crop, yang menaungi beberapa perusahaan ternama hampir di seluruh kota besar yang ada di Indonesia. Penanam saham tertinggi di berbagai property juga pemilik universitas ternama di ibu kota. Orang terhormat seper
Zio ingin menghendaki tindakan Anita, namun jika dirinya melakukan hal itu. Sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya di hadapan semua orang. Flashback on .. Zio adalah sahabat Lucas sejak di bangku kuliah, awalnya mereka berteman sangat akrab. Dimana ada Lucas disana ada Zio. Namun setelah lulus kuliah dan mencari kerja. Lucas selalu lebih unggul darinya baik dari segi apapun. Meski pun Lucas berasal dari keluarga kaya raya, dan Zio dari keluarga yang sederhana. Hal itu bukanlah syarat persahabatan mereka. Hingga masa dimana masa terpuruk Lucas setelah kepergian sang ayah tercinta, perusahaan yang di kelola ayahnya menjadi bangkrut bahkan menimbulkan hutang dimana-mana. Lucas yang menjadi anak tunggal, harus berusaha banting tulang untuk menyelamatkan perekonomian keluarga. Zio yang sudah memiliki rasa iri pada Lucas sejak awal, dengan sengaja ia menghasut atasannya jika Lucas melakukan tindakan korupsi yang sama sekali tidak dilakukannya. Saat itu juga Lucas dipecat dengan c
Dalam rekaman cctv itu murni menunjukkan jika Zio membayar ke dua security yang berjaga, untuk menghalangi Lucas agar rekaman itu tidak sampai ke tangan Lucas. Namun hasilnya nihil, lagi dan lagi aksi Zio selalu gagal. 'Sialan! Kenapa aku selalu saja lebih unggul dari dia?' maki Zio dalam hati. Lucas berjalan mendekat ke arah Zio, "sebenarnya kamu kenapa, Zio? Bukankah hubungan kita dahulu sangat akrab, tapi kenapa kamu sekarang berubah seperti ini?"Bukannya menjawab pertanyaan Lucas, Zio berniat pergi dari sama. "Zio tunggu! Saya belum selesai bicara," pekik Lucas. "Apa yang mau kamu bicarakan?""Saya tanya kamu kenapa berubah seperti ini?""Tidak ada yang berubah dari saya. Kamu saja yang terlalu percaya diri, menyimpulkan semua orang menyukaimu.""Maksud kamu apa bicara seperti itu?""Pikir sendiri. Bukan kah kamu orang yang sangat cerdas. Dari dulu aku selalu kalah telak sama kamu." Zio berlalu begitu saja. Lucas terdiam mendengar pernyataan Zio yang terakhir. Dirinya tidak
Satu jam kemudian Dian kembali lagi mengunjungi kamar Sella, ia mengetuk pintu. Namun terdengar teriakan Sella dari dalam. "Masuk saja, pintunya tidak di kunci."Dengan langkah ragu, Dian membuka pintu kamar itu. Terlihat Sella yang sedang selonjoran memainkan gawainya. Dian membersihkan sisa makanan itu, sesekali ia mencuri-curi pandang. Sella terlihat bahagia sekali, dengan senyum merkah yang ia pancarkan. Dian secepat mungkin menyelesaikan tugasnya, ia harus segera melaporkan hal yang baru saja ia temui kepada Zaki. "Semuanya sudah bersih, Bu. Saya permisi dulu. Bila Ibu perlu sesuatu bisa panggil saya," ucap Dian ramah. Sella hanya melirik sekilas, tanpa ada niatan menjawab ucapan Dian. Dian segera berlalu dari sana. [Aku melihat dia memainkan gawainya sambil tersenyum dan terlihat raut kebahagiaan dalam dirinya.] Dian mengirimkan pesan singkat itu pada Zaki. [Apa dia seperti orang normal. Maksud saya apa dia bisa berjalan?] [Saya tidak tahu. Karena posisinya dia sedang t
Pagi hari, tepatnya jam 07.00. Dian kembali ke kamar Sella, dengan membawakan sarapan untuk Sella. Dian mengetuk pintu, namun lagi-lagi Sella berteriak membiarkan dirinya masuk. "Kok kamu lagi?" tanya Sella dengan sinis. "Selamat pagi, Bu Sella. Silakan dinikmati sarapan paginya," sapa Dian tersenyum hangat. "Kenapa kamu datang ke kamar saya terus? Anita mana?""Bu Anita sedang beristirahat dia sepertinya kelelahan perjalanan.""Kenapa tidak Lucas saja yang datang kesini?""Pak Lucas sedang menjaga bu Anita.""Labay sekali!" cibir Sella pelan, namun Dian dapat mendengarnya. Dian mengernyit, 'kenapa dengan orang ini?' gumam Dian dalam hati. "Silakan dinikmati sarapannya, Bu. Saya permisi dulu," pamit Dian segera keluar kamar. Tak lupa Dian juga melaporkan pada Zaki, kejanggalan yang ia temukan hari ini. [Dian, Bos menyuruh kamu menjadi pelayan Sella di apartemen yang sudah bos siapkan. Apa kamu mau?] pesan Zaki lagi. [Bagaimana caranya kan dia sudah tau saya?][Masalah kecil k
Lucas dan Anita melihat dengan serius video yang Zaki kirimkan, Anita menutup mulutnya karena begitu kaget mendapati kenyataan yang baru saja ia lihat. Anita tak paham kenapa Sella bisa semarah itu pada dirinya. Apalagi kata-kata yang diucapkan Sella begitu menyakiti dirinya. Dengan teganya Sella menuduh, Anita hamil benih orang lain di saat masih bersuamikan adik iparnya. "Aku yakin sekali jika, wanita itu hanya bersandiwara lumpuh dan lupa ingatan hanya untuk mendapatkan simpati dari kamu saja, sayang.""Tapi aku salah apa sama Mbak Sella?" "Kamu tidak ada salah sama dia. Kamu orang baik, wajar saja jika banyak orang iri pada hidup kamu."Anita tak menyahut lagi, ia hanya bersandar pada dada bidang Lucas. "Aku akan mencari tahu alasan kenapa Sella melakukan ini."Tubuh Anita terguncang hebat, ia tak tahu harus bersikap seperti apa? Rasa sayang Anita pada Sella masih sama seperti dahulu. Tapi kenapa Sella berubah seperti sekarang? Lucas membiarkan Anita menumpahkan seluruh sak
Satu minggu kemudian ... [Nanti malam saya akan datang ke rumahmu,] pesan Zaki. [Datang saja. Kenapa mesti izin segala?] balas Dian. [Kamu siap-siap dandan cantik ya.][Untuk apa? Tanpa dandan pun saya sudah cantik.][Nanti juga tahu sendiri.]Dian tak membalas lagi pesan itu, ia memilih melanjutkan tidurnya kebetulan cuaca pagi ini sangat mendukung untuk rebahan kembali. "Dian sudah bangun belum, Nak?" panggil sang Ibu mengetuk pintu. "Ada apa, Bu?" sahut Dian. "Boleh Ibu masuk?""Masuk saja tidak di kunci, Bu."Mendengar jawaban itu, sang ibu pun akhirnya masuk ke dalam anak gadisnya. "Kok tiduran lagi?""Mager, Bu.""Calon manten kok pemalas, nanti gimana kalau di rumah mertua?" goda Dewi Ibu Dian. Dian mengernyit, "siapa yang mau nikah, Bu?" tanya Dian heran. "Memangnya kamu tidak ada keinginan untuk menikah?""Ya pengen sih. Tapi sudah lah, Bu Dian masih ngantuk.""Sekarang jangan tidur, mending bantuin Ibu di luar banyak kerjaan.""Kerjaan apa sih, Bu?" "Ya makanya sek
"Zaki antarkan saya pulang ke apartemen.""Sekarang?" tanya Zaki spontan. "Tahun depan, Zaki. Lagi pula kamu kenapa menatap saya seperti itu?""Ah tidak ada, Bos. Memangnya kenapa kok tumben mau pulang ke apartemen?""Kamu mulai kepo lagi?" Akhirnya Zaki terdiam. Ia tak lagi bertanya pada Lucas dan segera mengantarkan Lucas ke apartemennya. Begitu sampai di lobby, "apa kamu menempati apartemen pemberian saya?""Tentu dong, Bos. Dikasih fasilitas enak masa di sia-siakan.""Hmmm!" gumam Lucas. Kemudian dirinya segera berjalan lebih dulu. "Si Bos kenapa ya? Penampilannya kucel, kaya tidak memiliki semangat hidup saja. Dan tumben sekali berjauhan dengan Nyonya muda?" heran Zaki. Berbagai pertanyaan memenuhi pikiran Zaki, tapi dirinya tak mau ambil pusing. Ia lebih suka menghabiskan seluruh waktunya dengan wanita yang sudah menjadi istrinya saat ini. Sebelum masuk ke dalam kamar unitnya, Zaki melihat seorang pelayan membawakan banyak sekali jenis minuman beralkohol di depan pintu kam
Cekrek. Cekrek. Beberapa kali Sella mengabadikan momen Yuni dengan lelaki itu. "Akan aku pastikan adikku melihat dengan mata kepalanya sendiri, baca kelakuan istrinya itu."Yuni tersenyum bahagia, karena sebentar lagi dirinya akan sukses membuat dua orang yang pernah melukai hatinya akan segera hancur. Aku harus menghubungi Marwan," ucap Sella. Ia segera melakukan panggilan pada adiknya. "Hallo," sapa Sella setelah panggilan itu terhubung. "Hallo, Mbak. Apa benar ini kamu?" "Kamu pikir siapa?""Ya Allah Mbak selama ini dirimu kemana aja? Aku sudah mencari kamu kemana-mana tapi tak pernah ketemu."Sella sedikit terharu mendengar kekhawatiran sang adik, "terima kasih. Mbak hanya sedang sibuk akhir-akhir ini. Maafkan Mbak sudah membuatmu cemas.""Mbak dimana sekarang?""Aku baru kembali ke ibu kota. Apa bisa kita ketemuan?""Kenapa Mbak tidak datang langsung saja ke tempat aku?""Mungkin lain kali.""Yasudah tidak masalah. Mau ketemu dimana Mbak?"Sella segera menyebutkan alamatny
Hotel Kencana nomor 112 adalah kamar yang di tempati Sella saat ini, tapi rupanya di hotel yang sama juga seseorang sedang memandu kasih penuh kenikmatan. "Sayang bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar," ajak Yuni pada Damian. "Berikan servis terbaikmu dahulu. Apa pun yang kamu inginkan akan aku turutkan."Tanpa membantah lagi Yuni segera melancarkan aksinya. Sejak Leon dan Marvel masuk penjara, teman kencan Yuni satu-satunya hanya Damian. Terlebih sekarang Damian memiliki waktu lebih untuk bertemu Al meski tanpa sepenuhnya Marwan. Rasa sayang Damian pada Al begitu besar, tapi dirinya juga tak bisa meninggalkan Thalia karena semua aset kekayaan yang ia miliki berasal dari keluarga Thalia. Pria beristri dan perempuan memiliki suami, menjalani hubungan rumit sampai memiliki anak. Sungguh kisah cinta yang sangat di luar nalar. "Ahhhhh Yuniku! Kamu memang selalu memberikan servis terbaik," erang Damian di sela-sela Yuni menelan habis larva putih kental itu ke dalam mulutnya. "Ap
Tak ada pilihan untuk meredakan kemarahan Sella, Lucas milih untuk menuruti kemauan Sella dengan membawa kembali dirinya ke rumah yang ditinggali Anita. Sepanjang perjalanan jantung Lucas berdetak tak karuan. Meski dirinya marah pada Anita. Namun, untuk membawa gadis lain secara terang-terangan ia juga menjadi ketar ketir. "Babe," ucap Sella tiba-tiba. "Hmmm.""Sepertinya aku berubah pikiran.""Maksud kamu bagaimana?" Lucas menoleh ke samping. "Bagaimana kalau kamu belikan saja aku apartemen mewah?" Sella memberikan usul. "Kenapa begitu?" Lucas heran dengan permintaan Sella yang mendadak. "Hm! Setelah aku pikir-pikir kayanya bermain di belakang Anita lebih menyenangkan, dari pada bermain secara langsung.""Usul yang cerdas!" balas Lucas cepat. Sedetik kemudian jantungnya berpacu dengan normal kembali, ia lega dengan permintaan Sella. Lucas segera menghubungi Zaki untuk mempersiapkan satu unit apartemen mewah yang akan digunakan Sella. "Sedang di urus. Bagaimana kalau sementa
"Apa kamu ingin kita melakukannya lagi, Babe?" dengan lancang Sella membelai pipi Lucas. "Hentikan! Hapus video itu atau kamu akan menyesal.""Uhhh takut! Bagaimana kalau vidio itu sampai ke tangan Anita ya?""Itu tidak akan pernah terjadi!" Lucas mencekal dagu Sella. "Kamu takut, Babe? Bukan kan semalam kamu memaki-maki Anita pada saat dirimu mabuk?""Stop!""Kenapa? Atau kamu mau semua client kamu tahu skandal kamu?" ancam Sella tidak main-main. Dengan kasar Lucas menghempaskan cekalan itu. "Kamu mau apa? Uang? Sebutkan berapa jumlahnya?""Aku ingin kamu. Dan aku ingin memilikimu, Babe," balas Sella. Ia langsung menyerang Lucas dengan ciuman panasnya. Awalnya Lucas memberontak, tapi semakin Sella berbuat liar semakin Lucas tak berdaya. Dirinya lelaki normal meski Sella baru sekali bermain gila dengannya tapi sepertinya Sella telah berhasil menemukan titik kelemahan Lucas. "Ahhhhh!" akhirnya erangan tertahan itu keluar juga dari bibir seksi Lucas. Dengan lihai Sella telah mengu
Sepanjang malam Anita terjaga, berkali-kali dirinya menghubungi Lucas. Namun tak ada satu pun panggilan yang di jawab hingga sering telpon itu terjawab oleh oprator pertanda ponsel Lucas telah kehabisan batrei. "Kamu ada dimana Abang?" ucap Anita dengan lirih. Luka bekas operasi saja belum sembuh, tapi sekarang ada yang lebih sakit dari luka itu. Yaitu hilangnya kepercayaan Lucas pada dirinya. "Aku bukan orang yang menyebabkan Bunda meninggal, Bang. Kenapa kamu tega menuduh aku seperti ini?""Aku kehilangan anak-anakku, mertuaku dan sekarang aku juga kehilangan kepercayaan kamu Bang."Beberapa kali pelayanan mengetuk pintu kamar Anita, tapi tak ada satu pun yang dihiraukan Anita. Ia larut dalam kesedihan yang mendalam. "Nyonya muda, anda harus makan. Dari pagi anda tidak makan apa pun, kalau Nyonya seperti ini Bunda Clara pasti akan sedih," ucap Bi Sum. Wanita berusia lanjut itu tidak pernah lelah membujuk Anita sedari tadi. Mendengar kata-kata Bunda Clara, seketika Anita bangki
Kekecewaan akibat kehilangan ternyata membuat Lucas benar-benar kehilangan arah hidupnya. Dari arah beberapa meter. Sella melihat Lucas berjalan memasuki Bar ternama di ibu kota. "Ini adalah kesempatan emas untuk aku memanfaatkan keadaan," gumam Sella. Dengan penuh semangat Sella keluar dari mobilnya, sebelum itu tak lupa dirinya membenarkan riasan pada wajahnya juga menyemprotkan parfum di area tertentu. Sella mengambil duduk sedikit berjarak dengan Lucas. Agar dirinya leluasa memperhatikan objek fantasinya selama ini. Dari kejauhan Sella melihat Lucas terus menuangkan minuman beralkohol kedalam gelasnya. Sudah lima botol minuman itu ia habiskan dan sepertinya Lucas sudah mabuk berat. "Ini adalah saatnya." Sella berjalan mendekat ke arah Lucas."Stop jangan tuangkan lagi! Kamu sudah mabuk berat," cegah Sella mengambil botol itu. "Kembalikan," desah Lucas dengan suara berat. "Tidak! Kamu sudah mabuk berat.""Kembalikan!"Lucas mencoba merebut botol itu. Namun, Sella dengan s
"Masuk!" ucap Lucas dengan datar. Yang langsung berlalu. Dengan perasaan heran, pak Anang membuka pintu lebar mempersilakan Marwan untuk memasuki rumah mewah itu. Setelah diantarkan oleh pak Anang, akhirnya Marwan menginjakkan kaki juga di rumah mewah milik suami baru Anita. Ekor mat Marwan tidak berhenti memindai sekitar. Ia begitu mengagumi interior rumah bergaya modern itu. "Beruntung sekali hidup Anita sekarang," gumam Marwan. "Silakan duduk," ucap Lucas yang baru saja kembali diikuti dengan Anita di belakang. "Terima kasih." Marwan segera menjatuhkan badannya di kursi empuk. "Sekarang jelaskan kebusukan apa yang sudah kalian lakukan di belakang saya?""Bang stop menuduh seperti itu!" Anita berucap dengan lirih. "Katakan sekarang atau mau polisi yang langsung menginterogasi kalian?""Ma-ksud anda apa?" tanya Marwan terbata. "Seorang suami yang pergi meninggalkan istrinya demi perempuan lain, dan tiba-tiba menyusun rencana dengan mantan istrinya untuk mengamankan masa depa
"Auhhh!" Marwan memegangi dadanya yang terasa sesak. Seakan ada beban besar yang menghimpit bagian dalam hatinya. "Kenapa Pa?" tanya Yuni. "Dadaku sesak, Ma."Yuni melirik sekilas, "loh kok Papa nangis sih? Ada apa?"Bukannya menjawab Marwan malah semakin terisak, hatinya bagaikan diiris sangat sakit. Namun ia juga tak paham kenapa bisa seperti itu. "Anakku," lirih Marwan pelan. "Maksud kamu apa, Pa?""Anakku. Aku kangen anakku Ma.""Makanya Pa. Jangan kamu habiskan waktumu untuk bekerja, Al juga membutuhkan kamu. Dia juga ingin bermain bersama kamu.""Bukan Al Ma. Papa kangen anak perempuan Papa."Brak! Yuni menggebrak meja dengan kasar. Ia segera berdiri. "Maksud Papa apa? Sejak kapan kamu ingat anak perempuan murahan itu Pa?""Jaga bicara kamu Ma. Kamu tidak ada hak untuk memaki Anita dan juga anakku."Yuni terkekeh mendengar pembelaan dari Marwan. "Oh jadi sekarang kamu mulai membela mereka? Sejak kapan? Kerasukan setan apa kamu Pa?" ujar Yuni dengan sinis. Bukannya menjawa