Tegar membuka pintu apartemen yang kini menjadi tempat tinggalnya. Seperti apa yang telah disampaikan Lisa sebelumnya, Janmo akan menemani dan membantu Tegar dalam mempersiapkan pembukaan cabang baru."Akhirnya kau mau kerja juga," sindir Janmo sambil melangkahkan kaki memasuki apartemen Tegar.Ada rasa bahagia di hati Janmo saat mengetahui sahabatnya telah bekerja kembali. Apalagi saat ini Tegar sudah menikah dan memiliki tanggung jawab untuk menafkahi istrinya."Antar aku ke ruko yang akan menjadi cabang baru Mulia Abadi!" Tegar terlihat antusias untuk segera menyelesaikan pekerjaannya."Kenapa buru-buru? Santai saja! Besok sudah ada yang mengerjakan, kita tinggal mengawasi saja.""Ayo!" ajak Tegar seolah tidak memberi kesempatan kepada Janmo untuk mengistirahatkan tubuhnya barang sejenak.Tegar ingin semua urusan pembukaan cabang baru Mulia Abadi Mebel bisa selesai secepatnya agar dia bisa segera berkumpul dengan Cinta lagi. Tegar merasa semua yang dia dapatkan terasa sia-sia jika
"Kak Cinta, aku pulang dulu," pamit Sasa saat taksi pesanannya sudah datang."Ya," jawab singkat Cinta yang terlihat tidak nyaman karena tidak ada yang menemaninya.Cinta membalas lambaian tangan Sasa yang berada di dalam taksi online yang sudah mulai melaju.Damar mulai melangkahkan kakinya mendekati Cinta saat taksi yang membawa Sasa sudah tidak terlihat lagi."Bagaimana kabarmu?" tanya Damar dengan langkah yang semakin mendekat. "Baik," jawab singkat Cinta, dengan seulas senyum yang terlihat sangat dipaksakan. "Bagaimana kabar Aura?"Sebagai pasangan kekasih, status Cinta dan Damar saat ini hanya sebatas mantan, tetapi mereka tetap harus menjaga hubungan baik sebagai ipar."Tampaknya kau sangat sibuk setelah resign dari Sanjaya, sampai-sampai tidak punya waktu untuk bertemu dengan Aura. Tapi tidak ada yang perlu kau khawatirkan, karena aku akan selalu menjaga Aura untukmu."Tatapan mata Damar yang teduh, terasa begitu menenangkan hati Cinta. Kilatan masa lalu kebersamaan yang pern
Plak!Tegar bergeming dengan tatapan sayu memandang Cinta. Dia bisa memahami kemarahan sang istri. Kini otak Tegar sedang bekerja keras berpikir mencari cara dan kata-kata untuk meluluhkan hati Cinta. Tetapi sepertinya otak Tegar sedang mengalami kebuntuan karena saat ini yang ada di pikirannya hanyalah keinginan untuk memadu kasih bersama Cinta."Maaf! Aku khilaf," ucap Tegar yang tak menyerah berusaha untuk meraih tubuh sang istri."Kau selingkuh?""Tidak, bukan begitu." Tegar tidak menduga jika kata khilaf yang keluar dari mulut seorang lelaki akan identik dengan perselingkuhan. Karena yang dia maksud dengan khilaf saat ini adalah dirinya yang telah salah mengambil keputusan tidak berusaha untuk menghubungi Cinta di tengah-tengah kesibukannya."Maafkan aku … aku cari kerja, Ta! Sekarang aku sudah punya kerja, kalau sekarang kau ingin resign dan fokus menjadi ibu rumah tangga, tidak masalah. Tapi kalau kau tetap ingin bekerja jadi wanita karir, aku akan tetap mendukungmu." Tegar me
"Menikah?" Cinta menatap mata Tegar mencoba memahami ucapan lelaki yang telah menikahinya. "Bukankah kita sudah menikah?" tanya Cinta sekali lagi."Kita baru menikah siri, Ta! Pernikahan kita belum tercatat secara resmi sesuai hukum negara. Saat anak kita lahir nanti, namaku tidak akan tercatat sebagai ayah akta kelahirannya, dan menurutku itu adalah sebuah kezaliman di atas kenikmatan yang kita lakukan, bukan hanya untuk harga dirinya sebagai seorang anak, tetapi juga untuk kehormatanmu sebagai seorang ibu dan perempuan." Dengan tangan yang sibuk merapikan rambut sang istri, Tegar memberikan penjelasan atas maksud dan tujuannya mengajak Cinta untuk menikah kembali.Cinta menganggukkan kepalanya dengan perlahan sambil menyeka air mata yang jatuh bercucuran. Seolah kehabisan kata-kata, Cinta langsung memeluk sang suami.Dengan mata yang terpejam Tegar mencium pucuk kepala Cinta sambil mengusap lembut rambut hitam sang istri."Aku sudah meminta bantuan pada Pak Adnan untuk mengurus lega
"Apa kau pulang hanya karena mengira aku sedang hamil?" tanya Cinta, sambil melanjutkan kegiatannya mencuci peralatan makan baru saja mereka gunakan."Tentu tidak," jawab Tegar lalu memeluk Cinta dari belakang."Tapi sepertinya kau sangat kecewa setelah melihat testpack itu."Cinta terdiam setelah mengeringkan tangannya dengan serbet yang berada tak jauh dari wastafel. Teringat kembali pergolakan batinnya saat mendapatkan hasil negatif dari dua alat uji kehamilan yang dia gunakan. Lega rasanya saat mendapatkan hasil negatif, karena saat itu Cinta tidak tahu kabar dan keberadaan Tegar. Tetapi tidak bisa dipungkiri jika ada rasa kecewa, karena saat dirinya mulai merasa cinta mulai hadir di hatinya, Cinta harus kehilangan Tegar, dan tidak ada yang tersisa dari hubungan mereka.Begitu juga dengan apa yang dirasakan Tegar, tidak bisa dipungkiri jika kecewa itu ada. Tegar sangat berharap jika Cinta kini sedang mengandung anaknya, sebagai pengobat rasa kehilangan setelah Aura menggugurkan an
Lisa membuka pintu ruang kerjanya, hatinya sangat senang saat melihat Tegar sudah berada di sana. Perempuan yang memimpin Mulia Abadi Mebel itu langsung menghambur ke putranya dan mendaratkan ciuman di pipi kiri dan pipi kanan Tegar. Tanpa di sadari oleh pasangan ibu dan anak itu, ada sepasang mata yang meneteskan air matanya kala menyaksikan kedekatan mereka.Dengan langkah gontai Cinta menuju ke tempat galon berada. Ada banyak pertanyaan yang mengganggu pikiran hingga membuat Cinta tidak sadar jika tumblernya ternyata sudah penuh bahkan airnya sampai tumpah."Mbak Cinta, airnya tumpah itu," ucap salah satu office boy yang berada di dekat Cinta."Oh, Maaf!" Cinta segera menarik tumblernya sehingga tidak menekan kran dispenser lagi. "Lapnya di mana, Mas?" tanya Cinta yang terlihat merasa bersalah."Nggak apa-apa, Mbak! Biar saya saja, sudah tugas saya" balas si office boy dengan bijak."Terima kasih, Mas! Maaf, saya benar-benar ga sengaja." Sekali lagi Cinta memohon maaf atas keteledo
Cinta berjalan menyusuri gang menuju ke rumahnya. Masih lekat dalam ingatannya saat Tegar dan Lisa saling berciuman, meskipun hanya ciuman di pipi tetapi Cinta sangat meyakini jika ada kedekatan yang istimewa di antara keduanya.Semakin mendekati rumah, Cinta melihat lampu rumahnya sudah menyala yang menandakan jika ada kehidupan di sana. Cinta yakin jika saat ini Tegar sudah berada di rumah. Ada banyak pertanyaan yang melintas di pikiran. Di mana Tegar bekerja? Apa pekerjaannya? Berapa gajinya? Cinta menggelengkan kepala pelan, saat dia merasa urusan gaji tidak pantas untuk dia tanyakan, biarlah Tegar memberikan nafkah seikhlasnya. Masih jelas dalam ingatan Cinta pesan Utari saat masih hidup."Jangan pernah mengeluh dengan nafkah yang diberikan oleh suamimu kelak!" pesan Utari waktu itu."Bagaimana kalau dia memberinya sedikit?" tanya Cinta dengan polosnya."Memberi nafkah yang layak kepada istri adalah harga diri bagi seorang suami, pasti dia akan memberikan yang terbaik untuk kelu
"Aku sudah bilang, keahlianku di bidang pertukangan, kerjaku ya jadi tukang. Kemarin aku dapat kerja buat renovasi ruko yang akan jadi cabang baru sebuah toko mebel. Syukur bisa selesai lebih cepat dari waktu yang diperkirakan, jadinya aku bisa langsung pulang." Tegar mendaratkan kecupan hangat di pucuk kepala Cinta setelah mengakhiri penjelasannya. "Aku kangen, itulah sebabnya aku berusaha agar cepat selesai. Apa kau juga kangen padaku?" tanya Tegar mencoba mengalihkan pembicaraan.Tangan Tegar mengusap lembut lengan Cinta, seperti seorang ayah yang sedang menina bobo anaknya. Tegar tidak ingin membohongi istrinya, tetapi baginya saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakan dengan jujur pekerjaannya sekarang. Seperti apa yang disarankan oleh Lisa, Tegar ingin memberi kejutan kepada Cinta saat acara grand opening Mulia Abadi Mebel nanti, jika dirinyalah yang menjadi kepala cabang di sana.Seolah terhipnotis oleh sentuhan lembut Tegar dan juga kata-kata yang terdengar layaknya d
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit