Beranda / Romansa / Ketegaran Cinta Seorang Istri / 3. Pernikahan yang Tidak Diinginkan

Share

3. Pernikahan yang Tidak Diinginkan

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-18 13:36:33

“Kak! Kak Cinta marah padaku?” Pertanyaan yang Aura lontarkan berhasil menyadarkan Cinta dari lamunannya.

“Apa?” tanya Cinta yang terlihat tergagap karena tidak mendengar dengan jelas pertanyaan dari adiknya.

“Apa Kakak marah padaku?”

“Tidak, aku tidak marah padamu.”

Cinta tidak berbohong, dia memang tidak marah, hanya merasa kecewa karena pengkhianatan dari dua orang terdekatnya. Pengkhianatan yang menorehkan luka begitu dalam

“Kalau Kak Cinta tidak marah, mengapa tidak mengucapkan selamat kepadaku?”

“Untuk?” tanya balik Cinta dengan menatap ke arah Aura sambil mengerutkan keningnya.

“Untuk pernikahanku dengan Kak Damar.”

Cinta terdiam sejenak menatap wajah polos sang adik. Kamus dalam otak Cinta seakan memudar, hingga dia tidak menemukan kata-kata lagi untuk menanggapi ucapan Aura.

Seandainya yang berada di hadapannya saat ini bukan adiknya, ingin rasanya Cinta menyumpal mulut Aura yang berucap tanpa mempedulikan perasaannya yang sedang terluka. Tidak ada ucapan terima kasih dari Aura atas perjuangan Cinta, yang harus berdebat panjang dan alot dengan Damar dan Bu Hesti, hingga akhirnya Damar bersedia bertanggung jawab untuk menikahi Aura. Justru terdengar seperti sebuah ejekan, kala Aura berharap Cinta mengucapkan selamat kepadanya

“Selamat, semoga kau bahagia,” ucap Cinta lalu melanjutkan kegiatannya membersihkan rumah.

Cinta harus bekerja keras untuk membersihkan dan merapikan rumahnya, karena besok adalah hari pernikahan Aura dan Damar. Meskipun akan berlangsung dengan sederhana, Cinta tidak ingin rumahnya terlihat berantakan saat dilangsungkannya akad nikah.

Lelah, sudah pasti, karena sepulang kerja Cinta harus mengerjakan semua sendiri. Tetapi bagi Cinta itu lebih baik, setidaknya ada pelarian dari rasa sakit hati yang sampai saat ini masih terasa nyeri.

“Kak!” panggil Aura yang kembali berhasil mengalihkan perhatian Cinta. “Bagaimana menurut Kakak?” Aura menunjukkan mengenakan kebaya putih yang seharusnya dia kenakan untuk akad nikah besok.

“Bagus,” lirih Cinta menjawab lalu melanjutkan lagi kegiatannya, menutup meja dengan kain yang sudah disiapkan oleh Utari.

Tiba-tiba Cinta merasa ada sebuah kejanggalan, saat tanpa sengaja matanya menatap perut Aura. Cinta memang belum pernah mengandung, tetapi melihat perut Aura yang sudah terlihat membuncit, membuat Cinta ragu jika usia kehamilan Aura saat ini baru empat minggu.

“Sudah malam, Ta! Besok lagi saja,” ucap Utari sambil melangkah menuju ruang tamu.

Utari yang sebenarnya sudah istirahat sejak bakda isya, terbangun karena mendengar percakapan kedua putrinya.

 “Besok Aura akan menikah, Bu!” sela Aura dengan wajah yang terlihat sumringah.

Cinta yang mendengar penuturan Aura hanya diam dengan wajah sendu yang menyiratkan luka.

 “Ya, semoga kau bahagia, Nak!” sahut Utari sambil mengusap lembut rambut putri bungsunya. “Istirahatlah! Agar sehat dan bugar di hari pernikahanmu besok.”

“Ya, Bu!” sahut Aura dengan senyum yang mengembang di bibirnya. “Aku ke kamar dulu, Kak!” pamit Aura pada Cinta.

“Ya,” jawab Cinta dengan singkat, wajahnya terlihat malas untuk menjawab.

Cinta dan Utari memandang Aura yang melangkah menuju ke kamar. Utari tersenyum lega saat mendengar putri bungsunya bersenandung, tidak lagi sedih dan takut seperti saat baru datang dari Solo beberapa hari yang lalu. Tetapi senyum itu tidak bertahan lama dan dalam sekejap langsung memudar saat Utari menatap ke arah Cinta, putri sulungnya.

“Maafkan Aura!” pinta Utari dengan air mata yang mulai menetes. “Aura adalah saudaramu satu-satunya.”

Dalam hati yang menahan lara, Cinta tidak tega melihat keadaan Utari yang terlihat sangat rapuh. Meskipun terasa lebih membela Aura dan segala kepentingannya, tetapi Cinta tetap tidak bisa mengabaikan sang ibu. Cinta segera menghampiri Utari yang sudah terlihat lelah, lalu memapahnya menuju ke kamar.

“Sebaiknya ibu istirahat,” ucap Cinta yang sebenarnya enggan untuk membicarakan Aura terus.

“Ibu harap kamu bisa menerima kenyataan ini dengan lapang dada!” Meskipun sudah melihat Cinta menganggukkan kepalanya tetapi Utari tetap merasa belum lega. “Bagaimana pun kau lebih beruntung dari pada Aura. Bapak dan ibu masih bisa memberimu pendidikan yang lebih baik, sedangkan Aura … untuk bisa tetap kuliah ibu harus menitipkannya pada bulikmu di Solo. Aura harus membantu bulikmu jualan angkringan di pinggir jalan hanya agar bisa melanjutkan kuliahnya, itupun hanya D3, tidak S1 sepertimu.”

“Ya, Bu!” Cinta menjawab dengan singkat. Dengan mengiyakan penuturan sang ibu, Cinta berharap pembahasan tentang Aura segera berakhir, karena semakin lama membicarakan hanya akan membuat hati Cinta semakin lara.

***

Kini Aura dan Damar telah duduk berdampingan di hadapan penghulu. Tampaknya Bu Hesti benar-benar melakukan ancamannya tidak menghadiri saat Damar mengucap akad nikah. Cinta bisa memahami rasa kecewa mantan calon ibu mertuanya itu, tetapi yang paling ditakutkan oleh Cinta adalah, jika Bu Hesti benar-benar tidak menganggap Aura sebagai menantunya dan memperlakukan adiknya dengan buruk.

Kata sah yang menggema membuyarkan lamunan Cinta, meskipun sakit tetapi Cinta merasa lega. Pernikahan Aura dan Damar akan menjadi awal baru bagi kehidupan rumah tangga mereka, dan juga awal baru bagi Cinta untuk hidup tanpa Damar. Cinta berusaha untuk meyakinkan dirinya jika perlahan-lahan rasa cinta untuk Damar akan terkikis habis, perlahan-lahan luka di hatinya akan terobati.

Sebuah pernikahan yang sangat sederhana dan tertutup, Damar datang hanya bersama Pak Supri, supir pribadi Bu Hesti yang menjadi saksi dari pihak mempelai pria. Sedangkan dari pihak Aura, Pak RT yang menjadi saksi. Tidak ada tamu, hanya Bella anak dari Pak RT yang merupakan sahabat Cinta sejak kecil dan juga teman sekantor. Keberadaan Bella di sana untuk membantu Cinta merias dan mendandani Aura.

Setelah acara selesai, Damar pun akan segera memboyong Aura ke rumahnya. Seperti hendak berpamitan, pria yang sudah bergelar suami itu menghampiri Cinta yang sekarang sudah menjadi kakak iparnya.

“Aku sudah menikahi Aura seperti yang kau inginkan. Aku melakukan semua ini untuk menjaga kehormatan keluargamu, karena aku sangat mencintaimu. Jadi … kuharap kau tetap ingat dengan janjimu, jika ternyata test DNA bayi Aura bukanlah darah dagingku, aku akan menceraikan Aura, dan kau bersedia menjadi istriku tanpa syarat,” ucap Damar dengan suara yang lirih mengingatkan Cinta pada janji yang sudah mereka sepakati.

Cinta hanya diam bergeming di posisinya, sedangkan di sudut lain rumah sederhana itu, sepasang mata yang menyaksikan kebersamaan Cinta dan Damar meneteskan bulir-bulir bening, kala telinganya masih mendengar ucapan Damar meskipun hanya samar-samar.

Bab terkait

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   4. Janji Cinta

    “Apakah kau akan menjadi duri dalam pernikahan adikmu?”“Apa maksud ibu bertanya demikian?”Bukan jawaban yang diberikan oleh Cinta, gadis yang masih berusaha untuk mengobati luka hatinya sangat terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita yang telah melahirkannya.Lelah tubuh Cinta karena bekerja seharian, belum sempat dia beristirahat, Utari sudah menyambutnnya dengan kata-kata yang pedas. Sebuah pertanyaan yang dengan jelas menyiratkan sebuah tuduhan.“Lebih baik kau keluar, jangan bekerja di sana lagi! Kamu harus bisa menjaga jarak dengan Damar, dan juga menjaga perasaan adikmu, karena dia sedang mengandung.”“Bu! Kalau saya keluar, terus saya nggak kerja, nanti kita makan apa, Bu?” tanya Cinta yang terdengar nelangsa, sambil menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi usang yang berada di ruang tamu.Sebenarnya tanpa di suruh pun Cinta sudah berpikir akan resign dari Sanjaya Furniture. Tetapi darah tinggi sang ibu yang sering kambuh, hingga membuat Cinta harus menyiapkan dana

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   5. Sang Durjana

    “Mbak!” panggil Tegar yang merasa khawatir dengan keadaan Cinta. “Ta!” Dalam waktu yang bersamaan Utari memanggil Cinta. “Siapa Ta? Kenapa tidak di suruh masuk?” cecar Utari dari dalam rumah.“Teman, Bu!” jawab Cinta sekenanya dengan sedikit berteriak.Beberapa kali Cinta menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya agar tetap bisa berpikir dengan jernih. Cinta tidak ingin ibunya mengetahui siapa apa yang sedang terjadi antara Tegar dengan Aura.“Kita bicara di luar saja, Mas!” ucap Cinta sambil menatap mata Tegar. Cinta bergegas memasuki rumah dan tak lama kemudian dia keluar dengan menjinjing tas yang biasa dibawa kerja. “Ayo!” ajak Cinta sambil melangkah meninggalkan rumahnya.Tidak ada pilihan lain bagi Tegar selain mengikuti Cinta. Untuk saat ini hanya Cinta satu-satunya orang yang dia anggap bisa mempertemukan dirinya dengan Aura. Dua orang yang baru berkenalan dan hanya sekedar saling mengetahui nama itu, kini berjalan bersama melangkah meninggalkan rumah Cinta.“S

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   6. Siapa Ayahnya

    Siapa ayah dari anak yang berada dalam kandungan Aura sebenarnya? Tegar atau Damar?Pertanyaan itu terus saja menghantui pikiran Cinta. Ingin rasanya Cinta membagi beban ini dengan orang lain, tetapi sepertinya hal itu tidak mungkin Cinta lakukan, karena bagaimana pun ini adalah aib keluarganya. Hamil di luar nikah saja sudah merupakan aib, apalagi sampai melibatkan dua orang lelaki yang diduga sebagai ayah si jabang bayi.Tidak bisa dipungkiri jika kehadiran dan pengakuan Tegar merusak suasana hati Cinta, hingga membuat gadis yang masih belum sembuh dari pedihnya patah hati itu tidak bisa konsentrasi dalam mengerjakan tugas-tugasnya.Cinta tidak habis pikir bagaimana Aura bisa kenal dengan pria seperti Tegar, bahkan sampai melakukan hal yang terlarang. Jika memang mereka tidak pernah melakukannya sudah tentu Tegar tidak akan mengakui anak yang sedang dikandung oleh Aura sebagai anaknya. Sedangkan Damar, sosok yang telah menikahi Aura, sampai saat ini tidak mengakui jika anak yang dik

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   7. Pertengkaran

    Cinta merapikan selimut yang menutup tubuh Utari. Dipandanginya dengan saksama sang ibu yang sudah memejamkan matanya. Cinta harus memastikan jika Utari sudah benar-benar tidur, karena dia tidak ingin jika sang ibu sampai mendengarkan pembicaraannya dengan Aura. Cinta bergegas keluar dan menutup pintu setelah yakin jika sang ibu sudah tidur.“Mengapa harus menunggu ibu tidur?” tanya Aura dengan wajah polosnya.“Kenapa?” tanya balik Cinta dengan ketus.“Ng nggak apa-apa sih, Kak! Cuma aku jadi kemalaman pulangnya.”“Takut pulang kemalaman atau takut bicara sendiri denganku? Karena nggak ada ibu yang selalu membelamu,” ucap Cinta dengan sorot mata yang tajam membidik tepat ke arah Aura. “Aura! jangan libatkan ibu lagi dalam masalahmu yang super rumit itu! Kasihan ibu, nanti darah tingginya kambuh lagi,” sambung Cinta memberi peringatan kepada adiknya.Aura tidak bisa menutupi rasa takut saat harus menghadapi Cinta sendirian, biasanya Utari akan berada di sampingnya dan memberikan pembel

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   8. Permintaan Utari

    Lega?Tentu tidak, setelah meluapkan segala amarahnya, Cinta justru merasa menyesal. Apalagi saat harus melihat sang ibu yang kini terbaring lemah karena kesehatan kembali menurun.“Pulanglah! Suamimu pasti sudah menunggumu,” ucap Cinta tanpa memandang Aura yang masih berdiri di dekat pintu.Aura menatap jam dinding yang berada di kamar sang ibu, sudah hampir jam sembilan malam. Tentu bukan hanya karena waktu yang sudah merangkak semakin malam, tetapi pembicaraan dengan Cinta sepertinya tidak akan menemukan titik temu lagi, hingga akhirnya Aura mengambil jas jinjing terbarunya yang merupakan keluaran terbaru dari sebuah brand ternama.“Aku pulang dulu, Kak!” pamit Aura dengan suara lirih karena tidak ingin Utari yang baru saja istirahat setelah meminum obatnya.“Hmm,” gumam Cinta yang terlihat enggan untuk menjawab.Dengan langkah gontai, Aura meninggalkan rumah masa kecilnya. Perempuan yang sedang hamil muda itu menyeka air matanya sebelum menyusuri gang sempit menuju tempat mobil ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   9. Kedatangan Tegar

    Dua gelas kopi hitam yang masih mengepulkan uap panas tersaji di sebuah meja kecil. Tegar dan Janmo duduk mengapit meja tersebut sambil berbincang santai menikmati suasana pagi sebelum mereka memulai aktifitas.“Apa rencanamu berikutnya?” tanya Janmo sambil meletakkan kopi yang baru saja dia sesap.Janmo adalah teman Tegar saat masih berada di panti asuhan di kota Solo. Mereka tumbuh bersama, kedekatan yang terjalin di antara kedua sudah seperti saudara.“Tak tahu lah!” jawab Tegar yang terdengar pasrah, mungkin lebih ke arah putus asa.“Mungkin kau bisa bekerja dulu, lalu pelan-pelan cari dia,” saran Janmo kepada sahabatnya.Bekerja, berarti Tegar harus menetap di Jakarta dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Sama sekali tidak pernah terpikir oleh Tegar untuk kembali ke kota Jakarta, kejadian buruk di masa lalu membuat Tegar sempat berjanji untuk tidak pernah menginjakkan kakinya di ibu kota. Jika bukan karena tanggung jawab atas darah dagingnya yang telah tumbuh di rahim Aura, su

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   10. Dilema Aura

    Suara ketukan pintu kembali terdengar, bukan membukanya tetapi Cinta justru melangkah menghampiri Aura. Melihat ekspresi datar dari wajah sang kakak, Aura menduga jika Cinta sedang berbohong, apa yang dia lakukan saat ini hanya untuk menakut-nakutinya saja.“Kak Cinta pasti bohong, aku yakin itu Kak Bella,” ucap Aura saat melihat Cinta yang keluar dari kamarnya sambil menjinjing jas kerjanya.“Masuklah ke kamar ibu! jangan sampai dia melihatmu!” perintah Cinta dengan nada dingin.“Permisi!”Wajah Aura tiba-tiba menjadi pucat saat mendengar suara yang begitu dia kenal berbarengan dengan suara pintu yang diketuk. Kini perempuan yang sedang hamil muda itu percaya kepada sang kakak, jika saat ini Tegar berada di depan rumah mereka.“Kak! Aku harus bagaimana?” tanya Aura terlihat panik setelah mendengar suara Tegar yang berasal dari luar rumah mereka.“Masuklah ke kamar ibu!” sekali lagi Cinta memberi perintah agar adiknya ke kamar Utari.Ingin rasanya Cinta bermain-main sebentar dengan A

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   11. Perjuangan Tegar

    Layaknya sepasang kekasih, Cinta dan Tegar berjalan berdampingan menyusuri gang yang sempit. Orang-orang yang sudah mengenal Cinta pun saling berbisik sambil menyunggingkan senyum menggoda ke arah Cinta.“Pacar baru, Mbak?” tanya seorang pria sambil menata bakso dagangannya ke dalam gerobak.“Teman, Bang,” jawab Cinta malu-malu.“Sekarang temen, lama-lama demen, Cin!” sahut seorang wanita yang berada tak jauh dari pria tadi.Cinta hanya membalas dengan senyuman ucapan dari tetangganya. Lain di bibir lain di hati, meskipun bibir Cinta terlihat jelas seulas senyum, tetapi hati Cinta seolah menangis darah. Bagaimana tidak, beberapa saat yang lalu dirinya baru saja melepas pria yang sangat dia cintai, tetapi saat ini dia mengetahui sebuah kenyataan jika ada muslihat keji, dan dia harus mendukungnya demi kebahagiaan sang adik yang telah dengan tanpa hati merenggut kebahagiaannya.Uang Cinta yang sudah menipis membuatnya tidak berani mentraktir sarapan untuk Tegar lagi, sehingga Cinta menga

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26

Bab terbaru

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   148. Keluarga Bahagia

    Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   147. Lembaran Baru

    “Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   146. Akad Kedua

    Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   145. Ayah

    Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   144. Kedatangan Cantika

    Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   143. Sebuah Kejutan

    Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   142. Doa

    “Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   141. Sadar

    Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   140. Pindah

    Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit

DMCA.com Protection Status