Share

4. Janji Cinta

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-18 13:37:32

“Apakah kau akan menjadi duri dalam pernikahan adikmu?”

“Apa maksud ibu bertanya demikian?”

Bukan jawaban yang diberikan oleh Cinta, gadis yang masih berusaha untuk mengobati luka hatinya sangat terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita yang telah melahirkannya.

Lelah tubuh Cinta karena bekerja seharian, belum sempat dia beristirahat, Utari sudah menyambutnnya dengan kata-kata yang pedas. Sebuah pertanyaan yang dengan jelas menyiratkan sebuah tuduhan.

“Lebih baik kau keluar, jangan bekerja di sana lagi! Kamu harus bisa menjaga jarak dengan Damar, dan juga menjaga perasaan adikmu, karena dia sedang mengandung.”

“Bu! Kalau saya keluar, terus saya nggak kerja, nanti kita makan apa, Bu?” tanya Cinta yang terdengar nelangsa, sambil menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi usang yang berada di ruang tamu.

Sebenarnya tanpa di suruh pun Cinta sudah berpikir akan resign dari Sanjaya Furniture. Tetapi darah tinggi sang ibu yang sering kambuh, hingga membuat Cinta harus menyiapkan dana tersendiri untuk pengobatan ibunya, membuat Cinta harus berpikir ulang untuk resign dari tempat kerjanya.

Utari terdiam, tanpa terasa bulir bening menetes dari mata yang cekung. Wanita bertubuh kurus itu menangisi betapa tidak berdaya dirinya selama ini. Utari teringat kembali pada kecelakaan yang merenggut nyawa suaminya. Diduga karena mengantuk setelah berhari-hari harus merawat dirinya yang sedang dirawat di rumah sakit, ayah dari kedua anaknya harus meregang nyawa karena mengalami kecelakaan tunggal, menabrak sebuah truk penuh muatan besi yang sedang terparkir di pinggir jalan.

Cinta harus menggantikan posisi sang ayah menjadi tulang punggung keluarga, meskipun saat itu dia belum lulus kuliah. Dengan bantuan Bella, Cinta mulai bekerja paruh waktu menjadi SPG saat Sanjaya Furniture mengikuti pameran.

Penghasilan yang tidak tetap dan cenderung selalu kurang, membuat Utari menerima tawaran adiknya yang berada di Solo yang akan membiayai pendidikan Aura. Tetapi memang tidak ada yang gratis di dunia ini, untuk biaya pendidikan yang tidak sedikit itu, Aura harus membantu sang bibi jualan angkringan.

“Ta! Sekarang Damar adalah suami Aura, kamu harus tahu itu.”

“Saya bukan anak kecil lagi, Bu! Ibu tidak perlu khawatir, saya tahu mana yang benar dan mana yang salah.”

“Jika kau sudah tahu, mengapa kau masih berencana untuk menikah dengan Damar, setelah Aura melahirkan bayinya?”

“Bu!” Cinta berdiri lalu melangkah menghampiri sang ibu yang sedari tadi duduk di dekat meja makan. “Tidak ada yang perlu ibu takutkan, karena aib keluarga kita sudah tertutup rapat,” ucap Cinta berusaha untuk menangkan hati sang ibu, karena jika sang ibu berpikir terlalu berat akan membuat darah tingginya mudah kambuh.

“Yang ibu takutkan adalah kamu akan merebut Damar dari Aura, menjadi duri dalam rumah tangga adikmu, dan merenggut kebahagiaannya.”

“Seburuk itukah aku di hadapan ibu?” tanya Cinta dengan suara yang terdengar nelangsa dibarengi oleh lelahan air mata yang menandakan betapa sakit hati Cinta karena ucapan dari sang ibu.

“Karena ibu mendengar percakapanmu dengan Damar waktu itu.”

Cinta menghembuskan napas dengan kasar. Masih terekam jelas percapakannya dengan Damar, hari itu terakhir kalinya Cinta dan Damar berbincang, karena setelahnya Cinta berusaha untuk menjaga jarak dengan Damar yang statusnya sudah berubah menjadi adik ipar.

“Maaf, Bu! Saya terpaksa, karena itu adalah satu-satunya cara agar Pak Damar mau menikah dengan Aura.”

“Ibu ingin, di hadapan ibu, kau berjanji tidak akan mengganggu pernikahan Aura, bahkan jika perlu kau  membantunya untuk mempertahankan rumah tangganya.”

“Ya, Bu!” sahut Cinta tanpa berpikir panjang lagi. “Sekarang ibu istirahat, jangan banyak pikiran! Saya janji akan menuruti semua permintaan ibu.”

“Begitu mudah kau mengucapkan janji, Ta! Lalu bagaimana dengan janjimu pada Damar?”

“Tidak ada yang perlu ibu khawatirkan, karena aku yakin anak yang saat ini berada di kandungan Aura adalah anak Pak Damar.”

Bukan ketenangan yang didapatkan oleh Utari, semakin banyak bicara dengan Cinta justru hatinya semakin tidak tenang. Utari merasakan kepala semakin berat saat memikirkan masa depan kedua putrinya.

“Antar ibu ke kamar, Ta!”

Dengan telaten dan penuh kasih sayang, Cinta memapah sang ibu menuju ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang ringkih.

“Ta! Janji sama ibu, kalau kau akan melakukan apa pun untuk membahagiakan Aura, dia saudaramu satu-satunya. Jika ibu sudah tiada, hanya dia keluarga yang kau miliki.”

“Ya, Bu!” Lagi dan lagi Cinta harus mengucap janji, bukan bermaksud untuk mengobralnya, tetapi demi kesehatan sang ibu, Cinta terpaksa mengiyakan.

***

Cinta duduk di depan cermin memberi sedikit polesan di wajahnya agar tidak terlihat pucat. Cinta tetap harus bekerja, mengais rejeki untuk menyambung hidup. Tidak ingin terus terpuruk karena pengkhianatan, Cinta berusaha bangkit mengyongsong hari esok. Satu keyakinan dalam hati Cinta, tidak semua pria adalah durjana.

Diraihnya sebuah foto  yang tersimpan rapi di dalam laci, foto sang ayah, lelaki yang setia dan sangat menyayangi keluarganya. Sejenak memandang foto tersebut,  membuat Cinta yakin masih ada lelaki yang baik di dunia ini, dan dia berharap salah satu telah Tuhan ciptakan untuk dirinya. Cinta mencium foto sang ayah dan menyimpannya kembali di laci meja riasnya, lalu ditundukkannya kepala sambil terpejam, mengirimkan doa untuk sang ayah yang telah pergi untuk selamanya.

Suara pintu di ketuk membuat Cinta segera mengakhiri doanya dan bergegas keluar. Setelah membuka pintu, netra Cinta mendapati sesosok pria tinggi tegap dan berbadan atletis, warna kulit sawo matang membuatnya wajahnya telihat manis, apalagi saat senyum tersungging di bibirnya.

“Maaf! Benar ini rumah Aura?” tanya pria yang berdiri di hadapan Cinta.

“Ya, benar. Saya kakaknya.”

“Saya Tegar, dari Solo, Mbak!” ucapnya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.

“Saya Cinta, Mas!” sahut Cinta dengan ramah dan seulas senyum di bibirnya kala dia menyambut uluran tangan Tegar.

Sorot mata Tegar terlihat seperti risih saat menatap ke arah Cinta. Tegar terdiam, memandang wajah ayu di depannya, benaknya pun bertanya-tanya, seagresif inikah gadis kota?

Cinta merasa tidak nyaman saat tanpa sengaja menatap mata Tegar, hingga membuatnya dengan segera melepaskan tangan pria yang baru pertama kalinya dia lihat. Cinta pun teringat saat dia pernah berkenalan dengan seorang pria, dan pria tersebut salah paham saat Cinta menyebutkan namanya, dikiranya Cinta mengungkapkan perasaannya.

“Nama saya Cinta, Mas!” balas Cinta dengan wajah yang terlihat takut. “Kalau boleh tahu ada perlu apa Mas Tegar datang ke sini?”

Tidak ingin terlalu lama berbasa-basi, Cinta pun langsung menanyakan tujuan kedatangan Tegar.

“Maksud kedatangan saya adalah untuk melamar Aura.”

“Maaf, Mas! Bisa diulang!” Cinta meminta Tegar untuk mengulangi lagi ucapannya. Bukan karena tidak mendengar, tetapi Cinta ingin meyakinkan jika telinganya tidak salah mendengar.

“Saya ingin melamar Aura, menjadikannya sebagai istri, pendamping hidup saya.”

“Itu tidak mungkin, Mas! Karena Aura sudah menikah.”

Tegar terdiam menatap mata Cinta, berharap gadis yang berada di hadapannya meralat ucapannya. Tetapi setelah sekian menit menunggu ternyata Cinta hanya diam sambil membalas tatapan matanya.

“Itu tidak mungkin, Mbak!” ucap Tegar yang masih tidak percaya dengan kata-kata yang terlontar dari mulut Cinta.

“Kenapa tidak mungkin?” tanya Cinta dengan seulas senyum yang terlihat seperti mengejek.

“Karena Aura sedang mengandung anak saya.”

Sebuah pengakuan yang membuat Cinta sekali lagi bagaikan disambar petir, hingga membuatnya hampir terjatuh. Cinta berdiri bersandar di kusen pintu rumahnya karena tiba-tiba tubuhnya terasa lemas tak berdaya. Apa yang terjadi ternyata lebih buruk dari dugaan Cinta yang semula mengira Tegar adalah debt collector dari sebuah aplikasi pinjaman online.

Bab terkait

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   5. Sang Durjana

    “Mbak!” panggil Tegar yang merasa khawatir dengan keadaan Cinta. “Ta!” Dalam waktu yang bersamaan Utari memanggil Cinta. “Siapa Ta? Kenapa tidak di suruh masuk?” cecar Utari dari dalam rumah.“Teman, Bu!” jawab Cinta sekenanya dengan sedikit berteriak.Beberapa kali Cinta menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya agar tetap bisa berpikir dengan jernih. Cinta tidak ingin ibunya mengetahui siapa apa yang sedang terjadi antara Tegar dengan Aura.“Kita bicara di luar saja, Mas!” ucap Cinta sambil menatap mata Tegar. Cinta bergegas memasuki rumah dan tak lama kemudian dia keluar dengan menjinjing tas yang biasa dibawa kerja. “Ayo!” ajak Cinta sambil melangkah meninggalkan rumahnya.Tidak ada pilihan lain bagi Tegar selain mengikuti Cinta. Untuk saat ini hanya Cinta satu-satunya orang yang dia anggap bisa mempertemukan dirinya dengan Aura. Dua orang yang baru berkenalan dan hanya sekedar saling mengetahui nama itu, kini berjalan bersama melangkah meninggalkan rumah Cinta.“S

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   6. Siapa Ayahnya

    Siapa ayah dari anak yang berada dalam kandungan Aura sebenarnya? Tegar atau Damar?Pertanyaan itu terus saja menghantui pikiran Cinta. Ingin rasanya Cinta membagi beban ini dengan orang lain, tetapi sepertinya hal itu tidak mungkin Cinta lakukan, karena bagaimana pun ini adalah aib keluarganya. Hamil di luar nikah saja sudah merupakan aib, apalagi sampai melibatkan dua orang lelaki yang diduga sebagai ayah si jabang bayi.Tidak bisa dipungkiri jika kehadiran dan pengakuan Tegar merusak suasana hati Cinta, hingga membuat gadis yang masih belum sembuh dari pedihnya patah hati itu tidak bisa konsentrasi dalam mengerjakan tugas-tugasnya.Cinta tidak habis pikir bagaimana Aura bisa kenal dengan pria seperti Tegar, bahkan sampai melakukan hal yang terlarang. Jika memang mereka tidak pernah melakukannya sudah tentu Tegar tidak akan mengakui anak yang sedang dikandung oleh Aura sebagai anaknya. Sedangkan Damar, sosok yang telah menikahi Aura, sampai saat ini tidak mengakui jika anak yang dik

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   7. Pertengkaran

    Cinta merapikan selimut yang menutup tubuh Utari. Dipandanginya dengan saksama sang ibu yang sudah memejamkan matanya. Cinta harus memastikan jika Utari sudah benar-benar tidur, karena dia tidak ingin jika sang ibu sampai mendengarkan pembicaraannya dengan Aura. Cinta bergegas keluar dan menutup pintu setelah yakin jika sang ibu sudah tidur.“Mengapa harus menunggu ibu tidur?” tanya Aura dengan wajah polosnya.“Kenapa?” tanya balik Cinta dengan ketus.“Ng nggak apa-apa sih, Kak! Cuma aku jadi kemalaman pulangnya.”“Takut pulang kemalaman atau takut bicara sendiri denganku? Karena nggak ada ibu yang selalu membelamu,” ucap Cinta dengan sorot mata yang tajam membidik tepat ke arah Aura. “Aura! jangan libatkan ibu lagi dalam masalahmu yang super rumit itu! Kasihan ibu, nanti darah tingginya kambuh lagi,” sambung Cinta memberi peringatan kepada adiknya.Aura tidak bisa menutupi rasa takut saat harus menghadapi Cinta sendirian, biasanya Utari akan berada di sampingnya dan memberikan pembel

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   8. Permintaan Utari

    Lega?Tentu tidak, setelah meluapkan segala amarahnya, Cinta justru merasa menyesal. Apalagi saat harus melihat sang ibu yang kini terbaring lemah karena kesehatan kembali menurun.“Pulanglah! Suamimu pasti sudah menunggumu,” ucap Cinta tanpa memandang Aura yang masih berdiri di dekat pintu.Aura menatap jam dinding yang berada di kamar sang ibu, sudah hampir jam sembilan malam. Tentu bukan hanya karena waktu yang sudah merangkak semakin malam, tetapi pembicaraan dengan Cinta sepertinya tidak akan menemukan titik temu lagi, hingga akhirnya Aura mengambil jas jinjing terbarunya yang merupakan keluaran terbaru dari sebuah brand ternama.“Aku pulang dulu, Kak!” pamit Aura dengan suara lirih karena tidak ingin Utari yang baru saja istirahat setelah meminum obatnya.“Hmm,” gumam Cinta yang terlihat enggan untuk menjawab.Dengan langkah gontai, Aura meninggalkan rumah masa kecilnya. Perempuan yang sedang hamil muda itu menyeka air matanya sebelum menyusuri gang sempit menuju tempat mobil ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   9. Kedatangan Tegar

    Dua gelas kopi hitam yang masih mengepulkan uap panas tersaji di sebuah meja kecil. Tegar dan Janmo duduk mengapit meja tersebut sambil berbincang santai menikmati suasana pagi sebelum mereka memulai aktifitas.“Apa rencanamu berikutnya?” tanya Janmo sambil meletakkan kopi yang baru saja dia sesap.Janmo adalah teman Tegar saat masih berada di panti asuhan di kota Solo. Mereka tumbuh bersama, kedekatan yang terjalin di antara kedua sudah seperti saudara.“Tak tahu lah!” jawab Tegar yang terdengar pasrah, mungkin lebih ke arah putus asa.“Mungkin kau bisa bekerja dulu, lalu pelan-pelan cari dia,” saran Janmo kepada sahabatnya.Bekerja, berarti Tegar harus menetap di Jakarta dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Sama sekali tidak pernah terpikir oleh Tegar untuk kembali ke kota Jakarta, kejadian buruk di masa lalu membuat Tegar sempat berjanji untuk tidak pernah menginjakkan kakinya di ibu kota. Jika bukan karena tanggung jawab atas darah dagingnya yang telah tumbuh di rahim Aura, su

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   10. Dilema Aura

    Suara ketukan pintu kembali terdengar, bukan membukanya tetapi Cinta justru melangkah menghampiri Aura. Melihat ekspresi datar dari wajah sang kakak, Aura menduga jika Cinta sedang berbohong, apa yang dia lakukan saat ini hanya untuk menakut-nakutinya saja.“Kak Cinta pasti bohong, aku yakin itu Kak Bella,” ucap Aura saat melihat Cinta yang keluar dari kamarnya sambil menjinjing jas kerjanya.“Masuklah ke kamar ibu! jangan sampai dia melihatmu!” perintah Cinta dengan nada dingin.“Permisi!”Wajah Aura tiba-tiba menjadi pucat saat mendengar suara yang begitu dia kenal berbarengan dengan suara pintu yang diketuk. Kini perempuan yang sedang hamil muda itu percaya kepada sang kakak, jika saat ini Tegar berada di depan rumah mereka.“Kak! Aku harus bagaimana?” tanya Aura terlihat panik setelah mendengar suara Tegar yang berasal dari luar rumah mereka.“Masuklah ke kamar ibu!” sekali lagi Cinta memberi perintah agar adiknya ke kamar Utari.Ingin rasanya Cinta bermain-main sebentar dengan A

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   11. Perjuangan Tegar

    Layaknya sepasang kekasih, Cinta dan Tegar berjalan berdampingan menyusuri gang yang sempit. Orang-orang yang sudah mengenal Cinta pun saling berbisik sambil menyunggingkan senyum menggoda ke arah Cinta.“Pacar baru, Mbak?” tanya seorang pria sambil menata bakso dagangannya ke dalam gerobak.“Teman, Bang,” jawab Cinta malu-malu.“Sekarang temen, lama-lama demen, Cin!” sahut seorang wanita yang berada tak jauh dari pria tadi.Cinta hanya membalas dengan senyuman ucapan dari tetangganya. Lain di bibir lain di hati, meskipun bibir Cinta terlihat jelas seulas senyum, tetapi hati Cinta seolah menangis darah. Bagaimana tidak, beberapa saat yang lalu dirinya baru saja melepas pria yang sangat dia cintai, tetapi saat ini dia mengetahui sebuah kenyataan jika ada muslihat keji, dan dia harus mendukungnya demi kebahagiaan sang adik yang telah dengan tanpa hati merenggut kebahagiaannya.Uang Cinta yang sudah menipis membuatnya tidak berani mentraktir sarapan untuk Tegar lagi, sehingga Cinta menga

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   12. Mundur?

    “Jika memang Aura sudah bahagia, ijinkan saya untuk melihat kebagiaannya! Sekali saja, dari jauh juga tidak apa-apa,” ucap Tegar seraya memohon. “Setelah itu saya akan kembali ke Solo seperti yang Mbak Cinta inginkan.”“Saya tidak bisa memutuskan hal itu sendiri, saya akan membicarakan hal ini dengan Aura terlebih dahulu, semoga dia bersedia menemui Mas Tegar untuk yang terakhir kalinya.”“Apa yang membuat Aura tidak ingin bertemu dengan saya?”“Karena Aura sudah menikah, Mas!” jawab Cinta dengan lembut, berharap pengertian dari Tegar. “Tentu Aura harus menghargai perasaan suaminya, saya harap Mas Tegar bisa memahami hal itu.”“Apakah Mbak Cinta juga memahami perasaan saya, bukan hanya sebagai lelaki yang dikhianati, tetapi juga sebagai seorang ayah yang harus terpisah dari anaknya?” Tegar kembali menunjukkan jika dirinya tak setegar namanya kala harus berurusan dengan hati.Cinta tidak menduga suasana akan menjadi begitu melankolis. Seolah kehabisan kata, Cinta hanya bisa mendengus k

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27

Bab terbaru

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   148. Keluarga Bahagia

    Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   147. Lembaran Baru

    “Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   146. Akad Kedua

    Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   145. Ayah

    Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   144. Kedatangan Cantika

    Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   143. Sebuah Kejutan

    Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   142. Doa

    “Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   141. Sadar

    Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk

  • Ketegaran Cinta Seorang Istri   140. Pindah

    Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit

DMCA.com Protection Status