Adnan tertawa lebar mendengar permintaan Tegar hingga membuat pengunjung lain mengalihkan perhatiannya ke arah pria yang berprofesi sebagai pengacara itu. Lisa pun hanya memperhatikan karena tidak tahu apa yang membuat pria di hadapannya itu tertawa.“Kalau kamu satu kantor dengan Cinta, saya yakin kalian tidak akan bekerja,” ucap Adnan dibarengi senyum menyeringai seolah-olah mengejek Tegar. “Yang ada gempa sepanjang hari,” lanjut Adnan dengan nada menyindir.Hesti mulai mengetahui arah pembicaraan dua pria di hadapannya. Dengan saksama Hesti memandang wajah tampan Tegar yang sangat mirip dengan lelaki yang dahulu menabur benih di rahimnya. Putranya yang dulu dia tinggalkan saat masih kecil, kini sudah tumbuh dewasa dan sedang kasmaran.Hesti menundukkan kepalanya menghapus air mata yang lancang menetes dengan tiba-tiba saat kenangan kebersamaan dengan Dharma Sanjaya menghampiri. Pria yang begitu lembut dan penuh kehangatan yang tak lain adalah atasan di masa lalu, sosok yang mengena
“Kau yakin, kita akan makan di sini?” tanya Cinta yang masih tidak percaya saat Tegar mengajaknya memasuki sebuah restaurant mewah.Untuk pertama kalinya, Cinta dan Tegar melakukan makan malam mewah di sebuah restaurant. Setelah Tegar bekerja, Cinta merasa secara finansial mereka mengalami kemajuan yang cukup berarti, setidaknya mereka kini dalam rekening Cinta sudah ada dana mengendap sebagai tabungan, dan sedikit uang dia sisihkan dalam bentuk surat berharga untuk investasi.“Sesekali tidak masalah menikmati hasil kerja keras kita. Hari ini kita merapel banyak perayaan,” jawab Tegar sambil mempererat belitan tangannya di pinggang ramping sang istri.“Memang apa yang harus kita rayakan, Gar?” Tawa renyah mengiringi tanya yang dilontarkan oleh Cinta.“Ada banyak, Ta! Syukuran renovasi rumah, aku dapat pekerjaan, gaji pertamaku, kita juga belum merayakan pernikahan kita.”Senyum yang merekah di bibir Tegar lenyap begitu saja saat menyaksikan wajah sendu Cinta. Pria berkulit sawo matang
“Pulang sendiri? Di mana Mas Tegar?” cecar Aura saat melihat Cinta pulang sendiri. Cinta hanya menganggukkan kepala dengan perlahan, merasa ada yang mengganjal di hatinya. Tanpa menjawab salam yang diucapkan oleh Cinta, bahkan tidak menanyakan bagaimana sang kakak yang telah bekerja seharian, Aura justru lebih dahulu menanyakan keberadaan Tegar, suaminya. “Dia ada urusan penting, sepertinya tidak akan pulang sampai beberapa hari ke depan.” “Urusan apa?” tanya Aura yang memperlihatkan wajah kecewanya. “Dia baru mulai kerja, jadi banyak hal yang harus dia kerjakan dan pelajari. Dulu dia sampai hampir sebulan tidak pulang untuk mempersiapkan pembukaan cabang baru Mulia Abadi Mebel.” Tidak ada kebohongan dari penjelasana yang baru saja Cinta berikan kepada Aura. “Sebagai istri kita harus memberi dukungan dan semangat kepada suami agar mereka bisa bekerja dengan baik. Apalagi di saat pekerjaan mereka sedang menghadapi banyak masalah,” sambung Cinta sekaligus menasihati adiknya. “Aku
“Ajaklah cinta ke sini, aku bisa kembali ke kontrakan atau mungkin tinggal di ruko,” ucap Janmo sambil menikmati kopi pahit bersama Tegar. “Tidak usah bingung cari alasan, bilang saja seperti biasa, inventaris dari kantor.”Janmo sadar diri, jika selama ini telah ikut menikmati segala fasilitas mewah pemberian dari Hesti yang semestinya diperuntukkan untuk Tegar. Sehingga saat Tegar sepertinya sedang membutuhkannya, kapan pun Janmo harus keluar dari apartemen tersebut dia sudah siap.“Bukan itu masalahnya ….” Tegar menggantung kalimatnya, meskipun sudah sejak kecil hidup bersama dengan Janmo, tetapi untuk masalah rumah tangganya, Tegar masih enggan untuk berbagi.“Masalahmu banyak sekali?” tanya Janmo dengan nada satir untuk menyindir Tegar yang selalu dilingkupi masalah.Tegar hanya membalas dengan senyum yang menyeringai seolah menertawakan dirinya sendiri. setelah membuang napas kasar, Tegar meraih kopinya lalu menyesapnya pelan sambil mengirup wangi aroma kopi.“Kalau jadi pindah,
“Apa benar yang baru saja aku dengar?” tanya Damar dengan sorot mata tajam yang tertuju pada Cinta yang kini berdiri tepat di hadapannya.Cinta dan Aura kini saling beradu pandang, tidak berani untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang baru saja Damar lontarkan.“Jadi anak yang kau kandung adalah anak Tegar?” Damar langsung merangsek memasuki rumah dan menghampiri Aura yang berdiri terdiam dengan raut wajah ketakutan. “Dan kau tahu semua itu, Ta?” sambung Damar mengalihkan pandangannya ke arah Cinta.Napas Damar terlihat tidak beraturan karena menahan amarah yang hampir meledak. Pria itu merasa selama hidupnya telah dipermainkan, bahkan oleh Cinta dan Tegar, orang yang dia cintai dan sayangi.“Aku bisa jelaskan semuanya, ini hanya sebuah kesalahpahaman saja,” jawab Cinta sekenanya dan berusaha setenang mungkin saat menghadapi Damar.“Apa yang ingin kau jelaskan, Ta! Aku sudah mendengar semua.”Wajah yang semula garang kini berubah sendu seolah memendam luka yang begitu dalam. Kata-k
Dengan langkah lebar dan tergesa-gesa, Tegar menyusuri gang sempit menuju rumah Cinta. Suara tangis Cinta terus mengganggu pikirannya, yang ada di benak Tegar saat ini hanya ingin segera bertemu dengan sang istri dan memastikan jika dia baik-baik saja.Ternyata pintu rumah tidak terkunci, tetapi saat Tegar akan mendorong pintu seperti ada yang mengganjal sehingga pintu tidak bisa di buka dengan mudah. Betapa terkejutnya Tegar saat melihat badan Cinta yang berada di balik pintu dalam keadaan tergeletak.“Cinta!” seru Tegar sambil mendorong pintu dengan perlahan karena tidak ingin menyakiti tubuh sang istri.Tegar bergegas mengangkat tubuh Cinta yang tergeletak tak berdaya menuju ke kursi panjang berada di ruang tamu. Dengan hati-hati Tegar membaringkan tubuh Cinta lalu diambilnya kain selimut yang ada di laci untuk menjadi penganjal kaki sang istri. Sambil memeriksa denyut nadi di leher, Tegar memanggil nama sang istri dengan lembut.“Cinta!”Suara lenguhan menjadi respon pertama Cint
“Apa salah Damar pada kalian, hingga kalian begitu tega membuat sandiwara yang begitu keji?” tanya Hesti yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. “Dia sangat mencintamu, Ta! Bahkan kau tahu sendiri, meskipun dia yakin jika anak yang dikandung Aura bukanlah anaknya, tetapi demi menutupi aib keluargamu Damar rela menikahi Aura. Andai kau tahu, betapa hancur hidup Damar setelah kau mengingkari janjimu untuk menikah dengannya setelah anak Aura lahir … dan kau justru memilih untuk menikahi lelaki yang telah menghamili adikmu, sungguh sesuatu yang tidak masuk akal.”“Jangan salahkan Cinta atas apa yang menimpa Damar! Seandainya Damar tidak pernah mengkhianati Cinta dan tidur dengan Aura, aku rasa Damar tidak akan berada dalam situasi sulit seperti ini,” bela Tegar yang tidak rela saat mendengar istrinya dipersalahkan oleh Hesti. “Saya rasa Bu Hesti juga tahu bagaimana hancurnya Cinta saat mengetahui jika Damar telah mengkhianatinya.”“Tapi anak itu adalah anakmu, seharusnya kamu yang b
Tegar membuka pintu apartemen dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang satunya menggandeng tangan Cinta, seolah tidak ingin terpisahkan. Setelah memasuki apartemen, pandangan Cinta menyapu ke seisi ruangan. Wanita yang dinikahi Tegar secara siri tersebut, tidak menduga jika ternyata suaminya tinggal di sebuah apartemen yang memiliki fasilitas mewah.“Ini tempat tinggalmu saat tidak bersamaku?” tanya Cinta dengan pandangan yang masih memindai seisi apartemen. “Ini semua pemberian Bu Lisa?” Dengan tatapan mata yang sendu, Cinta menantikan jawaban dari suaminya.“Bukan diberi, Ta! tapi ini inventaris dari kantor. Bukankah dulu waktu aku di Sanjaya juga mendapat tempat tinggal dan kendaraan,” jawab Tegar sambil meletakkan tas punggung yang berisi beberapa pakaian Cinta di atas sofa.“Tapi ini terlalu mewah, Gar! Apa kau tidak curiga dengan Bu Lisa, bisa saja dia menaruh hati padamu. Seperti apa yang tadi diucapkan Bu Hesti.”“Apa kau tidak melihat usia kami jauh berbeda, dia itu … ibu
Waktu terus berjalan, dan lima tahun telah berlalu. Tegar dan Cinta mencoba berjuang mendirikan usaha mereka sendiri. Meskipun harus merangkak dari bawah tetapi pasangan suami istri itu tetap terlihat bahagia dan sangat menikmati setiap prosesnya. Sebagai anak yang lahir di luar nikah, Tegar sadar dirinya tidak memiliki sedikitpun hak atas Sanjaya Furniture. Semua itu adalah milik Damar, dan dia tidak akan mengganggunya. Begitu juga dengan Mulia Abadi Mebel, perusahaan itu adalah hasil kerja keras Lisa saat menjadi istri dari seorang Widiantoro Muliawan, dia pun tidak memiliki hak di sana, meskipun ibunya bekerja lebih dominan. Apalagi saat perceraian Lisa dengan Widi harta bersama yang mereka miliki langsung dilimpahkan kepada Cantika. Tegar bersyukur karena Cinta bisa memahami keputusannya tersebut, meskipun dirinya harus ikut bekerja keras dalam membantu Tegar menjalankan usaha yang benar-benar dari nol. Ketekunan Tegar dan Cinta pun membuahkan hasil, meskipun usaha mereka masih b
“Ini bukan malam pertama kita, Gar! Walaupun kita baru saja menikah tetapi kita bukan pengantin baru lagi,” ucap Cinta yang merasa tidak mampu mengimbangi gairah sang suami.Melihat sang istri yang terlihat sudah kelelahan akhirnya Tegar pun mengalah. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Tegar merapatkan tubuhnya dan berbaring dengan kepala bertumpu pada lengan kekarnya, hingga dia bisa memandang dengan saksama wajah pucat sang istri karena kelelahan melayaninya.“Apa kau sudah dengar kabar?” tanya Tegar sambil merapikan anakan rambut yang menjuntai ke wajah sang istri, lalu diselipkannya di belakang daun telinga.“Apa?” tanya balik Cinta dengan mata yang hampir terpejam karena sudah tidak kuat lagi menahan kantuk.“Pak Adnan akan menikah, lamarannya tadi diterima.”“Ha!” Kabar yang baru saja menggetarkan telinganya, membuat kantuk Cinta hilang seketika. “Sama ibu? Kapan?” cecar Cinta yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.“Buka,” jawab Tegar sambil menggelengan
Perbincangan yang terasa sangat private berlangsung di ruang kerja Lisa. Dengan didampingi oleh sang ayah yang merupakan seorang pengacara, Randy memberanikan diri untuk melamar Cantika. Tetapi tampaknya keinginan Randy tidaklah mudah untuk bisa terwujud, karena di hadapan Tegar, Cinta dan juga Lisa, dengan terang-terangan Cantika menolak niat Randy tersebut.“Itu sudah menjadi keputusan saya,” ucap Cantika dengan tegas.“Pikirkan masa depan anak yang sedang kau kandung saat ini,” sahut Adnan yang terlihat masih belum percaya jika janin yang saat ini dikandung oleh Cantika adalah calon cucunya.“Saya mengambil keputusan ini karena benar-benar memikirkan masa depan anak yang sedang saya kandung. Saya tidak ingin anak saya tumbuh seperti saya, tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan kepalsuan.” Cantika tetap teguh dengan pendiriannya, seolah tidak ada yang bisa mengubah keputusannya lagi.Setelah lelah memohon kepada Cantika, kini Randy hanya mengandalkan sang papa untuk bisa membujuk C
Hesti memejamkan mata sambil mengatur napasnya. Wanita yang dinikahi secara sah oleh Dharma Sanjaya itu mencoba menahan segala amarah setelah mendengar pengakuan dari Lisa. Damar meraih jemari mamanya, berharap wanita yang telah melahirkannya bisa lebih tenang.Berpuluh tahun Hesti menyimpan amarah dan kebencian. Sungguh sangat sulit dipercaya jika ternyata sumber malapetaka dalam kehidupan rumah tangganya adalah orang yang begitu dekat dengannya.Hesti menghembuskan napas dengan kasar lalu membuka matanya dan memandang Lisa yang sedang menangis tergugu di hadapannya. Sudah bukan waktunya lagi untuk membalas dendam, tanpa harus mengotori tangannya ternyata Tuhan telah memberi keadilan kepada Lisa.Meskipun memiliki harta yang melimpah dan usaha yang maju dengan pesat, Lisa terjebak dalam pernikahan yang tidak sehat dengan Widiantoro Moeliawan. Berpuluh tahun Lisa harus hidup bersama seorang suami yang tukang selingkuh. Hingga membuat Lisa memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaa
Tegar langsung menghampiri Cantika yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Sesaat dua bersaudara yang lahir dari rahim yang sama meskipun dari benih pria yang berbeda itu saling berpelukan untuk melepas kerinduan.Tegar segera mengurai pelukannya kala merasa ada yang membatasinya. Ya, perut Cantika yang terlihat mulai menyembul. Diusapnya perut sang adik, ada rasa bangga kala mengetahui Cantika masih tetap mempertahankan kehamilannya meskipun harus menghadapi banyak rintangan dan hinaan.Di sudut yang berbeda, Cinta menyaksikan interaksi antara Tegar dengan Cantika. Rasa cemburu yang dahulu sempat membuat Cinta kalap kini raib berganti haru. Hubungan dua bersaudara di depannya, mengingatkan Cinta pada Aura, adiknya yang belum lama meninggal. Kesedihan kembali mendera hati Cinta karena rasa kehilangan dan kerinduan kepada Aura yang sudah tidak mungkin lagi bisa dia temui. Belum lagi perut Cantika yang membuncit mengingatkan Cinta pada calon anak yang harus pergi sebelum melihat ind
Dengan langkah lebar dan terlihat tergesa-gesa, Adnan memasuki sebuah restaurant. Pandangan matanya menyapu seisi ruangan mencari sosok yang sudah melakukan janji untuk bertemu di tempat tersebut. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya netra Adnan menemukan sosok yang dia cari.“Maaf! Orang-orang suruhanku belum mendapatkan kabar tentang Cantika,” ujar Adnan kala menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang berada di depan Lisa. “Tapi orang-orangku masih terus mencarinya, semoga Cantika bisa secepatnya ditemukan.Lisa hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Adnan. Ada rasa kecewa yang sedang dia redam, bagaimana pun dia sangat ingin segera mengetahui kabar putrinya yang sudah beberapa hari meninggalkan rumah.“Selain masalah Cantika, sebenarnya ada urusan lain yang membuatku ingin menemuimu.”Pandangan Adnan langsung terfokus pada Lisa. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu terdiam menunggu wanita yang duduk di hadapannya untuk mengungkapkan kepentingannya.“Bantu aku untuk mengurus
“Dia sudah pergi?”Hesti terjingkat kaget saat mendengar suara yang sudah beberapa hari dia nantikan. Bersama dengan senyum yang ditemani oleh lelehan air mata Hesti melangkahkan kakinya mendekati brankar putra semata wayangnya.“Kau sudah sadar?”Hesti tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya kala melihat Damar sudah sadar. Tidak lupa dia menekan tombol nurse call agar Damar segera mendapat pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui keadaannya saat ini.Senyum di bibir Hesti semakin melebar saat dokter menjelaskan jika organ-organ vital Damar dalam keadaan yang baik dan bisa berfungsi dengan normal. Hanya kaki Damar yang membutuhkan tindakan lebih berupa fisioterapi agar bisa berjalan seperti sedia kala.“Aku akan mengabari Tegar,” ucap Hesti setelah dokter dan asistennya meninggalkan ruang perawatan Damar.“Apakah Tegar juga akan mengambil mama dariku?” tanya Damar dengan mata yang berkaca-kaca. “Tegar sudah mengambil papa, dia juga mengambil Cinta dariku, apakah sekarang mama juga aka
Pagi-pagi sekali Lisa sudah tiba di ruang perawatan Cinta. Bukan hanya untuk melihat keadaan anak dan menantunya tetapi juga pelarian atas masalah Cantika yang sampai saat ini belum ada kabarnya.Rasa canggung itu masih ada, hingga Cinta hanya melempar senyum untuk menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkan Tegar terseb.ut. Cinta yang awalnya sibuk memainkan ponselnya pun bergegas meletakkan ponsel tersebut di nakas untuk menghargai kedatangan Lisa.“Sudah mau pulang?” tanya Lisa saat melihat Tegar sedang berkemas.“Ya, hanya tinggal tunggu visit dokter saja,” jawab Tegar.Sebenarnya untuk proses kuretase, Cinta tidak harus menjalani rawat inap. Tapi karena kondisi mental Cinta yang terlihat sangat terpuruk dan juga kesibukan Tegar mengurus pemakaman Aura dan juga anak mereka membuat Tegar memutuskan agar Cinta menjalani rawat inap.“Syukurlah, ibu akan menghubungi Bi Ani agar menyiapkan apartemen kalian.”“Kami akan pulang ke rumah dulu, masih banyak tetangga yang datang untuk
Cinta mulai membuka matanya saat mendengar sayup-sayup suara panggilan untuk melaksanakan ibadah di pagi hari. Ada rasa kehilangan kala tangannya menyentuh perutnya yang rata. Janin yang baru beberapa hari dia sadari kehadirannya kini sudah pergi meninggalkannya.Air mata Cinta kembali menetes saat dia teringat jika dia bukan hanya kehilangan calon anaknya tetapi juga Aura. Dan Cinta tidak bisa mengiring keduanya saat menuju ke tempat peristirahatan yang terakhir. Dengan dibarengi oleh lelehan air mata, bibir Cinta merapalkan doa-doa untuk orang-orang yang dia sayangi yang telah meninggalkannya.Cinta bergegas menyeka air matanya saat mendengar suara pintu dibuka. Penampilan yang berbeda dari sosok yang sangat dia kenal membuat Cinta sedikit terpana. Mungkin berbagai ujian dan cobaan yang menghampiri mereka akhir-akhir ini membuat Tegar membutuhkan pegangan yang kuat, yang hanya bisa dia dapatkan dari Tuhannya.Biasanya di waktu subuh, Tegar sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, dan sulit