“Di atas banyak wartawan yang menunggu Bapak, jadi kita akan turun di basement,” terang Jay yang memonitor keamanan di gedung itu melalui anak buahnya. “Hem,” jawab Bastian singkat, tidak menolak inisiatif Jay itu. Ia lalu melangkah keluar mobil dan langsung masuk ke dalam lift VIP yang membawa mereka ke lantai 60 gedung itu. Bastian berjalan cepat keluar dari lift menuju kantornya, tidak sabar untuk segera bertemu Kanaya. “Selamat siang Pak. Ibu Kanaya—” Sofie dengan tersenyum berdiri menyapa Bastian. Akan tetapi Bastian terus berjalan melewatinya dan ia langsung membuka pintu kantornya, masuk ke dalam dan menutupnya kembali dengan cepat. Sofie, Ezra dan Jay yang berada di belakang Bastian berhenti dengan mendadak dan saling bertukar pandang melihat hal itu. Bos mereka sama sekali tidak memperbolehkan mereka masuk mengikutinya, dan mereka hanya bisa saling bertukar pandang dengan tersenyum. Di dalam kantor, Bastian langsung mencari Kanaya dan menemukan istrinya itu duduk di
“Dia pantas menerimanya, Naya. Apa yang dia telah lakukan padamu tidak bisa dimaafkan. Dan aku tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.” Bastian langsung menjelaskan. Dari kalimat Bastian itu, sudah dipastikan jika Bastianlah yang menuntut Elsie sehingga dia ditahan oleh polisi. “Aku harap kamu tidak keberatan untuk bersaksi di pengadilan dan menceritakan apa yang kamu alami waktu itu,” tambah Bastian sambil menggenggam tangan Kanaya. Kanaya terus menatap Bastian, masih merasa ragu dengan permintaan Bastian itu. Apakah Bastian benar-benar tega memenjarakan Elsie? Sebab ia bisa menduga tuntutan yang diajukan bukan main-main. Bukan hanya penculikan, namun Elsie pun berniat menghabisi nyawanya saat itu. Hukumannya mungkin sangatlah berat. Apakah Bastian yakin ingin melakukan hal ini pada Elsie? Bastian sangat mengerti Kanaya dan apa yang sedang dipikirkannya. Gadis itu bahkan tidak tega melenyapkan seekor semut sekalipun, apalagi memenjarakan Elsie. “Naya, aku mengerti apa y
Agni masuk ke dalam Sunnyside Estate bersama supir pribadi dan dua orang ART dari rumahnya. Agni terpaksa menjalankan rencana yang ia siapkan bersama Elsie. Sebab mereka tidak punya pilihan lain. Bastian tidak hanya menceraikan Elsie, tetapi juga menuntutnya secara hukum. Dan Agni juga baru mengetahui jika selama ini Elsie telah bekerjasama dengan Ravioli untuk menculik Kanaya, dan Bastian mengetahui itu semua. Walaupun ia kesal dan kecewa dengan apa yang dilakukan Elsie, namun ia harus membantu putrinya itu. Kalau bukan dirinya yang membantunya, siapa lagi? “Ibu Agni, maaf Ibu Elsie tidak ada di rumah,” Citra langsung menghampiri begitu melihat Agni masuk ke dalam rumah. Ia pikir Agni belum mengetahui berita penangkapan Elsie. Akan tetapi Agni dan rombongannya terus berjalan masuk. “Aku sudah tahu. Putriku sendiri yang memintaku datang untuk mengambil barang-barang miliknya. Dia bilang aku boleh langsung masuk.” Citra sempat terdiam tertegun sebelum ia kembali berjalan
Tangan Agni berhenti di tengah-tengah. Siapa yang berani berteriak seperti itu?! Batin Agni dengan kesal. Ia berdecak dengan keras dan membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa orang yang lancang menghentikannya! Namun saat ia melihat orang itu, Agni langsung berteriak. “Aaaarrrgghhh! H-hantuuuu!” Agni langsung berlari dan bersembunyi di balik Gino. Ia begitu ketakutan sehingga sampai berjongkok di belakang Gino, tidak berani melihat ke arah pintu. Tubuhnya gemetar dan wajahnya pucat pasi. “Jangan! Jangan dekat-dekat!” teriaknya histeris. Semua yang ada di sana terkejut. ART yang bekerja di Sunnyside Estate juga ikut terkejut. Namun mereka langsung menahan tawanya begitu mengetahui apa yang menyebabkan Agni ketakutan. Jay yang berdiri di depan pintu bersama beberapa orang penjaga, memutar bola matanya dengan malas pada kelakuan Agni. Ia pun melangkah dan berhenti di depan Gino. Dengan tatapan tajam penuh ancaman ia mengisyaratkan Gino untuk menyingkir. Dan Gino pun men
Apa dia tidak salah dengar? Bastian melelang dan menyumbangkan semua uang penjualan perhiasan itu? Batin Agni masih tidak percaya. “Ya, semua perhiasan itu terdaftar atas nama Bapak Bastian. Dan Bapak Bastian tidak lagi memerlukannya saat ini. Tentu saja dia menyumbangkan hasil penjualannya…” jawab Jay dengan menatap Agni, menikmati ekspresi wajah perempuan itu. Jay sangat yakin jika sejak awal Agni pun mengetahui rencana Elsie, Felix dan Ravioli untuk memperdaya Bastian. Sehingga melihat ekspresi wajah Agni saat itu sangatlah priceless! Dan benar saja. Agni begitu syok sehingga tubuhnya menjadi lemas, dan ia pun terjatuh pingsan. Bagaimana mungkin Bastian menyumbangkan semua hasil penjualan perhiasan itu? Sebab jika digabungkan, perhiasan yang Bastian lelang itu bisa bernilai trilyunan! “Nyonya? Nyonya?” Dila dan Sela segera menolong Agni, mencoba membangunkannya. Jay terpaksa mendatangi Agni dan memeriksa keadaannya. “Dia hanya pingsan saja. Berikan aromaterapi dan beri
Siang itu, Agni datang kembali untuk mengunjunginya dan membawakan keperluan Elsie. “Ah, Bastian sialan! Dia menjual semua perhiasanku!” umpat Elsie meluapkan kekesalannya dihadapan mamanya. Ia masih saja kesal, apalagi jika mengingat kembali semua perhiasan mahal itu. Rasanya penyesalannya tidak ada habisnya! “Ini semua karena ulahmu sendiri Els,” timpal Agni sambil menghela nafas berat. “Seandainya kamu mendengarkan omongan mama dan papa sejak dulu untuk berhenti berfoya-foya, bersenang-senang setiap malam, mungkin keadaanmu tidak begini!” Agni menggerutu. Kesal dengan kecerobohan dan kebodohan putrinya itu. Ia merasa jika saja Elsie bisa mengontrol pergaulannya dan hanya fokus menjalani rumah tangganya dengan Bastian, mungkin semua ini tidak terjadi. Bastian tidak akan tahu mengenai peristiwa dibalik penculikan itu, dan bahkan Elsie tidak akan mandul jika tidak menggugurkan kandungannya beberapa kali. “Aaahhh! Mama bisanya hanya menggerutu saja! Mama tahu? Hidup biasa-biasa
“Bos, saya punya berita buruk…” Ezra mendekati Bastian dan berbisik saat Bosnya baru saja selesai meeting dengan klien. Bastian berhenti membenahi dokumen-dokumen bisnisnya dan menoleh. “Berita buruk?” Ia menegakkan punggungnya dan memutar kursi swivelnya menghadap Ezra. Ezra tidak menjawab. Ia memberikan Bastian tablet yang ada di tangannya. Bastian merasa heran sebab Ezra tidak mau memberitahukannya dan justru memberinya tablet. Ia menatap Ezra dengan selidik sebelum menerima tablet itu dan membuka layarnya. Untuk beberapa saat Bastian memperhatikan tampilan layar tablet itu. Banyak sekali ditemukannya foto-foto kebersamaannya bersama Kanaya. Bastian ingat setiap moment yang ada dalam foto itu. Foto-foto itu memang real, bukan rekayasa. Namun memang sebagian foto telah mengalami pengeditan. Dalam foto-foto itu Kanaya tidak ditampakkan sedang dalam keadaan hamil. Padahal saat foto-foto itu diambil, justru saat Kanaya tengah mengandung Kenzo. Dengan melihatnya saja, Basti
Ting! Ting! Ting! Ting! Suara notifikasi pesan yang masuk datang silih berganti. Kanaya yang baru selesai menyusui Kenzo, kembali ke kamarnya dan menemukan telepon genggamnya itu penuh dengan notifikasi pesan dan misscalled, salah satunya dari Bastian. Kanaya membuka satu persatu pesan singkat yang masuk, dan ia tampak kebingungan. Apa yang terjadi? Apa maksud semua ini? Kenapa teman-teman kuliahnya banyak yang menghubunginya, bertanya dan bahkan ada yang menyebutnya simpanan, sugar baby-nya Bastian? Bahkan Profesor Zaky yang dulu pernah menjadi dosen pembimbingnya ikut bertanya padanya. “Kanaya, apa kamu baik-baik saja? Aku tahu apa yang orang lain pikirkan, tapi aku yakin semua berita itu tidak benar. Kamu bukanlah seperti yang mereka beritakan.” Beritakan? Berita apa? Batin Kanaya semakin heran. Tiba-tiba perasaannya tidak enak dan tangannya sedikit gemetar saat membuka browser pencarian. Namun sebelum Kanaya sempat membuka portal berita online, sebuah panggilan telepon ma
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…