Share

Dia

Author: Lizzie
last update Last Updated: 2022-12-06 23:01:00

Suasana malam terasa sepi, dengan penerangan seadanya, tubuh terasa merinding dengan angin sejuk yang mulai menggelitik, baju Bianca terlihat kusut dan kusam dengan beberapa bagian yang robek dan lagi sudah berbaur dengan tanah hutan membuat dirinya lebih sensitif dengan angin, tanpa sadar jari Bianca mulai saling memegang erat kedua lengan miliknya agar tetap merasa kehangatan.

Kepala pemuda itu menoleh ke hadapan Bianca, tatapannya serius matanya mulai menyipit mencurigai Bianca, "Apakah Nona benar benar melupakan kisah ini?"

Bianca memalingkan tatapannya ke bawah, ia tak berani berkata apa pun selain terus bergumam, "Habislah hidupku, kurasa aku akan ketahuan lalu dikejar oleh penduduk setempat."

Malam yang sunyi tersisa mereka berdua di pinggir jalan, duduk tepat di bawah cahaya yang mulai mengedip, tatapan pemuda itu masih menyorot tajam ke arah Bianca, keringat dingin mulai bercucuran, Bianca masih keras kepala menundukkan kepalanya tanpa berkata sepatah apa pun.

Pemuda itu masih berdiam menunggu jawaban dari Bianca, tangan Bianca menyentuh tanah ia memperbaiki posisi dengan lutut yang ia tekuk.

"Kurasa aku harus berlari," gumam Bianca.

"Tunggu!" celetuk pemuda itu.

Dia berusaha menahan pergelangan tangan Bianca yang menyentuh tanah, seperti posisi berlari.

Bianca menoleh panik kebelakang tepat kedua mata miliknya bertatapan, "Ah, tamat riwayatku."

Untuk kedua kalinya Bianca terduduk lemas di hadapan pemuda asing, ia kembali menunduk sementara pemuda itu masih menatap tajam Bianca.

"Apa Nona ingin lari? Apa aku terlihat menyeramkan? Jika benar lupakan saja pertanyaanku tentang kisah Dewi Aletha, sungguh tidak mungkinkan sebagai warga setempat Nona tidak tau?"

Suasana mendadak mencair setelah perubahan sikap pemuda itu, Bianca tersenyum canggung dengan tegas ikut menyakini pemuda itu.

“Aku sebenarnya tau kisahnya, tapi kurasa tidak berguna jika menceritakan kisah itu kepadamu yang sudah pasti mengetahuinya.”

Penuh lagak percaya diri pemuda itu benar benar dibuat Bianca mempercayainya, "Aku setuju sekali Nona selain dirimu manis ternyata Nona juga bijak!"

Pemuda itu dengan lantang dan melepaskan pegangannya terhadap lengan Bianca lalu mengacungkan kedua jempol miliknya, melihat hal itu membuat Bianca tertawa.

Suasana mencair tanpa canggung hanya topik pembicaraan yang berhenti sejenak, Bianca terdiam dengan menekuk lutut miliknya menumpu dagu dari wajahnya dengan menatap bebatuan yang berantakan, terbesit beberapa kalimat yang menjadi sebuah pertanyaan, didasari oleh rasa ragu membuat Bianca harus menunggu waktu yang tepat demi sebuah jawaban yang pasti.

“Mau sampai kapan kita berdiam seperti ini?” ucap Bianca menatap pemuda itu.

Keadaan yang sepi ditemani orang asing menjadi hal baru bagi Bianca ia berbicara bahkan tertawa dengan pemuda di sampingnya yang sedang merenungkan sesuatu.

“Hei!” teriak Bianca menepuk bahu pemuda itu.

Selang beberapa saat dari teriakan Bianca pemuda itu pun tersadar dengan wajah tersenyum senang ia menatap wajah Bianca yang cemberut masam.

“Sungguh, tadi itu mengejutkan.” ucapnya meledek Bianca.

“Apa apaan reflekmu sangat jelek tau! Bahkan butuh beberapa menit setelah aku menepuk bahumu.”

“Apa itu benar? Hahaha jadi Nona menghitungnya? Aku rasa Nona kurang akurat,” tambah pemuda itu tertawa tanpa sadar mendekat lalu menyentuh hidung Bianca.

Bianca terdiam, wajahnya memerah seperti tomat, pemuda itu ia masih tenggelam dengan humornya, Bianca menutup wajahnya dengan lututnya beberapa saat kemudian tak terdengar gelak tawa pemuda itu.

Setelah tertawa pemuda itu menatap Bianca lalu mendekat dan menyetuh lengannya, “Ada apa? Kenapa meringkuk seperti itu?”

Tenaga pemuda itu tak tertahankan akhirnya Bianca melepas ringkukan miliknya, dengan segera ia menutup wajahnya dengan telapak tangan miliknya, pemuda itu menatap kebingungan, kembali mendekat membuat jantung Bianca berdegup kencang.

Semakin lama pemuda itu menyentuh jari Bianca ia berusaha membuka telapak tangan Bianca, satu demi satu mulai terbuka jari terakhir terbuka, Bianca melihat senyuman pemuda itu, wajahnya semakin memerah.

“Nona, wajahmu kenapa memerah?” ucap pemuda itu dengan wajah polosnya.

Sesaat membuat Bianca geram tapi ini terlalu membuatnya luluh seperti melihat anak anjing.

Dengan diamnya Bianca membuat pemuda itu menyodorkan telapak tangannya sembari berkata dengan senyuman, “Aku lupa perkenalan jadi sebaiknya ingatlah baik baik namaku adalah Ferron!”

Related chapters

  • Kesempatan kristal kedua    Ferron

    Melihat hal itu Bianca merasa heran dengan tingkah laku pemuda itu, sejenak ia terdiam lalu menatap wajah pemuda itu yang sangat berseri seri, telapak tangan yang menjadi saksi bisu tingkah pemuda itu masih digenggam erat. “B-baiklah, h-hallo Ferron senang bertemu denganmu, aku Lucia! Sekarang kita harus memanggil nama satu sama lain ya!” Penuh kegagapan Bianca membalas dengan senyum terpaksa ke hadapan Ferron, setelah mengucapkan salam perkenalan Bianca segera melepaskan tangan miliknya, telapak tangannya terdapat bekas yang memerah setelah sekian lama dipegang oleh Ferron. “Kita sudah saling kenal, aku akan tetap memanggilmu Nona,” timpal Ferron tersenyum tipis.“Kalau begitu Ferron sedari tadi kita tidak sampai ke inti upacara karena asik sendiri kurasa ada satu pertanyaan yang terus membuatku kepikiran,” ucap Bianca terdiam sejenak. Bianca terdiam menatap kurang yakin ke arah Ferron yang berbalik menatapnya dengan mata yang berbinar binar dan perasaan yang penuh rasa penasaran

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #2

    Bianca terdiam kedua matanya seakan akan tak percaya, ia menatap Ferron dengan rasa takutnya ia memegang kedua lengan Ferron sangat erat, wajahnya panik ia mengguncang tubuh Ferron lalu menatapnya dalam dalam."Aku? Apa benar akan diusir untuk kedua kalinya?" desak Bianca setelah mengacaukan penampilan Ferron.Ferron menunduk, helaan napas terdengar panjang, "Aku benar benar serius, Nona."Wajah Bianca pasrah tubuhnya hanya bisa bertumpu pada tanah dengan sigap Ferron menggenggam lengan kanan Bianca, "Jangan bersedih seperti itu, kurasa memberikan satu nama lain itu bukanlah hal yang buruk, tentunya jati dirimu tak terlupakan, bukan?"Bianca menunduk sedih, ia memalingkan pandangannya, wajahnya penuh rasa kecewa."A-aku tak bisa berpikir ke depannya, aku benar benar merasa asing dengan segalanya," ucap Bianca gemetar dengan menahan isak tangisnya.Air mata turun satu persatu seiring perasaan yang campur aduk bersatu dengan derasnya hujan, keadaan semakin memburuk, Ferron tanpa suara h

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #3

    Api unggun menyala membakar habis semua kayu yang menyisakan percikan bunga api, terasa asing ketika menyentuh kulit Ferron yang sedang menghampiri Bianca, hanya terdengar suara napas dan tersisa tubuh yang lemah."Nona Lucia!" pekik Ferron di kejauhan.Tubuhnya terguncang oleh perasaan panik, wajah Ferron penuh rasa khawatir, keringat mulai bercucuran sepanjang ia duduk tepat di depan api yang memanas mendapati Bianca terbaring sekarat dengan bibir pucat mengelupas, dari alam kesadaran terus terdengar teriakan yang mencoba mengusik kesadarannya, teriakan itu semakin keras seiring guncangan tubuh yang tak terhentikan."Nona Lucia! Bangunlah, kita baru bertemu Nona seharusnya tak meninggalkanku, aku tidak hanya ingin jadi teman!" Ferron berteriak panik sembari menepuk lembut pipi Bianca.Ferron mengusap rambut hitam miliknya, air mata terurai di pipinya, tubuhnya terduduk pasrah hanya terdengar tangisan bersalah miliknya yang mengisi ruangan.Kini yang mengusik alam kesadaran Bianca ti

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan

    Kegelapan menyelimuti desa dengan penerangan seadanya dan suara alunan rintik hujan yang mereda membuat suasana hangat dan nyaman, kibasan angin dari hempasan Bianca hanya menggeletik lengan Ferron.“Aw, reflek yang bagus Nona,” ujar Ferron meledek sembari mengelus lengannya.Bianca hanya terdiam jenuh meratapi jendela dengan langit yang dihiasi bintang bintang membuat langit penuh keindahan, melihat fokusnya mata Bianca memandang ia mulai menyibukkan diri memandangi langit yang menarik perhatian Bianca.“Kurasa ini bukan saatnya bercanda, lalu apa maksud yang Nona katakan sebelumnya? Apa itu juga kalimat candaan?” ucap Ferron menatap Bianca.Bianca menoleh tanpa ekspresi tatapan indah miliknya menarik perhatian Ferron, mereka duduk di sofa yang sama hanya sedikit jarak tidak mempengaruhi Ferron, ia pun menoleh lalu tersenyum Bianca mengedip lalu segera menatap jendela itu.“Nona, tingkahmu memang lucu seperti anak kecil, lalu aku ingin tau banyak sekali hal yang membuatmu seperti seb

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan #2

    Udara dingin mulai mencucuk kulit terasa kedinginan yang menggantikan kehangatan, kehadiran Bianca membuat Ferron berbicara lebih banyak sampai melupakan kayu yang terbakar habis hanya menyisakan beberapa kepingan. Ferron berdiri, udara dingin menggeletik tubuhnya ia mengambil persediaan kayu untuk dibakar, sembari mengambil beberapa bungkus kayu Bianca memperhatikan Ferron, perhatiannya teralihkan kepada pria yang sempat mengabaikan perbincangan dengannya, satu persatu batang kayu terjatuh ke dalam api yang berkobar dengan percaya diri Ferron tersenyum di balik bayangan, ia tau Bianca tertarik dengannya. “Aku sedang tidak mengarang, kurasa Nona harus melihat cermin, benda itu ada di sana,” ucap Ferron menaruh kayu terakhir itu lalu menunjuk ke arah cermin yang berada di bawah sebuah kepala rusa.Bianca dengan segera beranjak dari sofa sejenak ia terdiam ketika kedua matanya terbuka menatap cermin, Ferron melihat dari kejauhan bagaimana reaksi Bianca beberapa kali terdengar suara te

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Hal tersembunyi

    Api semakin menderu melahap rakus semua kayu bagaikan rasa penasaran Ferron yang melahap akal sehatnya bahkan membicarakan hal terlarang.“Gadis kristal? Lelucon apalagi yang ingin kau sampaikan? Ingin semakin membuatku gila? Aku sudah cukup kehilangan akal sehatku dengan melihat perubahan fisikku,” ketus Bianca sembari melipat tangannya.“Ini bukan lelucon tapi aku yakin situasi ini, munculnya Nona, lalu aku yang menemukan Nona, bahkan terjadi saat upacara berlangsung,” ucap Ferron menyakinkan Bianca.“Lalu? Urusannya denganku apa? Perubahan desa ini terlalu jauh bahkan tak memungkinkan diriku untuk kembali menjadi warga asli di sini, kurasa aku akan kembali ke tempatku sebelumnya,” timpal Bianca beralasan.Tatapan sinis Bianca melukai mental Ferron yang sedari tadi berusaha lembut, suasana menjadi panas dengan penuh perdebatan yang saling bertabrakan.“Semua ini yang terjadi malam ini adalah sebuah takdir, aku anak yang diberkati oleh Dewi Aletha lalu aku dipertemukan denganmu,” jela

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Sesuatu

    Mata terbelalak seakan akan tak percaya akan wujud yang tepat berada di depannya, jari demi jari mulai menyentuh rambut indah Bianca secara halus mengusap ranbutnya dengan lirih kalimat yang keluar dari mulutnya membuat tubuh Bianca merinding.“Kali ini aku pastikan wujud gadis kristal tepat di depan mata.” Bianca membeku merinding, melihat tatapan pemuda itu Bianca dengan cepat melarikan diri, menabrak kuda pemuda itu tidak membuat langkah Bianca terhenti, saat ia menoleh ke belakang tepat pemuda itu dengan licik tersenyum.Berlari menjauh meski samar samar terdengar suara keributan.“Itu suara Ferron, apa mereka sedang ribut? Sudahlah biar saja yang penting aku tidak terlibat!”Bianca semakin tegas melangkahkan kakinya menjauh tatapannya hanya melihat ke depan, tidak sedikitpun menoleh ke belakang, sampai suatu ketika tanah yang ia pijak bergetar seiringnya debu menghampirinya.“Aduh!” Suara Bianca melengking saat tubuhnya terjatuh duduk.Saat melihat ke depan Bianca mendapati benda

    Last Updated : 2023-01-25
  • Kesempatan kristal kedua    Kejadian

    Suasana hening tubuh Bianca terpaku diam merasakan suasana merinding dari suhu tubuh seseorang yang mencoba menyentuhnya.Saat kepala menoleh ke belakang, kedua mata melirik sinis lalu teriakan histeris terdengar.Sesuatu terjadi di luar pintu itu, sebuah keheningan dan konsentrasi yang diciptakan hancur dalam sekejap, langkah kaki terdengar berhamburan mendekati pintu tua lalu suara nyaring pintu kayu itu terdengar.Semua mata terdiam tubuh terpaku melihat Bianca yang tepat berada di bawah lengan pemuda itu, dengan mata menahan isak tangis melihat tepat di bawah lehernya pemuda itu mengarahkan pisau yang ia pegang sembari mengancam mereka untuk mundur dan jangan bergerak.Perlahan Bianca terseret menjauh dengan berhati hati pemuda itu menodongkan pisau miliknya ke depan agar tidak ada pergerakan.“Lepaskan! Hei! aku bukan seseorang yang kau cari!” Rengekan Bianca tak membuat pemuda itu bungkam ia terus berjaga di atas kuasa leher Bianca ia terus menahannya sampai suatu titik pemuda

    Last Updated : 2023-02-05

Latest chapter

  • Kesempatan kristal kedua    Kejadian

    Suasana hening tubuh Bianca terpaku diam merasakan suasana merinding dari suhu tubuh seseorang yang mencoba menyentuhnya.Saat kepala menoleh ke belakang, kedua mata melirik sinis lalu teriakan histeris terdengar.Sesuatu terjadi di luar pintu itu, sebuah keheningan dan konsentrasi yang diciptakan hancur dalam sekejap, langkah kaki terdengar berhamburan mendekati pintu tua lalu suara nyaring pintu kayu itu terdengar.Semua mata terdiam tubuh terpaku melihat Bianca yang tepat berada di bawah lengan pemuda itu, dengan mata menahan isak tangis melihat tepat di bawah lehernya pemuda itu mengarahkan pisau yang ia pegang sembari mengancam mereka untuk mundur dan jangan bergerak.Perlahan Bianca terseret menjauh dengan berhati hati pemuda itu menodongkan pisau miliknya ke depan agar tidak ada pergerakan.“Lepaskan! Hei! aku bukan seseorang yang kau cari!” Rengekan Bianca tak membuat pemuda itu bungkam ia terus berjaga di atas kuasa leher Bianca ia terus menahannya sampai suatu titik pemuda

  • Kesempatan kristal kedua    Sesuatu

    Mata terbelalak seakan akan tak percaya akan wujud yang tepat berada di depannya, jari demi jari mulai menyentuh rambut indah Bianca secara halus mengusap ranbutnya dengan lirih kalimat yang keluar dari mulutnya membuat tubuh Bianca merinding.“Kali ini aku pastikan wujud gadis kristal tepat di depan mata.” Bianca membeku merinding, melihat tatapan pemuda itu Bianca dengan cepat melarikan diri, menabrak kuda pemuda itu tidak membuat langkah Bianca terhenti, saat ia menoleh ke belakang tepat pemuda itu dengan licik tersenyum.Berlari menjauh meski samar samar terdengar suara keributan.“Itu suara Ferron, apa mereka sedang ribut? Sudahlah biar saja yang penting aku tidak terlibat!”Bianca semakin tegas melangkahkan kakinya menjauh tatapannya hanya melihat ke depan, tidak sedikitpun menoleh ke belakang, sampai suatu ketika tanah yang ia pijak bergetar seiringnya debu menghampirinya.“Aduh!” Suara Bianca melengking saat tubuhnya terjatuh duduk.Saat melihat ke depan Bianca mendapati benda

  • Kesempatan kristal kedua    Hal tersembunyi

    Api semakin menderu melahap rakus semua kayu bagaikan rasa penasaran Ferron yang melahap akal sehatnya bahkan membicarakan hal terlarang.“Gadis kristal? Lelucon apalagi yang ingin kau sampaikan? Ingin semakin membuatku gila? Aku sudah cukup kehilangan akal sehatku dengan melihat perubahan fisikku,” ketus Bianca sembari melipat tangannya.“Ini bukan lelucon tapi aku yakin situasi ini, munculnya Nona, lalu aku yang menemukan Nona, bahkan terjadi saat upacara berlangsung,” ucap Ferron menyakinkan Bianca.“Lalu? Urusannya denganku apa? Perubahan desa ini terlalu jauh bahkan tak memungkinkan diriku untuk kembali menjadi warga asli di sini, kurasa aku akan kembali ke tempatku sebelumnya,” timpal Bianca beralasan.Tatapan sinis Bianca melukai mental Ferron yang sedari tadi berusaha lembut, suasana menjadi panas dengan penuh perdebatan yang saling bertabrakan.“Semua ini yang terjadi malam ini adalah sebuah takdir, aku anak yang diberkati oleh Dewi Aletha lalu aku dipertemukan denganmu,” jela

  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan #2

    Udara dingin mulai mencucuk kulit terasa kedinginan yang menggantikan kehangatan, kehadiran Bianca membuat Ferron berbicara lebih banyak sampai melupakan kayu yang terbakar habis hanya menyisakan beberapa kepingan. Ferron berdiri, udara dingin menggeletik tubuhnya ia mengambil persediaan kayu untuk dibakar, sembari mengambil beberapa bungkus kayu Bianca memperhatikan Ferron, perhatiannya teralihkan kepada pria yang sempat mengabaikan perbincangan dengannya, satu persatu batang kayu terjatuh ke dalam api yang berkobar dengan percaya diri Ferron tersenyum di balik bayangan, ia tau Bianca tertarik dengannya. “Aku sedang tidak mengarang, kurasa Nona harus melihat cermin, benda itu ada di sana,” ucap Ferron menaruh kayu terakhir itu lalu menunjuk ke arah cermin yang berada di bawah sebuah kepala rusa.Bianca dengan segera beranjak dari sofa sejenak ia terdiam ketika kedua matanya terbuka menatap cermin, Ferron melihat dari kejauhan bagaimana reaksi Bianca beberapa kali terdengar suara te

  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan

    Kegelapan menyelimuti desa dengan penerangan seadanya dan suara alunan rintik hujan yang mereda membuat suasana hangat dan nyaman, kibasan angin dari hempasan Bianca hanya menggeletik lengan Ferron.“Aw, reflek yang bagus Nona,” ujar Ferron meledek sembari mengelus lengannya.Bianca hanya terdiam jenuh meratapi jendela dengan langit yang dihiasi bintang bintang membuat langit penuh keindahan, melihat fokusnya mata Bianca memandang ia mulai menyibukkan diri memandangi langit yang menarik perhatian Bianca.“Kurasa ini bukan saatnya bercanda, lalu apa maksud yang Nona katakan sebelumnya? Apa itu juga kalimat candaan?” ucap Ferron menatap Bianca.Bianca menoleh tanpa ekspresi tatapan indah miliknya menarik perhatian Ferron, mereka duduk di sofa yang sama hanya sedikit jarak tidak mempengaruhi Ferron, ia pun menoleh lalu tersenyum Bianca mengedip lalu segera menatap jendela itu.“Nona, tingkahmu memang lucu seperti anak kecil, lalu aku ingin tau banyak sekali hal yang membuatmu seperti seb

  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #3

    Api unggun menyala membakar habis semua kayu yang menyisakan percikan bunga api, terasa asing ketika menyentuh kulit Ferron yang sedang menghampiri Bianca, hanya terdengar suara napas dan tersisa tubuh yang lemah."Nona Lucia!" pekik Ferron di kejauhan.Tubuhnya terguncang oleh perasaan panik, wajah Ferron penuh rasa khawatir, keringat mulai bercucuran sepanjang ia duduk tepat di depan api yang memanas mendapati Bianca terbaring sekarat dengan bibir pucat mengelupas, dari alam kesadaran terus terdengar teriakan yang mencoba mengusik kesadarannya, teriakan itu semakin keras seiring guncangan tubuh yang tak terhentikan."Nona Lucia! Bangunlah, kita baru bertemu Nona seharusnya tak meninggalkanku, aku tidak hanya ingin jadi teman!" Ferron berteriak panik sembari menepuk lembut pipi Bianca.Ferron mengusap rambut hitam miliknya, air mata terurai di pipinya, tubuhnya terduduk pasrah hanya terdengar tangisan bersalah miliknya yang mengisi ruangan.Kini yang mengusik alam kesadaran Bianca ti

  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #2

    Bianca terdiam kedua matanya seakan akan tak percaya, ia menatap Ferron dengan rasa takutnya ia memegang kedua lengan Ferron sangat erat, wajahnya panik ia mengguncang tubuh Ferron lalu menatapnya dalam dalam."Aku? Apa benar akan diusir untuk kedua kalinya?" desak Bianca setelah mengacaukan penampilan Ferron.Ferron menunduk, helaan napas terdengar panjang, "Aku benar benar serius, Nona."Wajah Bianca pasrah tubuhnya hanya bisa bertumpu pada tanah dengan sigap Ferron menggenggam lengan kanan Bianca, "Jangan bersedih seperti itu, kurasa memberikan satu nama lain itu bukanlah hal yang buruk, tentunya jati dirimu tak terlupakan, bukan?"Bianca menunduk sedih, ia memalingkan pandangannya, wajahnya penuh rasa kecewa."A-aku tak bisa berpikir ke depannya, aku benar benar merasa asing dengan segalanya," ucap Bianca gemetar dengan menahan isak tangisnya.Air mata turun satu persatu seiring perasaan yang campur aduk bersatu dengan derasnya hujan, keadaan semakin memburuk, Ferron tanpa suara h

  • Kesempatan kristal kedua    Ferron

    Melihat hal itu Bianca merasa heran dengan tingkah laku pemuda itu, sejenak ia terdiam lalu menatap wajah pemuda itu yang sangat berseri seri, telapak tangan yang menjadi saksi bisu tingkah pemuda itu masih digenggam erat. “B-baiklah, h-hallo Ferron senang bertemu denganmu, aku Lucia! Sekarang kita harus memanggil nama satu sama lain ya!” Penuh kegagapan Bianca membalas dengan senyum terpaksa ke hadapan Ferron, setelah mengucapkan salam perkenalan Bianca segera melepaskan tangan miliknya, telapak tangannya terdapat bekas yang memerah setelah sekian lama dipegang oleh Ferron. “Kita sudah saling kenal, aku akan tetap memanggilmu Nona,” timpal Ferron tersenyum tipis.“Kalau begitu Ferron sedari tadi kita tidak sampai ke inti upacara karena asik sendiri kurasa ada satu pertanyaan yang terus membuatku kepikiran,” ucap Bianca terdiam sejenak. Bianca terdiam menatap kurang yakin ke arah Ferron yang berbalik menatapnya dengan mata yang berbinar binar dan perasaan yang penuh rasa penasaran

  • Kesempatan kristal kedua    Dia

    Suasana malam terasa sepi, dengan penerangan seadanya, tubuh terasa merinding dengan angin sejuk yang mulai menggelitik, baju Bianca terlihat kusut dan kusam dengan beberapa bagian yang robek dan lagi sudah berbaur dengan tanah hutan membuat dirinya lebih sensitif dengan angin, tanpa sadar jari Bianca mulai saling memegang erat kedua lengan miliknya agar tetap merasa kehangatan. Kepala pemuda itu menoleh ke hadapan Bianca, tatapannya serius matanya mulai menyipit mencurigai Bianca, "Apakah Nona benar benar melupakan kisah ini?" Bianca memalingkan tatapannya ke bawah, ia tak berani berkata apa pun selain terus bergumam, "Habislah hidupku, kurasa aku akan ketahuan lalu dikejar oleh penduduk setempat." Malam yang sunyi tersisa mereka berdua di pinggir jalan, duduk tepat di bawah cahaya yang mulai mengedip, tatapan pemuda itu masih menyorot tajam ke arah Bianca, keringat dingin mulai bercucuran, Bianca masih keras kepala menundukkan kepalanya tanpa berkata sepatah apa pun.Pemuda itu m

DMCA.com Protection Status