Share

Pertemuan

Author: Lizzie
last update Last Updated: 2022-12-06 22:59:45

Ekspresi keheranan pemuda itu membuat tubuh Bianca beranjak sendirinya dari tempat yang membuatnya gugup, sekarang Bianca duduk di kursi kayu tua ditemani dengan pemuda tersebut, mata keduanya bertemu, saling menatap dengan penuh pertanyaan.

“Kenapa bertanya tentang upacara? Memangnya selama apa Nona mengurung diri?” tanya heran pemuda itu.

Dengan yakin berbekal tekad Bianca memberanikan diri meski terbata bata penuh kegugupan ia harus bisa menyakinkan pemuda di depannya agar ia bisa melanjutkan hidupnya.

“Berhentilah berpikir aku ini layaknya orang asing, aku tau pikiranmu yang sebenarnya, jujur saja aku baru pulang dari suatu tempat yang jauh dan sepertinya aku tertinggal pemberitahuan tentang upacara, jadi aku sedikit kebingungan,” ungkap Bianca berusaha menyakinkan pemuda tersebut.

Tanpa pikir panjang pemuda itu mengubah ekspresi curiganya menjadi semula ditambah senyuman ceria, mencairkan suasana.

“Benar saja kan apa yang aku pikirkan, dia itu bukan orang asing,” gumamnya kesenangan.

“Baiklah Nona manis, mari aku antar menuju lokasi upacara dan kurasa ini sudah saatnya adegan terpenting di mulai.”

Wajahnya mulai serius ketika ia mendongak menatap ke arah bulan purnama yang mulai bersinar terang, dengan gugup Bianca beranjak dari tempat duduknya, mulai menaruh tangannya bertumpu dengan tangan milik pemuda itu, layaknya seorang turis Bianca diajak berkeliling sambil mengobrol.

“Sebenarnya jika saya boleh tau Nona ini baru pulang dari mana? Apakah sudah melakukan perjalanan dewasa yang diperintahkan pemimpin? Atau telah melakukan perjalanan mencari Dewi Aletha?”

Wajahnya penuh rasa penasaran hingga semua pertanyaan yang terlintas ia keluarkan, Bianca menatap dua bola mata yang berbinar binar dengan wajah yang terlihat lebih muda darinya, Bianca hanya bisa membalas senyum ramah.

“Perjalanan dewasa? Lalu siapa itu Dewi Aletha? Kenapa dia sangat membuatku bingung?” gumam Bianca kebingungan.

Keadaan menjadi canggung ketika sikap ramah dan banyak bicara dari pemuda itu tak terbalaskan oleh Bianca yang sering menunduk ke bawah dengan penuh kebingungan.

Demi mencairkan suasana pemuda itu berinisiatif dengan memberhentikan langkah Bianca, “Berhenti Nona.”

Tanah terasa bergetar ketika tubuhnya sedikit melompat ke hadapan Bianca, dengan senyum berisi gigi yang bersinar di antara gelapnya malam, pemuda itu mulai mendekati wajahnya.

Wajah Bianca gelagapan panik, “Apa ... maksudmu begini? Hei, jangan berani melakukan yang aneh aneh denganku!”

Bianca menjauhkan wajahnya dari pandangan pemuda tersebut, kaki kirinya terpaksa menumpu tubuhnya, hanya selangkah mundur yang ia ambil.

“Hahaha, ya ampun benar benar Nona yang manis, aku hanya ingin bertanya siapa namamu? Siapa tau di desa ini memang mengenalmu setelah berpergian jauh.”

Suasana mencair dengan gelak tawa yang nyaring membuat jengkel Bianca.

“Apa maksud pemuda ini?” lirih Bianca.

“Kau benar benar hanya bertanya namaku sajakan?” sahut Bianca menatap serius pemuda itu.

Setelah pemuda itu merasa cukup tertawa ia menyeka air matanya, “Iya, tanpa ada pertanyaan tambahan, hanya itu saja.”

Mereka berdua berdiri di pinggir sebuah jalan dengan penerangan yang sangat redup membuat Bianca harus segera memutar otak.

“Apa aku harus memberitahunya nama asliku? Nanti tidak ada yang mengenalku, kurasa aku harus memberi diriku sebuah nama samaran,” gumam Bianca.

“Baiklah, perkenalkan namaku adalah Lucia.”

Bianca tersenyum dengan memaksa mengambil tangan milik pemuda itu, keduanya berjabat tangan dengan tatapan pemuda itu yang terkejut ketika mendengar nama ‘Lucia’.

“Hei ... Hello?”

Bianca menatap wajah pemuda itu lalu melambaikan tangannya layaknya seorang patung tatapan pemuda itu kosong, tubuhnya benar benar membeku.

“Ada apa ini sebenarnya?” gumam Bianca heran.

Setelah melihat tubuh pemuda itu yang mematung, Bianca memutuskan untuk duduk di pinggir tepat di samping pemuda itu, Bianca duduk di atas pasir dan bebatuan, membuat dirinya terpaksa mencabuti rumput panjang dan memainkannya di atas pasir.

“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semua harus terasa asing dan lagi pemuda ini sudah 10 menit, apa dia benar benar gila? Aku harus menunggu sampai kapan!” Bianca menoleh ke pemuda yang berada di sampingnya, amarahnya memuncak.

Selang 5 menit setelah Bianca berteriak kesal membuat pemuda itu kembali sadar dan segera duduk menghampiri Bianca, dengan wajah yang bersalah ia mulai berbicara.

“Maaf, sebenarnya setelah tadi mendengar namamu, mengingatkanku pada seorang Putri kerajaan kuno menurut cerita ia adalah musuh alami Dewi Aletha,” ucap pemuda itu sembari menatap bulan.

“Apa mereka benar benar ada?”

Related chapters

  • Kesempatan kristal kedua    Dia

    Suasana malam terasa sepi, dengan penerangan seadanya, tubuh terasa merinding dengan angin sejuk yang mulai menggelitik, baju Bianca terlihat kusut dan kusam dengan beberapa bagian yang robek dan lagi sudah berbaur dengan tanah hutan membuat dirinya lebih sensitif dengan angin, tanpa sadar jari Bianca mulai saling memegang erat kedua lengan miliknya agar tetap merasa kehangatan. Kepala pemuda itu menoleh ke hadapan Bianca, tatapannya serius matanya mulai menyipit mencurigai Bianca, "Apakah Nona benar benar melupakan kisah ini?" Bianca memalingkan tatapannya ke bawah, ia tak berani berkata apa pun selain terus bergumam, "Habislah hidupku, kurasa aku akan ketahuan lalu dikejar oleh penduduk setempat." Malam yang sunyi tersisa mereka berdua di pinggir jalan, duduk tepat di bawah cahaya yang mulai mengedip, tatapan pemuda itu masih menyorot tajam ke arah Bianca, keringat dingin mulai bercucuran, Bianca masih keras kepala menundukkan kepalanya tanpa berkata sepatah apa pun.Pemuda itu m

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Ferron

    Melihat hal itu Bianca merasa heran dengan tingkah laku pemuda itu, sejenak ia terdiam lalu menatap wajah pemuda itu yang sangat berseri seri, telapak tangan yang menjadi saksi bisu tingkah pemuda itu masih digenggam erat. “B-baiklah, h-hallo Ferron senang bertemu denganmu, aku Lucia! Sekarang kita harus memanggil nama satu sama lain ya!” Penuh kegagapan Bianca membalas dengan senyum terpaksa ke hadapan Ferron, setelah mengucapkan salam perkenalan Bianca segera melepaskan tangan miliknya, telapak tangannya terdapat bekas yang memerah setelah sekian lama dipegang oleh Ferron. “Kita sudah saling kenal, aku akan tetap memanggilmu Nona,” timpal Ferron tersenyum tipis.“Kalau begitu Ferron sedari tadi kita tidak sampai ke inti upacara karena asik sendiri kurasa ada satu pertanyaan yang terus membuatku kepikiran,” ucap Bianca terdiam sejenak. Bianca terdiam menatap kurang yakin ke arah Ferron yang berbalik menatapnya dengan mata yang berbinar binar dan perasaan yang penuh rasa penasaran

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #2

    Bianca terdiam kedua matanya seakan akan tak percaya, ia menatap Ferron dengan rasa takutnya ia memegang kedua lengan Ferron sangat erat, wajahnya panik ia mengguncang tubuh Ferron lalu menatapnya dalam dalam."Aku? Apa benar akan diusir untuk kedua kalinya?" desak Bianca setelah mengacaukan penampilan Ferron.Ferron menunduk, helaan napas terdengar panjang, "Aku benar benar serius, Nona."Wajah Bianca pasrah tubuhnya hanya bisa bertumpu pada tanah dengan sigap Ferron menggenggam lengan kanan Bianca, "Jangan bersedih seperti itu, kurasa memberikan satu nama lain itu bukanlah hal yang buruk, tentunya jati dirimu tak terlupakan, bukan?"Bianca menunduk sedih, ia memalingkan pandangannya, wajahnya penuh rasa kecewa."A-aku tak bisa berpikir ke depannya, aku benar benar merasa asing dengan segalanya," ucap Bianca gemetar dengan menahan isak tangisnya.Air mata turun satu persatu seiring perasaan yang campur aduk bersatu dengan derasnya hujan, keadaan semakin memburuk, Ferron tanpa suara h

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #3

    Api unggun menyala membakar habis semua kayu yang menyisakan percikan bunga api, terasa asing ketika menyentuh kulit Ferron yang sedang menghampiri Bianca, hanya terdengar suara napas dan tersisa tubuh yang lemah."Nona Lucia!" pekik Ferron di kejauhan.Tubuhnya terguncang oleh perasaan panik, wajah Ferron penuh rasa khawatir, keringat mulai bercucuran sepanjang ia duduk tepat di depan api yang memanas mendapati Bianca terbaring sekarat dengan bibir pucat mengelupas, dari alam kesadaran terus terdengar teriakan yang mencoba mengusik kesadarannya, teriakan itu semakin keras seiring guncangan tubuh yang tak terhentikan."Nona Lucia! Bangunlah, kita baru bertemu Nona seharusnya tak meninggalkanku, aku tidak hanya ingin jadi teman!" Ferron berteriak panik sembari menepuk lembut pipi Bianca.Ferron mengusap rambut hitam miliknya, air mata terurai di pipinya, tubuhnya terduduk pasrah hanya terdengar tangisan bersalah miliknya yang mengisi ruangan.Kini yang mengusik alam kesadaran Bianca ti

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan

    Kegelapan menyelimuti desa dengan penerangan seadanya dan suara alunan rintik hujan yang mereda membuat suasana hangat dan nyaman, kibasan angin dari hempasan Bianca hanya menggeletik lengan Ferron.“Aw, reflek yang bagus Nona,” ujar Ferron meledek sembari mengelus lengannya.Bianca hanya terdiam jenuh meratapi jendela dengan langit yang dihiasi bintang bintang membuat langit penuh keindahan, melihat fokusnya mata Bianca memandang ia mulai menyibukkan diri memandangi langit yang menarik perhatian Bianca.“Kurasa ini bukan saatnya bercanda, lalu apa maksud yang Nona katakan sebelumnya? Apa itu juga kalimat candaan?” ucap Ferron menatap Bianca.Bianca menoleh tanpa ekspresi tatapan indah miliknya menarik perhatian Ferron, mereka duduk di sofa yang sama hanya sedikit jarak tidak mempengaruhi Ferron, ia pun menoleh lalu tersenyum Bianca mengedip lalu segera menatap jendela itu.“Nona, tingkahmu memang lucu seperti anak kecil, lalu aku ingin tau banyak sekali hal yang membuatmu seperti seb

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan #2

    Udara dingin mulai mencucuk kulit terasa kedinginan yang menggantikan kehangatan, kehadiran Bianca membuat Ferron berbicara lebih banyak sampai melupakan kayu yang terbakar habis hanya menyisakan beberapa kepingan. Ferron berdiri, udara dingin menggeletik tubuhnya ia mengambil persediaan kayu untuk dibakar, sembari mengambil beberapa bungkus kayu Bianca memperhatikan Ferron, perhatiannya teralihkan kepada pria yang sempat mengabaikan perbincangan dengannya, satu persatu batang kayu terjatuh ke dalam api yang berkobar dengan percaya diri Ferron tersenyum di balik bayangan, ia tau Bianca tertarik dengannya. “Aku sedang tidak mengarang, kurasa Nona harus melihat cermin, benda itu ada di sana,” ucap Ferron menaruh kayu terakhir itu lalu menunjuk ke arah cermin yang berada di bawah sebuah kepala rusa.Bianca dengan segera beranjak dari sofa sejenak ia terdiam ketika kedua matanya terbuka menatap cermin, Ferron melihat dari kejauhan bagaimana reaksi Bianca beberapa kali terdengar suara te

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Hal tersembunyi

    Api semakin menderu melahap rakus semua kayu bagaikan rasa penasaran Ferron yang melahap akal sehatnya bahkan membicarakan hal terlarang.“Gadis kristal? Lelucon apalagi yang ingin kau sampaikan? Ingin semakin membuatku gila? Aku sudah cukup kehilangan akal sehatku dengan melihat perubahan fisikku,” ketus Bianca sembari melipat tangannya.“Ini bukan lelucon tapi aku yakin situasi ini, munculnya Nona, lalu aku yang menemukan Nona, bahkan terjadi saat upacara berlangsung,” ucap Ferron menyakinkan Bianca.“Lalu? Urusannya denganku apa? Perubahan desa ini terlalu jauh bahkan tak memungkinkan diriku untuk kembali menjadi warga asli di sini, kurasa aku akan kembali ke tempatku sebelumnya,” timpal Bianca beralasan.Tatapan sinis Bianca melukai mental Ferron yang sedari tadi berusaha lembut, suasana menjadi panas dengan penuh perdebatan yang saling bertabrakan.“Semua ini yang terjadi malam ini adalah sebuah takdir, aku anak yang diberkati oleh Dewi Aletha lalu aku dipertemukan denganmu,” jela

    Last Updated : 2022-12-06
  • Kesempatan kristal kedua    Sesuatu

    Mata terbelalak seakan akan tak percaya akan wujud yang tepat berada di depannya, jari demi jari mulai menyentuh rambut indah Bianca secara halus mengusap ranbutnya dengan lirih kalimat yang keluar dari mulutnya membuat tubuh Bianca merinding.“Kali ini aku pastikan wujud gadis kristal tepat di depan mata.” Bianca membeku merinding, melihat tatapan pemuda itu Bianca dengan cepat melarikan diri, menabrak kuda pemuda itu tidak membuat langkah Bianca terhenti, saat ia menoleh ke belakang tepat pemuda itu dengan licik tersenyum.Berlari menjauh meski samar samar terdengar suara keributan.“Itu suara Ferron, apa mereka sedang ribut? Sudahlah biar saja yang penting aku tidak terlibat!”Bianca semakin tegas melangkahkan kakinya menjauh tatapannya hanya melihat ke depan, tidak sedikitpun menoleh ke belakang, sampai suatu ketika tanah yang ia pijak bergetar seiringnya debu menghampirinya.“Aduh!” Suara Bianca melengking saat tubuhnya terjatuh duduk.Saat melihat ke depan Bianca mendapati benda

    Last Updated : 2023-01-25

Latest chapter

  • Kesempatan kristal kedua    Kejadian

    Suasana hening tubuh Bianca terpaku diam merasakan suasana merinding dari suhu tubuh seseorang yang mencoba menyentuhnya.Saat kepala menoleh ke belakang, kedua mata melirik sinis lalu teriakan histeris terdengar.Sesuatu terjadi di luar pintu itu, sebuah keheningan dan konsentrasi yang diciptakan hancur dalam sekejap, langkah kaki terdengar berhamburan mendekati pintu tua lalu suara nyaring pintu kayu itu terdengar.Semua mata terdiam tubuh terpaku melihat Bianca yang tepat berada di bawah lengan pemuda itu, dengan mata menahan isak tangis melihat tepat di bawah lehernya pemuda itu mengarahkan pisau yang ia pegang sembari mengancam mereka untuk mundur dan jangan bergerak.Perlahan Bianca terseret menjauh dengan berhati hati pemuda itu menodongkan pisau miliknya ke depan agar tidak ada pergerakan.“Lepaskan! Hei! aku bukan seseorang yang kau cari!” Rengekan Bianca tak membuat pemuda itu bungkam ia terus berjaga di atas kuasa leher Bianca ia terus menahannya sampai suatu titik pemuda

  • Kesempatan kristal kedua    Sesuatu

    Mata terbelalak seakan akan tak percaya akan wujud yang tepat berada di depannya, jari demi jari mulai menyentuh rambut indah Bianca secara halus mengusap ranbutnya dengan lirih kalimat yang keluar dari mulutnya membuat tubuh Bianca merinding.“Kali ini aku pastikan wujud gadis kristal tepat di depan mata.” Bianca membeku merinding, melihat tatapan pemuda itu Bianca dengan cepat melarikan diri, menabrak kuda pemuda itu tidak membuat langkah Bianca terhenti, saat ia menoleh ke belakang tepat pemuda itu dengan licik tersenyum.Berlari menjauh meski samar samar terdengar suara keributan.“Itu suara Ferron, apa mereka sedang ribut? Sudahlah biar saja yang penting aku tidak terlibat!”Bianca semakin tegas melangkahkan kakinya menjauh tatapannya hanya melihat ke depan, tidak sedikitpun menoleh ke belakang, sampai suatu ketika tanah yang ia pijak bergetar seiringnya debu menghampirinya.“Aduh!” Suara Bianca melengking saat tubuhnya terjatuh duduk.Saat melihat ke depan Bianca mendapati benda

  • Kesempatan kristal kedua    Hal tersembunyi

    Api semakin menderu melahap rakus semua kayu bagaikan rasa penasaran Ferron yang melahap akal sehatnya bahkan membicarakan hal terlarang.“Gadis kristal? Lelucon apalagi yang ingin kau sampaikan? Ingin semakin membuatku gila? Aku sudah cukup kehilangan akal sehatku dengan melihat perubahan fisikku,” ketus Bianca sembari melipat tangannya.“Ini bukan lelucon tapi aku yakin situasi ini, munculnya Nona, lalu aku yang menemukan Nona, bahkan terjadi saat upacara berlangsung,” ucap Ferron menyakinkan Bianca.“Lalu? Urusannya denganku apa? Perubahan desa ini terlalu jauh bahkan tak memungkinkan diriku untuk kembali menjadi warga asli di sini, kurasa aku akan kembali ke tempatku sebelumnya,” timpal Bianca beralasan.Tatapan sinis Bianca melukai mental Ferron yang sedari tadi berusaha lembut, suasana menjadi panas dengan penuh perdebatan yang saling bertabrakan.“Semua ini yang terjadi malam ini adalah sebuah takdir, aku anak yang diberkati oleh Dewi Aletha lalu aku dipertemukan denganmu,” jela

  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan #2

    Udara dingin mulai mencucuk kulit terasa kedinginan yang menggantikan kehangatan, kehadiran Bianca membuat Ferron berbicara lebih banyak sampai melupakan kayu yang terbakar habis hanya menyisakan beberapa kepingan. Ferron berdiri, udara dingin menggeletik tubuhnya ia mengambil persediaan kayu untuk dibakar, sembari mengambil beberapa bungkus kayu Bianca memperhatikan Ferron, perhatiannya teralihkan kepada pria yang sempat mengabaikan perbincangan dengannya, satu persatu batang kayu terjatuh ke dalam api yang berkobar dengan percaya diri Ferron tersenyum di balik bayangan, ia tau Bianca tertarik dengannya. “Aku sedang tidak mengarang, kurasa Nona harus melihat cermin, benda itu ada di sana,” ucap Ferron menaruh kayu terakhir itu lalu menunjuk ke arah cermin yang berada di bawah sebuah kepala rusa.Bianca dengan segera beranjak dari sofa sejenak ia terdiam ketika kedua matanya terbuka menatap cermin, Ferron melihat dari kejauhan bagaimana reaksi Bianca beberapa kali terdengar suara te

  • Kesempatan kristal kedua    Kenyataan

    Kegelapan menyelimuti desa dengan penerangan seadanya dan suara alunan rintik hujan yang mereda membuat suasana hangat dan nyaman, kibasan angin dari hempasan Bianca hanya menggeletik lengan Ferron.“Aw, reflek yang bagus Nona,” ujar Ferron meledek sembari mengelus lengannya.Bianca hanya terdiam jenuh meratapi jendela dengan langit yang dihiasi bintang bintang membuat langit penuh keindahan, melihat fokusnya mata Bianca memandang ia mulai menyibukkan diri memandangi langit yang menarik perhatian Bianca.“Kurasa ini bukan saatnya bercanda, lalu apa maksud yang Nona katakan sebelumnya? Apa itu juga kalimat candaan?” ucap Ferron menatap Bianca.Bianca menoleh tanpa ekspresi tatapan indah miliknya menarik perhatian Ferron, mereka duduk di sofa yang sama hanya sedikit jarak tidak mempengaruhi Ferron, ia pun menoleh lalu tersenyum Bianca mengedip lalu segera menatap jendela itu.“Nona, tingkahmu memang lucu seperti anak kecil, lalu aku ingin tau banyak sekali hal yang membuatmu seperti seb

  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #3

    Api unggun menyala membakar habis semua kayu yang menyisakan percikan bunga api, terasa asing ketika menyentuh kulit Ferron yang sedang menghampiri Bianca, hanya terdengar suara napas dan tersisa tubuh yang lemah."Nona Lucia!" pekik Ferron di kejauhan.Tubuhnya terguncang oleh perasaan panik, wajah Ferron penuh rasa khawatir, keringat mulai bercucuran sepanjang ia duduk tepat di depan api yang memanas mendapati Bianca terbaring sekarat dengan bibir pucat mengelupas, dari alam kesadaran terus terdengar teriakan yang mencoba mengusik kesadarannya, teriakan itu semakin keras seiring guncangan tubuh yang tak terhentikan."Nona Lucia! Bangunlah, kita baru bertemu Nona seharusnya tak meninggalkanku, aku tidak hanya ingin jadi teman!" Ferron berteriak panik sembari menepuk lembut pipi Bianca.Ferron mengusap rambut hitam miliknya, air mata terurai di pipinya, tubuhnya terduduk pasrah hanya terdengar tangisan bersalah miliknya yang mengisi ruangan.Kini yang mengusik alam kesadaran Bianca ti

  • Kesempatan kristal kedua    Ferron #2

    Bianca terdiam kedua matanya seakan akan tak percaya, ia menatap Ferron dengan rasa takutnya ia memegang kedua lengan Ferron sangat erat, wajahnya panik ia mengguncang tubuh Ferron lalu menatapnya dalam dalam."Aku? Apa benar akan diusir untuk kedua kalinya?" desak Bianca setelah mengacaukan penampilan Ferron.Ferron menunduk, helaan napas terdengar panjang, "Aku benar benar serius, Nona."Wajah Bianca pasrah tubuhnya hanya bisa bertumpu pada tanah dengan sigap Ferron menggenggam lengan kanan Bianca, "Jangan bersedih seperti itu, kurasa memberikan satu nama lain itu bukanlah hal yang buruk, tentunya jati dirimu tak terlupakan, bukan?"Bianca menunduk sedih, ia memalingkan pandangannya, wajahnya penuh rasa kecewa."A-aku tak bisa berpikir ke depannya, aku benar benar merasa asing dengan segalanya," ucap Bianca gemetar dengan menahan isak tangisnya.Air mata turun satu persatu seiring perasaan yang campur aduk bersatu dengan derasnya hujan, keadaan semakin memburuk, Ferron tanpa suara h

  • Kesempatan kristal kedua    Ferron

    Melihat hal itu Bianca merasa heran dengan tingkah laku pemuda itu, sejenak ia terdiam lalu menatap wajah pemuda itu yang sangat berseri seri, telapak tangan yang menjadi saksi bisu tingkah pemuda itu masih digenggam erat. “B-baiklah, h-hallo Ferron senang bertemu denganmu, aku Lucia! Sekarang kita harus memanggil nama satu sama lain ya!” Penuh kegagapan Bianca membalas dengan senyum terpaksa ke hadapan Ferron, setelah mengucapkan salam perkenalan Bianca segera melepaskan tangan miliknya, telapak tangannya terdapat bekas yang memerah setelah sekian lama dipegang oleh Ferron. “Kita sudah saling kenal, aku akan tetap memanggilmu Nona,” timpal Ferron tersenyum tipis.“Kalau begitu Ferron sedari tadi kita tidak sampai ke inti upacara karena asik sendiri kurasa ada satu pertanyaan yang terus membuatku kepikiran,” ucap Bianca terdiam sejenak. Bianca terdiam menatap kurang yakin ke arah Ferron yang berbalik menatapnya dengan mata yang berbinar binar dan perasaan yang penuh rasa penasaran

  • Kesempatan kristal kedua    Dia

    Suasana malam terasa sepi, dengan penerangan seadanya, tubuh terasa merinding dengan angin sejuk yang mulai menggelitik, baju Bianca terlihat kusut dan kusam dengan beberapa bagian yang robek dan lagi sudah berbaur dengan tanah hutan membuat dirinya lebih sensitif dengan angin, tanpa sadar jari Bianca mulai saling memegang erat kedua lengan miliknya agar tetap merasa kehangatan. Kepala pemuda itu menoleh ke hadapan Bianca, tatapannya serius matanya mulai menyipit mencurigai Bianca, "Apakah Nona benar benar melupakan kisah ini?" Bianca memalingkan tatapannya ke bawah, ia tak berani berkata apa pun selain terus bergumam, "Habislah hidupku, kurasa aku akan ketahuan lalu dikejar oleh penduduk setempat." Malam yang sunyi tersisa mereka berdua di pinggir jalan, duduk tepat di bawah cahaya yang mulai mengedip, tatapan pemuda itu masih menyorot tajam ke arah Bianca, keringat dingin mulai bercucuran, Bianca masih keras kepala menundukkan kepalanya tanpa berkata sepatah apa pun.Pemuda itu m

DMCA.com Protection Status