Setelah melakukan sesi foto bersama pengantin, Naina segera pamit kepada Fatimah dan Ida karena ia mengaku tiba-tiba tidak enak badan. Begitu dengar Naina tiba-tiba tidak enak badan, Nadin pun juga ikut pulang bersama Naina. "Kakak beneran sakit? Tapi kenapa gak panas? " tanya Nadin dengan heran sambil meraba dahi Naina. Naina yang sedang berjalan cepat tidak menggubris pertanyaan Nadin, ia semakin mempercepat langkah kakinya. Ia menghela nafas lega begitu mendudukkan bokongnya di dalam mobil. Nadin semakin heran dengan tingkah aneh Naina , ia pun ikut masuk ke dalam mobil dan mengambil bangku sopir. Ia lalu menghidupkan mobil dan pergi dari rumah Ida untuk pulang ke rumah. Karena mereka diam membisu, Nadin pun menghidupkan radio di mobil agar suasana tidak sunyi dan sepi kayak kuburan. Naina mengecilkan volume suara radio dan menutup matanya sejenak. "Din, salah gak kalau tiba-tiba saja jantung kita berdebar begitu kencang melihat senyum seseorang yang tidak pernah terpikirkan
Mereka berdua mengobrol panjang lebar selama perjalanan kembali ke rumah. Naina selalu berkata jujur tentang semua perasaan dan keluhan kesah nya kepada Nadin. Ia tidak mau menyimpan semuanya sendiri, dan begitu juga dengan Nadin yang juga melakukan hal yang sama seperti Naina yang selalu mengutarakan jika ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Begitu Naina pulang, Tian pun juga ikut berpamitan pulang. Sedangkan Sandra akan mengantarkan pasangan suami istri baru ke hotel untuk menginap dan langsung pergi berbulan madu keesokan harinya. Farida ikut Sandra mengantar orang tua mereka ke hotel, barulah setelah itu mereka pulang ke rumah. Rencananya, Farida akan tinggal bersama Sandra di rumah lama Sandra dan Herman. Sedangkan Fatimah dan Herman akan tinggal di rumah baru yang menjadi mahar untuk Fatimah. Rumah Fatimah warisan orang tuanya akan ia jadikan kos-kosan saja, agar rumah tersebut tidak kosong dan selalu berpenghuni. Tian melempar dasi nya sembarangan ketika ia sudah sampai
Pagi ini pasangan pengantin baru rasa lama akan bertolak ke Papua tepatnya ke raja ampat untuk berbulan madu. Fatimah tampak begitu sumringah ketika mobil yang mereka tumpangi memasuki area bandara soetta. "Senang banget istriku ini mau ke raja ampat! " ucap Herman dengan mencubit gemes pipi istrinya. "Senang banget Abang! Fat udah lama banget pengen kesini, tapi keadaan gak memungkinkan karena terbatas dana! Setiap ada tayangan tentang raja ampat di televisi Fat langsung mengamankan remot biar gak di ganti Ida! " jawab Fatimah dengan wajah sumringah. "Mulai sekarang jika kamu mau kemana pun, kamu bilang sama Abang! Kita akan pergi berdua ke tempat yang kamu suka! " ucap Herman dengan penuh kasih kepada istrinya. "Gak perlu lah Bang! Lagi pula Fat hanya punya satu keinginan yaitu ke sini, raja ampat! Dan sekarang sudah di kabulkan sama Tian keponakan Abang! Fat gak mau kita boros hanya karena mau jalan-jalan doang! Mendingan uang nya kita tabung aja, atau gak kita sedekahkan saja
Perempuan yang menabrak Naina melihat Naina dari atas hingga ke bawah dan tersenyum remeh kepada Naina. "Kakak kamu itu yang gak pakai mata! Tuh ketutup semuanya! Lagian kan dia juga gak apa-apa! " jawabnya tersenyum mengejek. "Apa kamu bilang! Sudah bersalah, gak mau minta maaf, malah menghina orang lagi! " pekik Nadin dengan wajah sangat marah. "Sssstttt... Udah, malu di lihat banyak orang! " bisik Naina dengan meraih tangan Nadin. "Ayo kita pergi! Hanya orang yang punya akal dan pikiran lah yang menyadari kesalahannya! Jika ia tidak menyadari kesalahannya berati ia tidak punya akal dan pikiran, itu kan sama artinya ia seperti ayam! " ucap Naina dengan suara keras dan dingin. Ia lalu pergi dengan menarik tangan Nadin yang masih emosi. Wajah perempuan itu merah padam menahan amarah dan malu karena pengunjung mall yang melihat kejadian tersebut melihatnya dengan tersenyum mengejek, persis yang ia lakukan terhadap Naina tadi. Naina menarik kuat Nadin yang masih emosi dengan pere
Pagi-pagi sekali Tian sudah berangkat ke kantor di firma hukum milik Om nya yang sedang asyik berbulan madu bersama istri tercinta. "Emang dasar itu laki-laki tua! Seenaknya saja memperpanjang masa cuti! Awas aja nanti kalau aku nikah, aku akan cuti sebulan untuk bulan madu! " gerutu Tian ketika keluar dari mobilnya. Ia lalu memasuki gedung tempat firma hukum Om nya bernaung dengan wajah lecek gak enak untuk di lihat. "What up Bro! Lecek amat itu muka, padahal udah lama kita gak ketemu! " ucap seseorang yang mengagetkan Tian dari arah ruang tunggu. "Dasar kamprett... Bikin gue kaget aja loe! " sahut Tian dengan menendang bokong pria tersebut. "Sensi banget sih loe! Gitu aja pakai kaget segala! Makanya kalau jalan itu jangan sambil melamun! " jawab laki-laki tersebut dengan nada mengejek. "Sotoy loe! Sok tau! Gue gak melamun, dodol! " bantah Tian dengan keras. "Serah elo deh Bro! Yuk kita keruangan elo! Dah lama banget kita gak cerita dan ngobrol bareng! " ajak laki-laki itu sam
"Ntar elu gue kenalin sama adiknya Naina! " jawab Tian asal. "Oh, jadi janda gebetan elu Naina Namanya! Lumayan bagus! " ucap Dewa yang membuat Tian mendelik kesal. "Bukan lumayan kampret! Tapi emang bagus banget kayak orang nya! " omel Tian kesal dengan melemparkan pena ke arah Dewa. Dewa yang di lempar Tian hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat kekesalan sahabatnya itu padanya. Sepertinya Dewa senang sekali membuat Tian emosi dan Naik darah jika menyangkut tentang Naina. Di tempat lain.. Naina berkutat dengan pekerjaan kantor sebegitu banyak nya, bertumpuk di atas meja kerjanya sehingga membuatnya lupa akan segala-galanya termasuk penghuni semua pikirannya selama semingguan ini. "Ya Allah... Capek banget aku hari ini! Rasanya pada pegel semua badan-badan ku dan semuanya terasa ngilu cenat cenut. Sepertinya aku butuh tukang pijat ini! " ucap nya dengan lirih sambil melihat berkas yang menggunung di depan mata nya. Tidak berapa lama kemudian, pintu ruangannya di ketuk dari luar.
"Gimana saya gak betah Bos kalau setiap kami mandi selalu di jatahin! Sedang enak-enaknya mandi eh tiba-tiba air nya mati! Ternyata itu ulah Ibu kos yang katanya harus hemat air kalau mandi, kalau bisa katanya sekali mandi airnya seember! Gila gak tuh Ibu kosnya! Semua yang ngekos pada mengutuk karena rata-rata menyesal udah ngekos di situ! Mau cari pindahan semua kosan pada mahal, di tempat itu yang agak miring sedikit harga sewanya meskipun harus makan hati karena kelakuan Ibu kosnya! " Curhat Marni berapi-api. "Sakit kayak nya Ibu kos elu Mar! Kalau gue di posisi elu, bisa keluar singa gue mandi di jatahin kayak gitu! Ya udah, elu pindah aja ke rumah gue ama teman-teman elu! Biar tau rasa tuh Ibu kos kalau anak kosnya udah pada kabur karena gak tahan di jatahin kayak gitu! Medit banget jadi orang, kaya gak juga! " sahut Ida semakin mengomporin Marni. "Betul itu Bos! Emang sakit jiwa tuh Ibu kos! Kalau gitu nanti pulang kerja saya akan bicara sama teman-teman kosan, mau gak mereka
Dzaki begitu kaget mendengar kabar yang di bawakan sipir penjara tersebut. Wajahnya pucat dan ia langsung terduduk di tanah dengan pandangan mata kosong. Sudah beberapa hari ini ia memimpikan Diana yang merengek ingin pulang ke rumah mereka. Untuk itu lah ia meminta bantuan sipir penjara mencari tahu bagaimana kabar adiknya Diana di penjara wanita. Ia tidak menyangka jika kabar ini lah yang akhirnya sampai ke telinganya. "Bagaimana keadaan Diana sekarang ini, Pak? " tanya Dzaki dengan wajah sedih. "Entahlah, aku juga kurang tahu! Nanti aku tanyakan lagi dengan temanku bagaimana keadaan adikmu! " jawab sipir itu dengan jujur. "Terimakasih banyak Pak, sudah mau membantu saya mencari tahu keadaan adik saya! " ucap Dzaki dengan bangkit kembali dan mengambil sapu yang terjatuh mengerjakan kembali pekerjaannya. Di rumah sakit Bhayangkara.. Para petugas rumah sakit berlarian menyambut pasien dari lapas perempuan yang sudah berlumuran darah di kepalanya akibat hantaman barang pecah bel
Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "
"Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku
"Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan
"Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua
Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak
Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong
Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.
Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!
Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di