Marni mulai melakukan tugasnya memijat Ida yang sudah di posisi wuenak tengkurep di sofa. Sedang kan Deswita langsung keluar begitu selesai membawa Marni di hadapan Ida. Hampir 30 menit lebih Marni memijat badan Ida sehingga membuat yang di pijat tertidur pulas lengkap dengan nyanyiannya alias mendengkur. "Haduh, aku harus di sini apa langsung keluar ya? Mana lapar banget lagi ini kampung tengah! Duh Marni, Marni! Kenapa tadi sebelum mijat gak tanya dulu sama Bu Bos! Kan jadi dilema ini mah! " ucap Marni dengan suara lirih. "Krucuk.... Krucuk.... ""Aduh perut? Jangan mengeluarkan suara napa? Malu tauk kedengaran orang! Bisa-bisa Bu Bos jadi kebangun karena suara kamu perut! " Marni mengomeli perutnya sendiri yang sudah mengeluarkan jeritan alami. "Minum aja dulu deh, lumayan ganjal perut sampai Bu Bos bangun tidur! " gumam Marni ketika melihat sebotol air mineral di meja Ida yang kebetulan masih bersegel. Ia lantas berdiri dan mengambil botol air mineral yang di atas meja Ida. I
"Ka-kamu! " ucap Sania terkejut dengan wajah pucat pasi. Ia hanya diam terpaku, kakinya tiba-tiba tidak bisa bergerak, tangannya gemetar dan jantungnya berpacu dengan cepat. Sekelebat bayangan akan masa lalu hadir dalam ingatannya. "Lama tidak bertemu Sania! Ternyata kamu tambah cantik aja! " ucap laki-laki itu berjalan mendekati Sania. Tubuh Sania bergetar hebat, ia memalingkan wajahnya saat laki-laki itu ingin menyentuhnya. Entah kenapa tiba-tiba timbul keberanian dalam dirinya untuk melihat laki-laki yang sudah menghancurkan nya itu. "Dari mana kau tahu aku di sini, Devan! " tanya Sania dengan datar. "Hei, mana sapaan Om nya? Apa kau lupa jika aku ini Om mu? " sahut Laki-laki itu tanpa menjawab pertanyaan Sania. "Cuih! Siapa yang harus di panggil Om itu! Kau pikir aku tidak tahu jika kau itu bukan Om ku? Kalian pikir sampai berapa lama kalian menyembunyikan rahasia ini dari ku? Cih, sungguh memuakkan! Tidak ada Om yang memperkosa keponakan nya yang baru berusia 13 tahun! " j
Herman langsung ciut mendengar suara putri nya yang kesal dengan ulahnya. Ia lalu duduk kembali di sofa dengan wajah yang tidak bisa di gambarkan. Tian tiba-tiba datang mendekat dan duduk di samping omnya itu. "Gimana Om rasanya jadi pengantin lagi? " tanya Tian seakan-akan menggodanya. "Nano-nano....! " jawab Herman ketus. "Ha.... Ha.... Ha.... Santai Om, jangan ngegas dong! " jawab Tian dengan terkekeh-kekeh. "Kamu itu ya, udah tahu Om grogi gini pakai di tanya lagi! " jawab Herman dengan jengkel. "Ya kan Tian cuma nanya doang! Mana Tian tahu bagaimana rasanya! Tian kan belum pernah nikah, wajar dong kalau Tian nanya! " ucap Tian membela diri. "Dasar kamu itu pintar banget ngeles nya! " omel Herman lagi dengan menghela napas kasar. "Udah deh Pa, gak usah ngedrama lagi! Tambah tua itu muka, nanti Bunda Fatimah ilfil gak mau lagi sama Papa baru tau rasa! Lebih baik Papa banyak doa agar nanti acara lancar dari pada bengong gak jelas gitu! " ucap Sandra yang kembali mengomeli P
Tian mendekati sepasang suami-istri yang baru resmi itu dengan membawa sebuah amplop warna putih. "Selamat ya Om, Tante! Semoga kalian berdua selalu bahagia, dan ini adalah kado pernikahan dari aku! Tiket bulan madu ke Raja ampat seperti impian Tante! " ucap Tian sambil memeluk mereka berdua. "Ya Allah, kamu dari mana kalau Tante itu pengen ke sana? " tanya Fatimah dengan mata berkaca-kaca. "Dari Ida Tante! " jawab Tian. "Terimakasih ya atas kado nya, Mudah-mudahan tidak lama lagi kamu juga menyusul menikah dengan perempuan yang kamu cintai! " ucap Fatimah dengan tulus. "Aamiin.... Terimakasih juga Tante atas doa nya! " jawab Tian dengan wajah bahagia. "Senang banget di doain biar cepat nikah! " celutuk Om nya mencibir. "Cih, bilang aja Om cemburu Tante ngedoain aku! " jawab Tian memanasi Herman. "Ngapain juga Om cemburu, gak penting! " ucap Herman membantah. "Tuh Tante, Tante dengar sendiri kan kalau Om itu gak cemburu sama sekali dengan Tante? Berarti Om itu gak benar-benar
Setelah melakukan sesi foto bersama pengantin, Naina segera pamit kepada Fatimah dan Ida karena ia mengaku tiba-tiba tidak enak badan. Begitu dengar Naina tiba-tiba tidak enak badan, Nadin pun juga ikut pulang bersama Naina. "Kakak beneran sakit? Tapi kenapa gak panas? " tanya Nadin dengan heran sambil meraba dahi Naina. Naina yang sedang berjalan cepat tidak menggubris pertanyaan Nadin, ia semakin mempercepat langkah kakinya. Ia menghela nafas lega begitu mendudukkan bokongnya di dalam mobil. Nadin semakin heran dengan tingkah aneh Naina , ia pun ikut masuk ke dalam mobil dan mengambil bangku sopir. Ia lalu menghidupkan mobil dan pergi dari rumah Ida untuk pulang ke rumah. Karena mereka diam membisu, Nadin pun menghidupkan radio di mobil agar suasana tidak sunyi dan sepi kayak kuburan. Naina mengecilkan volume suara radio dan menutup matanya sejenak. "Din, salah gak kalau tiba-tiba saja jantung kita berdebar begitu kencang melihat senyum seseorang yang tidak pernah terpikirkan
Mereka berdua mengobrol panjang lebar selama perjalanan kembali ke rumah. Naina selalu berkata jujur tentang semua perasaan dan keluhan kesah nya kepada Nadin. Ia tidak mau menyimpan semuanya sendiri, dan begitu juga dengan Nadin yang juga melakukan hal yang sama seperti Naina yang selalu mengutarakan jika ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Begitu Naina pulang, Tian pun juga ikut berpamitan pulang. Sedangkan Sandra akan mengantarkan pasangan suami istri baru ke hotel untuk menginap dan langsung pergi berbulan madu keesokan harinya. Farida ikut Sandra mengantar orang tua mereka ke hotel, barulah setelah itu mereka pulang ke rumah. Rencananya, Farida akan tinggal bersama Sandra di rumah lama Sandra dan Herman. Sedangkan Fatimah dan Herman akan tinggal di rumah baru yang menjadi mahar untuk Fatimah. Rumah Fatimah warisan orang tuanya akan ia jadikan kos-kosan saja, agar rumah tersebut tidak kosong dan selalu berpenghuni. Tian melempar dasi nya sembarangan ketika ia sudah sampai
Pagi ini pasangan pengantin baru rasa lama akan bertolak ke Papua tepatnya ke raja ampat untuk berbulan madu. Fatimah tampak begitu sumringah ketika mobil yang mereka tumpangi memasuki area bandara soetta. "Senang banget istriku ini mau ke raja ampat! " ucap Herman dengan mencubit gemes pipi istrinya. "Senang banget Abang! Fat udah lama banget pengen kesini, tapi keadaan gak memungkinkan karena terbatas dana! Setiap ada tayangan tentang raja ampat di televisi Fat langsung mengamankan remot biar gak di ganti Ida! " jawab Fatimah dengan wajah sumringah. "Mulai sekarang jika kamu mau kemana pun, kamu bilang sama Abang! Kita akan pergi berdua ke tempat yang kamu suka! " ucap Herman dengan penuh kasih kepada istrinya. "Gak perlu lah Bang! Lagi pula Fat hanya punya satu keinginan yaitu ke sini, raja ampat! Dan sekarang sudah di kabulkan sama Tian keponakan Abang! Fat gak mau kita boros hanya karena mau jalan-jalan doang! Mendingan uang nya kita tabung aja, atau gak kita sedekahkan saja
Perempuan yang menabrak Naina melihat Naina dari atas hingga ke bawah dan tersenyum remeh kepada Naina. "Kakak kamu itu yang gak pakai mata! Tuh ketutup semuanya! Lagian kan dia juga gak apa-apa! " jawabnya tersenyum mengejek. "Apa kamu bilang! Sudah bersalah, gak mau minta maaf, malah menghina orang lagi! " pekik Nadin dengan wajah sangat marah. "Sssstttt... Udah, malu di lihat banyak orang! " bisik Naina dengan meraih tangan Nadin. "Ayo kita pergi! Hanya orang yang punya akal dan pikiran lah yang menyadari kesalahannya! Jika ia tidak menyadari kesalahannya berati ia tidak punya akal dan pikiran, itu kan sama artinya ia seperti ayam! " ucap Naina dengan suara keras dan dingin. Ia lalu pergi dengan menarik tangan Nadin yang masih emosi. Wajah perempuan itu merah padam menahan amarah dan malu karena pengunjung mall yang melihat kejadian tersebut melihatnya dengan tersenyum mengejek, persis yang ia lakukan terhadap Naina tadi. Naina menarik kuat Nadin yang masih emosi dengan pere
Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "
"Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku
"Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan
"Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua
Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak
Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong
Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.
Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!
Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di