Naina bersama rombongannya memasuki cafe dan restoran tempat mereka bersenang-senang menggunakan uang curian. Karena sudah memberikan surat perintah kepada manager cafe dan restoran tersebut, mereka tidak perlu mendobrak karena punya langsung kuncinya. Diana, Sania dan Mama nya Dzaki sedang menyantap makanan yang mereka pesan sambil berkaraoke, karena cafe dan restoran ini juga menyediakan live karaoke di ruangan privat. Sania dan Diana berduet menyanyi sambil bergoyang dengan penuh canda tawa, sedangkan Nyonya Reni hanya melihat mereka sambil menyantap hidangan yang ada di hadapannya. Mereka tidak menyadari jika apa yang mereka lakukan akan berakhir di hotel prodeo yang tidak menyediakan layanan karaoke. Ketika sedang asyiknya berjoget-joget, mereka di kejutkan dengan kedatangan polisi yang masuk ke ruangan mereka tanpa pemberitahuan sebelum nya. "Apa-apaan ini! Pak polisi!! Ke-kenapa Pak polisi masuk ke ruangan kami? " ucap Nyonya Reni terbata-bata. Ia yang tadinya hendak mar
Mereka bertiga pun di giring masuk ke dalam mobil patroli yang memang sudah di siapkan untuk mereka. Naina dan rombongannya mengikuti mobil patroli tersebut dari belakang. Naina merasa aneh dengan Tian yang sepanjang penggrebekan tadi tidak bicara sepatah katapun. Sedangkan Nadin dan Farida terus saja mengoceh tentang sikap kurang ajar Diana ketika di cafe dan restoran tadi. Mereka bahkan menertawakan nasib Mama nya Dzaki yang apes banget punya anak-anak yang kelakuannya minus seperti Dzaki dan Diana. Begitu sampai di kantor polisi, Naina masih melihat Mamanya Dzaki meronta-ronta minta di bebaskan. Ia bahkan tidak malu memfitnah Naina dan mengata-ngatai Naina dengan segala sumpah serapah dan hinaan yang menyakitkan hati bagi yang mendengar nya. Naina yang sudah kebal dengan omongan seperti itu, mengabaikannya dan masuk ke kantor polisi tanpa menghiraukan teriakan Mama nya Dzaki. "Ini Pak, rekaman CCTV ketika mereka berdua mencuri perhiasan saya di dalam kamar! " ucap Naina denga
Puas menjahili Farida, Nadin keluar dari dalam mobil dengan di ikuti Naina dan Farida yang kesal di kerjai Nadin. Nadin lari dengan kencang ke dalam rumah karena kabur dari Farida yang mengambil ancang-ancang melempari nya dengan sandal. "Itu anak, kalau akur kompak banget! Giliran jahil nya kumat kayak tom dan jerry aja kelakuannya! " celutuk Tante Fatimah dengan geleng-geleng kepala. Naina hanya tersenyum kecil mendengar celutuk Tante Fatimah. Fatimah lalu dengan lembut memberikan Naina pelukan yang mana di sambut Naina dengan erat. "Ini pasti berat banget untuk kamu! Tante berharap semua masalah ini cepat selesai! Maafkan keluarga Tante yah? Mau bagaimana pun juga mereka berdua keponakan Tante, anak dari Abang kandung Tante! Sejujurnya, Tante sedih dengan almarhum Abang Tante di alam kubur sana! Pasti beliau sedih anak-anak nya mempunyai watak dan sifat yang jahat dan culas seperti itu, mungkin saja jika ia masih hidup. Ia akan langsung mati berdiri menghadapi anak-anak yang me
Setelah puas menangis, Naina pun tertidur dengan sendirinya. Ia baru bangun ketika mendengar suara ketukan pintu kamarnya yang sudah pasti Bi Ijah yang membangunkannya. Naina pun bangun dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia juga melakukan kewajibannya kepada sang pemilik kehidupan untuk memasrahkan semua persoalan hidup nya di tangan yang kuasa. Setelah memastikan wajahnya baik-baik saja dan tidak bengkak ataupun sembab, Naina keluar dari kamarnya untuk turun ke bawah. "Kakak baru bangun tidur ya? Oh ya, Besok aku sama Bunda mau pulang ke rumah kami yang lama, Kak! Sayang rumah kami sudah lama tidak di tunggu, nanti malah rusak lagi karena tidak pernah di bersihkan seperti rumah hantu! " ucap Farida ketika mereka sama-sama mau turun. Naina kaget mendengar ucapan Farida yang mengatakan jika mereka akan keluar dari rumah Naina. Naina pergi ke dapur untuk menemui Fatimah dan menanyakan langsung kebenaran ucapan Farida. "Jadi Tante benar mau pergi dari rumah ini? A
Naina masih berbincang-bincang dengan Sandra selaku pengacara nya untuk kasus perceraian nya dengan Dzaki. Karena hari sudah mulai beranjak siang, Sandra pun pamit pulang. Ia menolak dengan halus ajakan Naina untuk makan siang bersama di rumahnya. Selepas kepergian Sandra, Naina kembali masuk ke dalam rumah dan menjumpai Fatimah dan Bi Ijah sedang menata makanan di meja makan. "Tante emang sudah yakin ya mau pulang ke rumah Tante yang dulu? " tanya Naina lagi mencoba menggoyahkan niat Fatimah. "InsyaAllah yakin, Naina! " jawab Fatimah dengan tersenyum. Ia tahu jika Naina berat membiarkannya pergi dari rumah ini, hanya saja ia juga tidak mau terus-terusan menumpang di rumah ini padahal ia masih punya rumah pemberian orang tuanya dulu. "Ya udah lah, kalau gitu! Naina gak bisa lagi menahan Tante untuk tinggal di sini bersama Naina! " ucap Naina pasrah. "Gak usah sedih begitu, kita kan masih bisa bertemu! Hanya saja beda tempat tinggal saja, bukan beda alam! " jawab Fatimah setengah
"Surprise.... " pekik Pak Herman sambil meniup terompet dengan kencang. "Bang Herman! Kok bisa ada di sini? " ucap Fatimah dengan wajah heran. "Kan Pak Herman Bunda yang merenovasi rumah kita ini menjadi seperti sekarang ini! Ini lah urusan Ida selama dua hari ini di paksa Pak Herman untuk membantunya mengawasi pekerja yang merenovasi rumah kita ini. " jelas Farida dengan jujur. "Wah, seperti nya ada hati yang berbunga-bunga nih! " celutuk Nadin menggoda Fatimah dan Pak Herman. Fatimah memalingkan wajahnya dengan tersenyum kecil yang tidak bisa di lihat orang lain. Sedangkan Pak Herman tersenyum lebar sambil menatap Fatimah terang-terangan di hadapan mereka semua. "Udah-udah... Ayo masuk ! " ucap Fatimah yang sudah menormalkan ekspresi nya kembali. Mereka pun masuk ke dalam rumah dengan membawa barang-barang Fatimah dan Farida dari rumah Naina. "Alhamdulillah... Akhirnya kembali lagi ke rumah ini! Rumah yang terdapat banyak kenang-kenangan akan masa kecil Ida dan masa-masa keti
"Tolong! Tolong perut ku sakit sekali? Aku tidak sanggup lagi menahan sakitnya? Tolong aku! Tolong! Siapapun tolong aku! " teriak Sania ketika ia sadar dari pingsannya. "Sabar Mbak, kami akan berusaha semampu kami untuk mengobati Mbak! Saya akan memberikan obat penenang agar Mbak tenang dan obat pereda nyeri! " ucap seorang dokter perempuan dengan ramah. "Aduh tolong, sakit!! Sakit sekali! " pekiknya dengan kencang sambil memegang perutnya yang sedang kram hebat. Sania langsung terkulai begitu obat penenang yang di berikan dokter sudah mulai bereaksi dan para perawat pun segera bergerak membersihkan darah-darah yang ada di celana Sania dan menggantinya dengan pembalut dan di selimuti dengan selimut rumah sakit. Dokter perempuan yang memakai hijab panjang memeriksa perut Sania dengan menggunakan USG untuk mengetahui apa yang menyebabkan ia mengalami pendaratan yang hebat seperti ini. "MasyaAllah, kasihan sekali Mbak ini! Janin nya tidak bisa di selamatkan lagi karena kantong janin
"A-apa?? Sa-saya hamil?? " pekik Sania dengan wajah shock. "Iya Mbak, Mbak hamil. Dan janin Mbak berusia 11 minggu. Maaf tidak bisa di selamatkan karena kantong janinnya sudah rusak, jadi 12 jam dari sekarang Mbak akan di kuret untuk membuang sisa-sisa janin yang ada di rahim Mbak. " jawab perawat itu lagi dengan detail. "Tidaaaak!!! Hu.... Hu.... Hu.... Anakku... Aku tidak mau anakku di ambil! Hu... Hu... Hu... " teriak Sania sambil menangis histeris. "Yang sabar ya Mbak! Mohon kerja samanya Mbak, saya mau memasukkan obat ini melalui jalan lahir. Tolong kerja samanya tekuk kan kaki Mbak seperti akan melahirkan. Jangan mengejan karena nanti obatnya keluar lagi. Tarik nafas dalam-dalam, rileks dan tenang agar obatnya tepat masuk. Tahan ya Mbak, sakitnya hanya ketika obat mau masuk saja. " sahut perawat tersebut melakukan tugas nya memasukkan obat penghancur ke dalam jalan lahir. Sania hanya pasrah melakukan perintah perawat tersebut, ia masih menangis dalam diam karena kehilangan j
Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "
"Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku
"Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan
"Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua
Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak
Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong
Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.
Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!
Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di