Share

Hari Pertama

Author: Takhingga19
last update Last Updated: 2022-09-09 00:46:43

"Apakah jalan terbaiknya adalah berpisah?" batinnya. Sepia tertegun cukup lama, memandangi bayanganya di cermin. Tenggelam dalam banyak pengandaian dan kekhawatiran.

Bayangan Ray tiba-tiba saja muncul di cermin itu, seolah nyata ada di belakangnya. Ia mengerejap dan memejamkan matanya dalam-dalam. Rindu dan amarah mungkin tengah berkelahi mengalahkan ego di dalam dadanya.

"Ah, kepalaku kenapa tiba-tiba sakit sekali..." Ucapnya pelan seraya memijat keningnya.

Ia menghela napas berat, setelah minum segelas air ia beralih meraih bedak dan gincu. 

"Kenapa Biru tidak boleh ikut? Biru tidak akan nakal kok. Janji tidak akan mengganggu nanti di kantor ibun," Shabiru datang dan kembali merengek di samping meja rias. Sedikit mengganggu konsentrasi ibunya yang sedang memoleskan bedak tipis.

"Enggak Biru. Biru lebih aman di sini sama Oma. Nanti Vanilla juga akan ke sini lho. Nanti kalo ikut ke sana tidak ada teman."

Sepia berdiri, merapikan setelan kameja berwarna navy yang ia kenakan. Ia menguncir rambutnya yang sedikit bergelombang, membuat penampilannya tetap terlihat santai namun rapi.

"Hmm..." anak itu bergeming. Ia terus membuntuti ibunya sampai ruang tengah.

Setidaknya mungkin hanya hari ini Sepia akan meninggalkan putranya seharian penuh, karena sasuai kabar yang ia dengar tahun ini banyak perusahaan yang akan lebih banyak mempekerjakan karyawannya dari rumah dengan sistem online.

"Shabiru, kemari sayang!" Oma Ina yang tengah duduk di sofa memanggilnya.

"Ibumu mau keluar sebentar, kamu temani Oma saja ya. Memangnya tidak kasihan Oma sendirian?" 

Bibir kecil Shabiru masih terlipat datar namun saat melihat raut renta Oma Ina, bahu anak kecil itu berangsur turun. Ia menghela napas cukup panjang sebelum akhirnya mengangguk pelan untuk mau ditinggalkan.

"Ya mau kan temani Oma? Nanti kita buat kue kering," Oma Ina masih berusaha membujuk.

"Iya Oma..." sahut Shabiru pelan.

"Biru harus nurut sama Oma ya, jangan nakal. Jangan lupa makan siangnya nanti," ia mengecup kening Shabiru.

Sepia sedikit tersenyum lega. Setidaknya ia bisa memulai harinya dengan lebih tenang karena Shabiru mau menurut. Ia segera berangkat menuju kantor dengan ojek online yang sudah menunggunya.

"Dadah!" teriak Shabiru sembari berdiri di ambang pintu.

"Ibun, jangan pulang terlalu malam ya!" teriaknya lagi.

Shabiru melambaikan tangannya. Saat motor yang membawa ibunya menjauh, gerakan tangannya perlahan memelan.

Sungguh, Sepia selalu merasa bersalah jika harus meninggalkan putranya sendirian. Namun, tidak ada lagi pilihan yang paling tepat selain hal itu.

"Maaf ya sayang, Ibun udah bohongin kamu. Ibun terpaksa, Ibun ingin melindungi kamu, kamu gak berhak merasakan kekecewaan yang ibun rasakan. Biar ibun saja yang merasakan, ibun berjanji untuk selalu menjagamu," gumamnya dalam hati.

"Mbak maaf, sebelumnya boleh mampir sebentar ke toko kue?"

Di tengah perjalanan tiba-tiba pengemudi ojol melambatkan laju motornya. Ia bertanya ragu-ragu, membuyarkan lamunan Sepia.

"Ada apa memangnya Pak?" Sepia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, sepertinya tidak masalah memotong sedikit waktunya ia tidak akan terlambat juga.

"Jadi gini loh Mbak, istri saya lagi ulang tahun, kebetulan rumah saya searah sama alamat kantor Mbaknya. Ulang tahunnya kemarin sih, saya bener-bener lupa karena lagi banyak orderan. Eh tadi pagi tiba-tiba dia ngedumel mulu. Kayaknya marah, cuma ga ngomong terus terang. Nyindir-nyindir saya mulu Mbak," jelas supir ojol itu dengan suara samar-samar tertiup udara namun mampu terdengar jelas oleh Sepia.

Sontak saja Sepia tersenyum geli mendengar penjelasan itu.

"Gimana Mbak? Boleh enggak, ini soalnya istri saya udah uring-uringan lagi. Haduh mana pake acara upload status di sosmed." Kali ini nada suaranya lebih terdengar memohon-mohon.

"Iya boleh kok Pak. Kebetulan jam masuk kerja juga masih lama," sahut Sepia dengan santai.

"Waduh Mbak, terima kasih banyak ya,"

Selang beberapa meter, motor kembali menepi di salah satu toko kue ternama. Bapak itu langsung masuk tergesa, Sepia memperhatikannya. Apa yang dilakukan bapak ojol itu adalah candaan sekaligus tamparan baginya. Sepia bisa melihat kesabaran dan cinta sekaligus.

Getir kembali disesap hatinya. Betapa ia iri dan cemburu, bahkan ia tak tahu ia akan diperlakukan semanis itu lagi atau tidak.

Sekitar dua puluh lima menit setelah selesai membeli kue tart, ia sampai ke tempat yang ia tuju. Ia kembali ke tempat yang beberapa tahun lalu ia tinggalkan.

"Mbak, saya benar-benar berterima kasih," ucap lagi Pak Ojol itu entah untuk ke berapa kalinya. Ia tampak tak bosan mengulangi perkataan yang sama sepanjang perjalanan.

"Iya Pak, sama-sama, lain kali tanggal-tanggal penting diingat ya biar istrinya tidak marah-marah lagi," 

"Oh iya Mbak, tolong jangan kasih saya bintang satu ya," Pak Ojol itu nyengir lebar.

"Iya Pak aman, bintang lima kok," jawab Sepia dengan pasti.

Ia kembali melangkahkan kaki meninggalkan area gerbang.

"Eh Mbak satu lagi!" kali ini Pak Ojol berteriak, Sepia berbalik dengan kebingungan.

"Kenapa lagi Pak?" tanyanya heran. Padahal ongkos sudah dibayar, bintang lima juga sudah ia tekan.

"Anu Mbak, helm saya. Belum Mbak lepas," Pak Ojol itu berusaha menahan tawanya.

Tentu saja Sepia merasa malu bukan kepalang, untung saja tidak ada orang yang memperhatikannya.

"Benar-benar memalukan!" Ia memasuki gerbang dan memaki dirinya sendiri.

Sepia mulai berjalan pelan memasuki lobi, melewati lorong panjang yang menghubungkan ruangan satu dan lainnya. Ia merasakan bagaimana dinding-dinding itu tengah menyambut kedatangannya.

"Selamat datang kembali Nona Sepia," suara nyaring seorang perempuan langsung menyapanya ketika ia baru menginjak ubin pertama lantai dua.

Sontak ia diam beberapa saat, merasakan ada udara dingin yang merambat di tubuhnya. Atmosfer kantor saat ini memang sangat banyak berubah, lebih rapi namun juga lebih sepi.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi," suara itu terdengar semakin tegas.

Sepia membalikan badannya ke arah suara itu, "Selamat pagi Bu Nilam," sapanya setelah memastikan wajah yang ia lihat adalah rekan kerjanya dulu yang saat ini telah naik jabatan sebagai atasannya.

"Senang juga ibu memberikan kesempatan untuk bergabung kembali," Sepia mengulas senyum.

Sayang balasan senyum yang ia lihat dari Nilam berbeda. Nilam, perempuan bermata tegas itu hanya tersenyum tipis bahkan tidak mengucapkan apa pun lagi. Ia berlalu begitu saja setelah beberapa orang datang menyodorkan map-map berkas kepadanya. Terasa aneh, namun Sepia langsung menyadari bahwa memang perlahan satu persatu berubah.

"Sepia?!"

Teriak seseorang dari ujung lorong, kemudian berlari cepat menghampirinya.

"Aku gak mimpi 'kan?" Ara, ketua divisi marketing langsung memeluknya dengan erat.

Selebihnya tidak ada yang banyak berubah, tetapi bukan berarti semuanya masih serupa dan sama seperti dulu. Ia merasakan ada sesuatu yang hilang dan berganti di tempat itu. Meski, teman-teman lama Sepia merasa senang bisa bertemu dengannya lagi.

"Aku senang kamu kembali Pia," 

"Mungkin semuanya tetap terlihat sama seperti dulu Pi, seperti tidak ada yang berubah. Padahal sekarang semuanya jelas-jelas berbeda." keluhnya lagi.

"Kamu kenapa Pi?" tanya Ara keheranan setelah melihat Sepia tengah sibuk menatap layar ponselnya.

Related chapters

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Biang Gosip

    "Aku perhatikan, sekarang kamu ini menjadi lebih pendiam. Kamu seperti melamun. Apa ada masalah tentang hari pertamamu ini?" Rupanya Ara memperhatikan Sepia sangat detail. Seharian ini usai meeting, Sepia memang sudah mulai fokus pada pekerjaan yang dipegangnya duduk di depan laptop dan menggulir layar monitor. "Ah, tidak juga Ra. Biasalah, aku juga harus beradaptasi lagi. Banyak yang berbeda sekarang ini, sistem kerja yang baru lebih efesien namun kita harus benar-benar siap on time setiap waktu ya," Kedua perempuan itu keluar meninggalkan ruangan. Kantor sudah sangat sepi karena jam kerja juga sudah selesai setengah jam lalu."Ya, begitulah. Sekarang kita tidak perlu terburu-buru mengadakan meeting, menganggarkan dana besar untuk sewa tempat dan sebagainya. Bekerja dari rumah, lebih nyaman dan bisa hemat transportasi 'kan. Apalagi sekarang segala kebutuhan serba mahal," sahut Ara."Soal Nilam, anggap aja dia gak ada. Setelah naik jabatan, sombongnya bukan main..." bisik Ara tepa

    Last Updated : 2022-09-09
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Bayangan

    "Seharusnya kita sekarang ini sedang menikmati secangkir kopi hangat, bersantai di balkon atau masih tidur nyenyak. 'Kan, aneh banget emang direktur tercantik kita itu seneng banget ngerjain orang," protes lagi Ara. Entah sudah berapa kali ia terus mengulangi perkataan yang sama."Urgent Ara. Toh sebentar ini," sahut Sepia tetap santai."Justru itu, cuma sebentar juga kenapa gak lewat zoom aja? Aneh kan emang. Itu akal-akalan Nilam aja biar kita semua tahu kalo CEO itu juga punya peran penting di kantor ini. Alias Nilam mau pamer kalo kekasihnya juga punya harta dan tahta mentereng," ungkapnya lagi semakin meradang."Hm, ya..." Sepia hanya mengedikkan bahu, apa yang diucapkan Ara memang ada benarnya juga."Tampang laki-laki kayak CEO tunangannya Nilam itu nih ya paling-paling cewe simpenannya sekecamatan," Ara tertawa sinsis. "Berani taruhan," ia mengacungkan jemari telunjuk dan tengahnya."Sssstttt!" Sepia refleks menutup mulut Ara ketika Nilam tiba-tiba lewat di depan mereka. Beber

    Last Updated : 2022-09-10
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Ketakutan Terbesar

    Sepia pulang dengan tergesa setelah mendapat telepon dari Oma Ina. Katanya, Shabiru tiba-tiba demam. Tadi pagi, ketika ia berangkat ke kantor putranya itu memang belum bangun terpaksa ia harus meninggalkannya karena rapat dadakan itu.Sepia berlari tunggang langgang turun dari mobil, memasuki rumah Oma Ina. Ia sangat panik, terlebih karena dahulu sewaktu baru lahir putranya itu juga pernah mengalami kondisi drop sehingga harus mendapat penanganan intensif dari dokter. Ia tidak ingin hal yang sama terulang untuk kedua kalinya. Sakit seringan apa pun, sudah naluri seorang ibu akan merasa cemas."Sejak kapan Oma?" pintu berderit pendek saat Sepia memasuki kamar.Pandangannya langsung melihat Shabiru yang masih tertidur, ditemani Oma Ina di sampingnya."Dari tengah hari. Bangun tidur dia menangis menanyakan keberadaanmu, dia murung seharian ini. Dia juga terus mengigau ayah," jelas wanita renta itu."Dia enggak sesak napas 'kan Oma?" tanyanya lagi."Tidak Nak. Tenanglah,"Oma Ina beranja

    Last Updated : 2022-09-12
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Keputusan

    "Aw!"Lorong yang menghubungkan ruangan admin, tamu dan ruangan staf memang selalu dingin dan sepi. Suara pekikkan pelan pun terdengar bergema.Tas make up yang belum tertutup rapat yang dibawa Sepia juga ikut terjatuh ke lantai menumpahkan segala isi di dalamnya."Ah sial!" Sepia kembali mengumpat dalam hati. Entah sudah berapa kali ia mengatai dirinya sendiri hari ini. Lekas ia segera berdiri."Maaf,"Suara bariton yang ia dengar cukup mengusik pendengarannya. Ya, untuk kali ini Sepia mengakui ia juga ceroboh karena tergesa dan tidak memperhatikan jalannya.Ia juga tak menyahut apa-apa, bibirnya hanya melukiskan garis datar. Ia kembali memunguti kosmetiknya yang berceceran, tanpa mempedulikan sekitar.Semakin hari, Sepia rupanya harus menghadapi banyak kesialan yang tak pernah terduga."Yah, Mba maaf... Lipstiknya pecah," ucap lagi lelaki itu, ia mengambil tabung kaca kecil yang pecah dan menumpahkan cairan kental berwarna merah pekat itu. Sepia masih acuh seperti orang tuli, bahka

    Last Updated : 2022-09-15
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Pilihan-pilihan

    Pilihannya tetap sama, beri kesempatan kedua atau akhiri.Sepia tertegun beberapa saat, berusaha meluruhkan amarah yang selama ini menguasainya. Keheningan malam telah menyeretnya ke dalam banyak ketakutan-ketakutan."Kamu dimana? Sayang, tolong aku khawatir banget sama kalian berdua. Aku selalu berusaha nyari kalian selama ini..."Suara cemas Ray dari balik telepon rupanya berhasil membuat hati Sepia sedikit meluluh. Kembali tumbuh rasa rindu berbalut cemburu, perlahan mengalahkan marahnya amarah."Sayang, aku salah. Tapi aku mau kita selesaikan masalah kita dengan baik-baik, tolong beri aku kesempatan untuk itu," Sepia masih belum mengucapkan sepatah kata pun. Dadanya masih terasa sesak, menahan luapan kesedihan yang saling bercampur tak keruan. Berkali-kali ia meyakinkan dirinya bahwa suara yang ia dengar bukanlah mimpi. Namun berkali-kali juga ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa rentetan masalah yang menerjangnya adalah mimpi buruk semata."Aku tidak akan memaksa keputusannmu, t

    Last Updated : 2022-09-17
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Bunga Layu

    "Kamu yakin Ray?" tanya Sepia."Iya tidak masalah," sahut Ray."Tapi kamu baru tidur satu jam. Biar aku saja yang mengantar Oma. Aku bisa sendiri,"Sepia beranjak dari duduk dan memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya.Ray malah tersenyum. Jam di dinding sudah menunjukan pukul delapan pagi. "Kenapa malah tersenyum?" tanya Sepia sembari melipat selimut."Aku senang ternyata kamu masih peduli padaku," ucapnya.Sepia beranjak ke arah jendela, menyibak tirai yang masih tertutup lalu membuka jendela, membiarkan udara pagi masuk sejenak mengganti udara."Aku selalu peduli padamu, mungkin kamu aja yang-"!"Maaf," ucap lagi Ray. Entah sudah berapa ribu kali Ray meminta maaf...."Bunga lili putih," ucap Oma Ina kepada karyawan toko bunga.Sesuai janjinya kemarin, Sepia akan menemani Oma Ina untuk menemui sahabatnya.Perempuan tua itu berkeliling di dalam toko bunga, sementara Sepia, Ray dan Shabiru hanya melihat-lihat di bagian depan."Aku senang sekali ayah datang. Aku pikir ayah tidak a

    Last Updated : 2022-09-19
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Kecemasan

    "Ibun kenapa?" Shabiru terus merengek sedih ketika melihat ibunya terkulai lemah."Kita akan segera ke rumah sakit sayang. Semoga ibumu baik-baik saja," jelas Oma Ina."Tapi untuk saat ini Shabiru tidak akan bisa masuk ke rumah sakit Oma. Aku akan segera pesankan taksi online agar mengantarkan kalian ke apartemenku." Ray membuka peta digital dan mencari rumah sakit terdekat. Sepia sudah sadarkan diri, namun kali ini ia diserang sesak napas."Ayah aku mau ikut, kenapa tidak boleh? Aku 'kan anak ibun," protesnya lagi."Rumah sakit bukan tempat yang baik untuk anak kecil sayang,""Apanya yang tidak baik ayah? Apa disana banyak orang jahat? Kalau begitu ibun jangan dibawa kesana," ucap Shabiru dengan polosnya."Banyak kuman jahat yang mudah membuat anak kecil sakit, jadi kamu harus menuruti peraturan di sana. Kamu sayang 'kan sama ibun?" Ray masih berusaha membujuk putranya."Sayang ayah, sangat sayang...""Ayah dan ibun akan segera pulang, kamu tidak boleh nakal ya sama Oma,""Tapi ayah

    Last Updated : 2022-09-23
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Alibi

    "Barusan telepon dari orang restoran kita, hari ini mereka sedang sangat kewalahan terlebih karena ada beberapa orang yang keluar. Orang-orang yang datang untuk makan malah seperti mau mendemo restoran kita saking antrinya" saat kembalu Ray terkekeh begitu saja setelah sekitar setengah jam lamanya meninggalkan Sepia berbaring seorang diri."Kamu pikir aku sebodoh itu Ray?" batin Sepia. "Ada yang keluar? Kenapa?" Sepia memejamkan matanya, berusaha untuk tidur sebentar."Yang dua orang adalah mahasiswa, jadi ya mungkin karena terdesak padatnya jam kuliah,""Pembohong!" sangkal lagi Sepia dalam hati.Sekitar pukul tujuh malam, Sepia memaksa untuk pulang. Ia tetap keras kepala, dengan alasan kasihan terhadap Shabiru akhirnya Ray menuruti keinginannya. Tak peduli akan sesak yang sesekali menyerang pernapasannya."Kamu masih terlihat sangat pucat sayang, harusnya kita tidak pulang secepat ini," Ray memutar stir kemudi perlahan.Mobil mereka melaju pelan di jalan raya setelah meninggalkan a

    Last Updated : 2022-09-24

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Makan Malam

    Sore hari, ketika udara sedang hangat-hangatnya, Sepia sedang berada di stasiun.Anak kecil yang ketika berdiri tingginya sama dengan Sepia ketima berlutut itu memeluk erat Sepia, melesak dalam pundaknya cukup lama dan enggan melepas pelukannya."Sayang," panggil Sepia dengan lembut.Setelah banyak hal terlewati, akhirnya Shabiru akan pergi mengunjungi Yogyakarta, mengunjungi kota kelahirannya. Kota yang sering banyak orang sanjung sebagai kota yang istimewa. Shabiru melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah ibunya lamat-lamat dengan tatapan sendu."Ibu tidak apa-apa aku tinggal dulu?" tanyanya.Sepia tersenyum dan membelai lembut wajah anaknya. "Tidak apa-apa. Kan katanya kamu mau mengunjungi adik kecil?""Ibun, kalau ada apa-apa minta tolong sama Kak Panji saja, ya. Dia pasti akan selalu membantu ibun. Aku sudah bilang padanya agar sering-sering mengunjungi ibun."Sepia mengangguk mengiyakan permintaan anak kecil itu. "Iya, iya siap kapten!"Shabiru menghela napas berat lalu memeluk

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Ajakan

    Beberapa saat keheningan kembali meliputi Sepia dan Panji.Panji terlihat menarik embuskan napas beberapa kali, seolah ada keraguan yang menahan perkataan yang akan ia ucapkan pada perempuan itu. "Aku ... mm ...." Panji bergeming.Sepia menoleh saat Panji mulai berbicara, tetapi lagi-lagi Panji kehilangan kata-kata setiap menatap Sepia."Kenapa? Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Sepia.Panji langsung menggeleng seraya tersenyum. "Tidak.""Nanti malam kamu ada acara nggak?" tanya Panji."Sepertinya tidak, kenapa memangnya?""Aku ingin mengajakmu keluar untuk makan malam. Tapi kalau kamu sibuk atau mau istirahat, aku tidak ingin memaksa," jelas Panji setengah menahan gugup."Boleh. Udah lama juga aku nggak makan di luar," sahut Sepia tanpa pikir panjang.Kejadian yang baru ia alami cukup membekas, ia takut jika San datang lagi dan mengganggunya. Barangkali bila bersama Panji, ia bisa menghindar dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.Sepia tahu, San bukanlah laki-laki yang mud

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Malaikat Pelindung

    Jarak wajah Sepia dan San mungkin hanya satu jengkal. Sepia bisa merasakan embusan napas laki-laki itu semakin dekat. Dada Sepia benar-benar bergemuruh, ada ketakutan yang dia rasakan. Ketakutan itu berkali-kali lipat lebih besar dari ketakutan yang dulu ketika San hampir melakukan hal yang sama padanya. Bedanya, dulu San memintanya dengan lemah lembut, tidak seperti yang terjadi saat ini. Laki-laki itu benar-benar kasar, memaksa, dan tidak memiliki etika."Kamu ... bohong soal mencintaiku. Semua yang kamu katakan hanya omong kosong yang tidak bisa dilihat apalagi dibuktikan. Aku membencimu San, sangat membencimu! Aku tidak sudi bertemu denganmu lagi!" Napas Sepia terengah-engah, ia terjebak dalam situasi yang benar-benar mendesak. Ia berusaha berpikir keras, mencari cara untuk melarikan diri. "Aku peringatkan sekali lagi, menjauhlah dariku!"San sudah berubah menjadi laki-laki dewasa yang telah melihat dunia lebih luas. Dia benar-benar bisa melakukan apa pun dan Sepia tidak ingin dip

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Masa Lalu Kembali Menyapa

    Seminggu berlalu, hari-hari Sepia kembali berjalan baik. Shabiru sudah pulih dari sakitnya dan Sepia kembali disibukkan dengan urusan tokonya. "Mel, sekarang aku mau pergi belanja. Nanti kalau ada tamu penting minta hubungi lewat telepon aja ya. Soalnya aku bakalan agak lama nih. Stok toko yang harus dibelanjain udah dicatet semua, kan?"Sepia menutup laptopnya dan mengambil tas."Sudah, Kak. Sudah aku kirim lewat WA. Kain organza yang paling cepat habis Kak," jelas Melly."Oke kalo gitu, aku akan belanja kain organzanya lebih banyak."Sepia keluar dari toko dengan tergesa, dia sampai tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang memiliki tubuh tinggi dan dada bidang."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Sepia.Raut wajah perempuan itu langsung berubah tidak suka ketika melihat orang yang ditabraknya.Sungguh ia ingin segera pergi sejauh mungkin, enyah dari laki-laki itu. Namun, sebelum Sepia sempat mengambil satu langkah kecil pun laki-laki berbadan kekar itu langsung mencengkeram tangan

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Menampik Rasa

    “Aku langsung pulang, ya,” kata Panji. “Shabiru sudah tidur. Kelihatannya dia sangat merindukan tidur di kamarnya, nyenyak sekali.”Sepia yang sedang memeriksa pesanan pelanggan di laptopnya menoleh. Di luar hujan turun sangat deras, dia tahu Panji sedang dalam keadaan sangat lelah karena menemani anaknya.“Kita sarapan dulu. Aku sedang meminta pegawaiku untuk membelikan makanan. Kamu tidak boleh pergi dalam keadaan perut kosong. Kamu sudah benar-benar membantuku, jadi aku merasa tidak enak denganmu.”“Kamu merasa begitu padahal aku tidak melakukan apa-apa. Kamu makan saja bersama pegawaimu, kalau denganku lain waktu saja ya.” Panji menolak secara halus.Sepia menghela napas kesal. Dia tahu Panji sama keras kepalanya dengan dirinya, tetapi kali ini dia tidak akan membiarkan laki-laki itu pergi begitu saja. Mungkin Panji tidak menyadari bahwa walau hanya kehadirannya itu sudah sangat berarti besar, bukan untuk dirinya melainkan untuk Shabiru. Atau mungkin Sepia sendiri yang tidak bisa

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Pergi Lagi

    Ray menghela napas panjang, tubuh Sepia sudah berjalan menjauh, tetapi perkataannya tetap tertinggal dalam benaknya. Ray kembali terhempaskan oleh kenyataan. Semua yang pernah ada di antara mereka sudah berakhir, bahkan hancur. Ray sudah tidak memiliki haka pa-apa, sekecil apapun pada perempuan itu. Bahkan ia merasa tidak berhak untuk sekadar menatap bayangan perempuan itu.Helaan napas Ray terdengar cukup keras, pada waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Ia langsung merogoh sakunya sambil duduk pada kursi tunggu yang kosong.“Halo, iya saat ini aku masih di rumah sakit. Keadaan Shabiru sudah lumayan membaik, aku akan segera pulang,” sahut Ray, ia memutus panggilan, lalu berjalan meninggalkan lorong itu.Tangan Ray hampir menyentuh gagang dingin pintu ruang perawatan, tetapi suara gelak tawa Shabiru dan Panji yang terdengar berhasil membekukan waktu. Dari celah kaca, Ray bisa melihat kedekatan antara mereka. Sungguh, saat itu juga ia didera rasa cemburu yang begitu hebat.“Aku dan

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Diskusi Mantan

    “Lihatlah, Ray. Dia begitu berharap kamu akan datang dan mengajaknya berkunjung. Bahkan dia menganggap bahwa rumah yang dulu adalah miliknya, sekarang dia merasa tidak berhak lagi. Jangan biarkan dia merasa telah kehilangan rumahnya, Ray. Jangan biarkan dia merasa telah kehilangan ayahnya, hanya karena ayahnya telah memiliki keluarga baru. Apa pun yang telah terjadi dalam hidup kita, itu tidak akan pernah bisa merubah kenyataan bahwa Shabiru adalah anakmu. Anak yang berharap bisa disayangi dengan tulus, hanya sesederhana itu permintaannya ….” Sayangnya Sepia hanya mengatakan kata-kata itu dalam hatinya.Ray masih terdiam, ia sepertinya sangat terkejut dengan permintaan kecil anaknya untuk sekadar mengunjungi rumah lamanya. Ray sebenarnya ingin memberitahu bahwa rumahnya saat ini bukanlah rumah yang sama seperti dulu. Tidak ada lagi mobil memenuhi garasi, hanya tinggal dua mobil yang tersisa. Semuanya habis karena kerugian restoran yang ia alami. Ia ingin menceritakan segalanya pada Sh

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Permintaan

    Rumah sakit, Bandung.Jam menunjukan sekitar pukul delapan malam. Sekarang ayah dan ibu Sepia juga telah datang sejak sore hari. Keadaan Shabiru masih sama saja belum ada perubahan yang berarti, ia harus lebih banyak tidur untuk meredam rasa sakit yang mendera tubuh kecilnya.“Ayahnya sudah diberitahu, Pi?” tanya ibunya Sepia.Sepia mengangguk. Sebenarnya dalam situasi seperti ini ia tidak ingin melibatkan ayah dan ibunya, ia tidak ingin membuat mereka cemas, tetapi tidak mungkin juga untuk menyembunyikan hal ini. Pikiran Sepia benar-benar kalut, tidak benar juga jika ibunya terus mempertanyakan kehadiran Ray.“Lalu bagaimana? Akan ke sini?” cecar ibunya.“Aku tidak tahu, Bu. Tadi yang mengangkat telepon adalah istrinya,” jelas Sepia.“Kalau begitu telepon lagi dan minta dia untuk datang,” perintah ibunya Sepia.Sepia menghela napas. Tidak, ia tidak akan bisa menelepon Ray. Suara Arumi yang ia dengar telah membangkitkan banyak luka yang tadinya sudah lenyap tertimbun kesibukkan. “Suda

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Firasat

    “Mau makan dulu, Kak? Pasti dari pagi Kak Pia belum makan,” Afandi membawakan makan siang.Dalam kondisi seperti ini tidak ada yang namanya lapar atau haus yang ada hanyalah perasaan cemas yang semakin lama semakin menggunung tinggi. “Aku belum lapar, kamu makan saja duluan.”“Baiklah, Kak kalau begitu. Aku keluar sebentar, ya.” Afandi keluar.Hanya menyisakan Sepia dan Shabiru dalam ruangan itu. Sepia memperhatikan cairan infus yang terus menetes dan merasakan betapa heningnya ruangan itu. Ia beranjak mendekati jendela.Firasat yang kuat telah terhubung antara ibu dan anak. Perasaan Sepia yang mendadak tidak enak ternyata terbukti, tetapi ia tidak perah menduga bahwa hal seperti itu bisa terjadi. Sepia berdiri mematung di depan jendela ruangan perawatan. Ia berandai-andai seandainya ia bisa memutar waktu, maka ia tidak akan pergi kemana-mana dan ia juga tidak akan membiarkan Shabiru pergi kemana-mana. Pikirannya kembali sibuk berdebat sekaligus mengumpulkan keyakinan tentang memberit

DMCA.com Protection Status