Semangatnya doongg... Jangan lupa follow ig nya yaa
Ting'Terdengar nada notifikasi dari ponsel Elena, "Aku tunggu kedatangan mu," pesan bertuliskan nama Lucas sebagai pengirimnya.Elena menepuk jidat sambil menyandarkan punggungnya, "Astaga, aku bahkan lupa ada janji hari ini," celetuk Elena.Ia benar-benar tidak ingat akan janjinya yang akan menemui Lucas malam ini."Oke, tolong tunggu sebentar," balas Elena.Elena langsung merapikan tempat kerjanya, mematikan layar monitor di depannya tak lupa memasukan ponsel kedalam tas kecil.Setelah selesai gegas ia pergi dan menghampiri tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.Saat tiba, Elena benar-benar melihat mobil Lucas sudah terparkir diantara mobil - mobil yang terparkir.Sesampainya di restoran, Elena langsung menyebut kan nomor meja yang sebelumnya sudah Lucas beritahukan."Terimakasih,""Sama-sama, Nona,"Ternyata Lucas memesan ruangan private, membuat Elena harus ekstra hati-hati dalam menghadapinya.Elena masuk dan mendapatkan sambutan hangat dari Lucas, "Maaf, aku terlambat," ucap
Elena tiba di rumah, ia melihat mobil Arion yang sudaah terparkir yang menandakan bahwa pria itu sudah pulang.Arion melihat Elena yang baru pulang bertanya, “Darimana saja?” tanya Arion. Ia baru saja kembali dari kamar mandi.Elena terdiam sejenak, “ Tadi aku bertemu dengan klien,” ucap Elena pelan.Arion menngangguk seolah tak peduli, namun saat ia akan memejamkan mata. Elena kembali berbicara, “Tadi aku bertemu Lucas,” lanjut Elena.Arion membenarkan posisi tidur, “Tadi kau membohongiku?” tanya Arion pelan tanpa membuka matanya.“Maaf,” ucap Elena pelan.Elena berniat menyembunyikannya, akan tetapi ada rasa bersalah bersemayam dalam hati saat ia melakukan itu pada Arion yang notabe suaminya sendiri.---Pagi ini suasana di ruangan Tuan Miller terasa berbeda. Elena duduk di hadapan Ayahnya dengan ekspresi yang sulit untuk di artikan.Ucapan Ayahnya barusan masih terngiang di telinga Elena, “Kenaikan jabatan mu akan ditunda,” ungkap Tuan Miller.Elena yang bingung tentu mempertanya
"Kau tidak perlu mencari siapapun yang kami temui,"Mendengar suara yang sangat familiar seketika membuat Elena dan Vero melihat ke sumber suara."Mama?" Gumam Elena.Nyonya Lia sudah berdiri di ambang pintu, " Alasan kenaikan jabatan mu ditunda, karena Mama yang melarang Papa mu melakukan itu," lanjut Nyonya Lia sambil duduk tak jauh dari Elena berada.Elena tidak menyangka, ibunya akan berkata demikian, "Tidak perlu terkejut, El. Mama ingin mendidik mu agar lebih baik, " ucap Nyonya Lia."Tapi Ma," sela Elena.Nyonya Lia nampak tak peduli dengan tolakan Elena, " Walaupun kamu sudah bersuami, Mama melakukan ini demi kebaikan mu," lanjut nya sebelum bangun dari duduknya.Nyonya Lia pergi setelah mengatakan itu, Elena semakin merasa kepalanya ingin pecah saja.Ia memejamkan matanya untuk menenangkan pikiran, sementara Vero masih mematung di tempat.Vero masih tak habis pikir dengan apa yang terjadi diantara anggota keluarga Mauren. Tapi, ia jelas tahu siapa dalang utama dibalik semua i
"Lucas. Pria itu yang mereka temui akhir-akhir ini," seru Vero dibalik telepon.Elena mengangguk walau Vero tak melihatnya, "Apa motifnya?" tanya Elena penasaran.Untuk apa pria itu menemui orang tuanya.Vero kembali menjawab, " Pria itu mengatakan ingin menebus kesalahannya yang telah mendekati mu. Padahal kau adalah calon istri pamannya sendiri," seru Vero.Vero menarik napasnya sejenak sebelum melanjutkan ucapan, " Yang kini memang sudah menjadi bibinya. Dan, pria itu ingin menjalin hubungan baik dengan keluarga Mauren," sambung Vero."Baiklah, minta seseorang untuk mengawasi orangtuaku," pinta Elena tegas."Baiklah,"Elena mematikan panggilan secara sepihak, bahkan Vero terdengar masih berbicara di sebrang sana.Melihat Azalea dan ibunya yang sudah pergi membuat Elena kesal, "Aku kehilangan mereka," sesal Elena sebelum kembali ke mobilnya.Pada akhirnya, Elena memutuskan untuk pulang. Saat tiba di rumah, keadaan sudah sore.Elena memilih untuk membersihkan tubuhnya dan ia akan men
Saat Elena akan menyuapkan makanannya ke dalam mulut, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering, "Aku harus menjawab telepon, kalian makan saja," pamit Elena.Arion bernapas lega, begitu pula dengan Jeff, " Anda tega sekali, Tuan," gerutu Jeff.Arion hanya mengangkat kedua bahunya, "Itu hukuman untuk mu karena tidak bisa mendisiplinkan adiknya!" cetus Arion.Arion langsung memanggil kepala pelayan agar menukar semua makanan yang di meja. Sebelumnya Arion sudah meminta para pelayan agar memasak persis seperti yang Elena masak, tetapi tidak dengan rasanya."Anda sangat mencintai Nyonya," cibir Jeff melihat apa yang Arion lakukan."Sayangnya, Nyonya tidak," lanjutnya lagi.Arion menatap Jeff dengan nyalang, "Diamlah! Atau kau makan semua makanan itu," ancam Arion yang membuat Jeff bungkam.Sementara itu, Elena kini tengah menjawab telepon dari orang suruhannya yang ia perintahkan untuk mengikuti Azalea dan ibunya tadi."Jadi hal aneh apa yang kau temukan?" tanya Elena setelah sambungan tele
Lelang amal yang diselenggarakan oleh perusahaan perhiasan terbesar di kota Everbloom kali ini memamerkan koleksi terbaik mereka.Elena mematut dirinya di cermin, ia tersenyum senang karena seminggu yang lalu Arion sudah berjanji akan membelikan kalung untuknya."Aku harus memastikan ini berjalan lancar," gumam Elena.Di kehidupan sebelumnya, acara yang sama terjadi. Saat itu Elena datang bersama Lucas."Kak Elena, apa kau yakin tidak ingin di samping Kak Arion," ucap Azalea.Elena menunjukan wajah malasnya, "Tidak, lagipula dia bos mu," tolak Elena.Elena terkekeh saat mengingat begitu bodohnya ia saat itu."Aku membelikannya untuk mu," ucap Arion pelan.Dengan kasar Elena menepis tangan Arion membuat kalung dalam genggamannya jatuh, "Kau tahu? Karena tangan mu, kau membuat makna kalung ini hancur!" hardik Elena pada Arion di hadapan semua orang."Apa maksud mu?"Arion yang bertanya bukannya mendapat jawaban, Elena langsung menginjak kalung itu hingga pecah dengan heels yang ia kenaka
“Satu milyar dolar!” Ucap Arion sambil menaikan papan ditangannya.Semuanya diam, tak ada yang berani berebut harga bersama Arion.“Dua milyar dolar!” seru seseorang yang membuat semua orang menoleh kepadanya.Orang itu adalah Lucas, mereka tak menyangka Lucas akan seberani itu.Tak terkecuali dengan Elena, ia tidak menyangka Lucas akan ikut menawarnya.Arion menyunggingkan senyum nya sebelum kembali menyebutkan angka, “Tiga Milyar dolar!”Astaga, semua orang di sana tidak mengerti lagi uang di mata penerus keluarga Dominic ini. Dengan mudah ia menyebutkan angka.Penawaran antara Arion dan Lucas terus terjadi hingga angka sudah melambung tinggi.“Lima milyar dolar, dan dimenangkan oleh Tuan Arion Dominic,” seru pembawa acara ketika tak ada angka lagi yang disebutkan.Arion tersenyum bangga, sementara Lucas mengepalkan tangan dengan kesal. Pria itu pergi keluar lebih dulu.Saat mendapatkan barang yang sangat Elena inginkan, dirinya merasa berbunga-bunga, “terimakasih, Arion,”“Kau suka
Elena mendapatkan pesan dari ibunya untuk datang ke kediaman Mauren, ibunya mengatakan ingin meminta maaf.Dan tentu dengan senang hati Elena akan datang, " Aku diantar sopir saja," gumam Elena.Elena malas jika dirinya harus menyetir sendiri hari ini, perjalanan dari rumah nya menuju kediaman Mauren cukup memakan waktu.Sesampainya di sana, Nyonya Lia langsung menyambut kedatangan Elena, "Ayo masuk Elena," serunya dengan tersenyum senang.Sangat berbeda dengan beberapa hari sebelumnya, membuat Elena menghentikan langkah nya, "Kenapa?" tanya Nyonya Lia yang melihat Elena terdiam."Apa Mama sudah memaafkan ku?" ucap Elena yang membuat Nyonya Lia terdiam sejenak."Tentu, Mama sudah memaafkan mu," jawab Nyonya Lia.Elena masuk dan ternyata Azalea juga ada di rumah, ikut menyambut kedatangan nya itu."Cobalah, Kak. Aku tahu Kakak sedang mengurangi makanan manis, tapi ini aku buat khusus untuk mu," seru Azalea sambil menyodorkan beberapa cookies buatannya.Elena mendengus, dalam hatinya ia
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem