"Danda, kamu mau adik bayi nggak seperti teman-teman kamu, jika mau kamu harus bobok sendiri," ucap Marlin yang membuat Danda tidak bergeming dan masih menatap Anne dengan air mata yang mulai mengalir. Anne tidak tega, dia tidak mungkin menuruti egonya sendiri. Anne memeluk anak sambung yang sudah dia anggap sebagai anak kandung dengan erat. "Iya, Mama akan tidur dengan kamu. Papa juga akan tidur dengan kamu, kita bertiga akan tidur bersama, kamu senang?" tanya Anne dengan lembut dan mengusap rambut Danda dengan penuh kasih sayang. Darren yang melihat interaksi Anne ke Danda hanya bisa tersenyum. Tidak salah dia memilih Anne sebagai pasangannya. Benar-benar luar biasa kasih sayang Anne ke Danda. Walaupun bukan darah dagingnya, Anne memperlakukan Danda layaknya seperti anak kandungnya. "Benar Mama dan Papa mau tidur bersama Danda?" tanya Danda dengan mata yang berbinar. "Iya, Papa dan Mama akan tidur bersama dengan Danda. Danda jangan nangis lagi ya, karena kita akan tidur bersama
Mendengar apa yang dikatakan oleh Komo Darren, Anne dan Marlin melihat ke arah depan dan benar jika ada mobil yang berada di depan pagar rumah Darren dan mereka terlihat sedang berdebat dengan satpam rumah Darren. "Itu mobil mantan elu, Ren. Sepertinya dia tidak bisa sedikitpun menyerahkan elu ke sana, lihat lah dia mendesak untuk masuk ke dalam rumah. Padahal sudah di minta untuk pergi tetap saja dia di sana. Emang dasar tidak tahu malu ya," ucap Komo tidak menyangka jika Dinda benar-benar ke sana dan tidak menyerah untuk mendekati Darren. "Bagaimana ini, Sayang. Aku takut dia mengambil Danda dan membawanya kabur," ucap Anne yang segera memeluk Danda dengan erat. "Tenang saja, dia tidak akan berani untuk mengambil anakku. Dan dia tidak akan berani untuk mendekati dan menyakiti kalian berdua. Komo, jalan cepat jangan takut," kata Darren yang meminta untuk Komo jalan tanpa peduli dengan Dinda yang berteriak kencang. Dinda yang frustasi karena tidak mendapatkan kabar akhirnya memut
"D-Darren kenapa kamu menamparku? Salah aku apa? Aku hanya ingin bertemu anakku dan suamiku," jawab Dinda dengan percaya dirinya mengatakan jika Darren adalah suaminya. "Aku tidak salah dengar apa yang kamu katakan hmm? Suami mana yang kamu sebut? Dia suami kamu?" tanya Darren yang menunjuk ke arah Pak Satpam yang saat ini terdiam karena majikannya menunjuk ke arahnya. "Kamu kenapa berubah, Sayang. Aku ke sini karena aku sayang kamu dan anak kita. Kamu lupa janji kamu ke aku, tidak akan meninggalkan aku apapun yang terjadi, kenapa sekarang kamu melakukan ini padaku?" tanya Dinda menatap Darren dengan suara lirih. "Hahaha, aku pernah mengatakan itu pada wanita yang tukang selingkuh. Aku rasa selama ini tidak pernah sedikitpun aku mengatakan itu," jawab Darren. Anne yang melihat Dinda dipukul oleh Darren hanya diam dan tidak berani untuk mendekati keduanya. Nyonya Dini menarik Anne masuk ke dalam rumah. "Ayo masuk ke dalam rumah, jangan di sini. Dia berbahaya, itu ular kepala lima
"Bukan siapa-siapa, sekarang kamu mandi ya, Sayang," ucap Darren sambil mengecup pipi Danda berkali-kali hingga Danda tertawa. "Sudah, Papa jangan lagi, geli Papa," tawa Danda meminta Darren untuk tidak menciuminya pipinya lagi"Ya sudah, sana mandi bau acem, kamu juga ya Sayang, nanti aku ingin itu," ucap Darren yang mengedipkan matanya. "M-maksudnya apa ya?" tanya Anne dengan gugup saat mendengar perkataan Darren ingin itu. "Ehmm, kalian jangan cemari pendengaran cucuku, pergi sana. Cari tempat manja kalian sendiri," ucap Nyonya Dini dengan wajah kesal. Anne segera pergi dari hadapan seluruh keluarga Darren karena dia benar-benar malu mendengar apa yang dikatakan oleh mertuanya dengan cepat Anne berjalan menuju tangga dan menaiki tangga dengan pipi yang merona. Darren duduk di sebelah Paman Boni dengan wajah datar. "Dia sudah berani datang ke sini Darren, kamu harus hati-hati jangan sampai dia mendekati anak dan istri kamu," ujar Paman Boni yang mengatakan ke Darren untuk berha
Darren berjalan pelan dan dia tidak menyangka jika sangat istri yang baru dia nikahi terlihat seksi. Anne tidak menyadari jika Darren datang saat dia sedang mengganti pakaian. Sedangkan Danda menonton TV acara anak-anak. "Pa ...." Darren meminta anaknya untuk diam. Danda pun diam dia tidak mengatakan apapun. Danda kembali melanjutkan menonton tanpa peduli Darren yang berjalan menuju ruang pakaian yang terbuka dan memperlihatkan istrinya yang sedang berlenggak lenggok sendirian. 'Gila, dia seksi banget aku sudah tidak sabar untuk unboxing tapi ada Danda. Sabar Ren, nanti malam kamu akan melakukan malam pertama, tinggal beberapa jam lagi.' bathin Darren mencoba sabar tapi sesuatu yang di bawah tidak sabar. Grepppp! "Akhh, ya Tuhan, kamu kenapa kagetin aku. Lepaskan dulu, nanti ketahuan Danda, dia ada di depan," ucap Anne mencoba melepaskan pelukkan Darren karena dia takut jika Danda tahu kelakuan Darren. "Tenang saja, jangan khawatir Danda tidak akan melihat kita pintu ruangan ini
Anne tersenyum ke arah Darren yang sudah hilang semangat karena tertunda untuk malam pertama. Darren yang menoleh ke arah belakang kembali melihat sang istri. "Kenapa kamu tersenyum, Sayang?" tanya Darren memicingkan matanya ke arah Anne yang makin sukses tersenyum dibarengi tertawa. "Aku tidak tertawa, Sayang. Aku hanya senyum memangnya nggak boleh aku tersenyum. Kamu aneh ihh, harusnya jangan seperti itu, tenang dunk. Awas aku mau lihat, nanti malam saja ya," ucap Anne yang menolak Darren untuk menyingkir pergi dari atas tubuhnya."Sayang, jangan seperti ini, aku mohon. Sudah nanggung, itu siapa lagi yang mengetuk pintu." Darren merengek layaknya anak kecil yang meminta dibelikan es krim. "Iya aku tahu nanggung, tapi aku tidak mau jika ada orang yang mengetuk pintu saat kita seperti itu," jawab Anne yang masih berusaha untuk bangun namun Darren memeluknya dengan erat. Di luar ruangan tepatnya di kamar Darren, Danda yang tengah asyik menonton kedatangan Nyonya Dini. Nyonya Dini
"Oh, kalau itu tanya sama Papa dan Mama kamu ya, Uti lapar,," jawab Nyonya Dini yang segera pergi meninggalkan anak dan menantunya. Nyonya Dini tidak mau menjawab apa yang ditanyakan oleh cucunya. Sedangkan Darren dan Anne terdiam karena melimpahkan ke mereka berdua. Anne memandang ke arah Darren dia pun tidak tahu harus berkata apa. "Kamu yang jawab ya, aku tidak tahu," jawab Anne yang berjalan meninggalkan keduanya. Danda memandang Darren berharap Darren mengatakan apa yang dia tanyakan. Darren pun pasrah dan dia menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan Danda. "Nanti kalau sudah dewasa kamu pasti akan tahu dan sekarang kamu sekolah yang benar dan kita makan enak juga jalan-jalan bersama Mama, sekarang ayo kita keluar temui Mama dan yang lainnya," ucap Darren mengajak Danda keluar untuk bergabung dengan yang lainnya. Anne yang menunggu di luar tersenyum karena Darren memberikan pengertian ke Danda dengan cukup baik. Saat Darren dan Danda keluar terkejut karena Anne masih menungg
"Raya, kenapa kamu teriak seperti orang kesurupan, apa kamu tidak malu jika tetangga mendengarkan teriakkan kamu. Apa kamu punya masalah dengan Darren. Mama lupa memberitahu kan ke kamu kalau Mama akan bertemu Nyonya Dini untuk membicarakan masalah pernikahan kalian," ujar Nyonya Misca mengatakan ingin bertemu dengan Nyonya Dini dan membicarakan masalah pernikahan Darren dan anaknya. "Tidak perlu, Mama terlambat menikahkan kami, karena Darren sudah menikah dengan wanita lain." Raya mengatakan ke Nyonya Misca kalau Darren sudah menikah dengan wanita lain yang dia kenal dan dia benci. "A-apa maksudmu, menikah bagaimana? Bukannya, Nyonya Dini mengatakan kalau kamu menantunya dan kalian sudah dijodohkan. Sepulang Mama dari Australia kalian menikah kenapa sekarang malah mengatakan kalau dia menikah?" tanya Nyonya Dini dnegan wajahnya yang bingung. "Ini semua karena Mama, buat apa Mama ke sana ikut Papa, lihatlah Darren menikahi wanita miskin itu dan membuat aku tidak bisa mendapatkan d
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s