Darren berjalan pelan dan dia tidak menyangka jika sangat istri yang baru dia nikahi terlihat seksi. Anne tidak menyadari jika Darren datang saat dia sedang mengganti pakaian. Sedangkan Danda menonton TV acara anak-anak. "Pa ...." Darren meminta anaknya untuk diam. Danda pun diam dia tidak mengatakan apapun. Danda kembali melanjutkan menonton tanpa peduli Darren yang berjalan menuju ruang pakaian yang terbuka dan memperlihatkan istrinya yang sedang berlenggak lenggok sendirian. 'Gila, dia seksi banget aku sudah tidak sabar untuk unboxing tapi ada Danda. Sabar Ren, nanti malam kamu akan melakukan malam pertama, tinggal beberapa jam lagi.' bathin Darren mencoba sabar tapi sesuatu yang di bawah tidak sabar. Grepppp! "Akhh, ya Tuhan, kamu kenapa kagetin aku. Lepaskan dulu, nanti ketahuan Danda, dia ada di depan," ucap Anne mencoba melepaskan pelukkan Darren karena dia takut jika Danda tahu kelakuan Darren. "Tenang saja, jangan khawatir Danda tidak akan melihat kita pintu ruangan ini
Anne tersenyum ke arah Darren yang sudah hilang semangat karena tertunda untuk malam pertama. Darren yang menoleh ke arah belakang kembali melihat sang istri. "Kenapa kamu tersenyum, Sayang?" tanya Darren memicingkan matanya ke arah Anne yang makin sukses tersenyum dibarengi tertawa. "Aku tidak tertawa, Sayang. Aku hanya senyum memangnya nggak boleh aku tersenyum. Kamu aneh ihh, harusnya jangan seperti itu, tenang dunk. Awas aku mau lihat, nanti malam saja ya," ucap Anne yang menolak Darren untuk menyingkir pergi dari atas tubuhnya."Sayang, jangan seperti ini, aku mohon. Sudah nanggung, itu siapa lagi yang mengetuk pintu." Darren merengek layaknya anak kecil yang meminta dibelikan es krim. "Iya aku tahu nanggung, tapi aku tidak mau jika ada orang yang mengetuk pintu saat kita seperti itu," jawab Anne yang masih berusaha untuk bangun namun Darren memeluknya dengan erat. Di luar ruangan tepatnya di kamar Darren, Danda yang tengah asyik menonton kedatangan Nyonya Dini. Nyonya Dini
"Oh, kalau itu tanya sama Papa dan Mama kamu ya, Uti lapar,," jawab Nyonya Dini yang segera pergi meninggalkan anak dan menantunya. Nyonya Dini tidak mau menjawab apa yang ditanyakan oleh cucunya. Sedangkan Darren dan Anne terdiam karena melimpahkan ke mereka berdua. Anne memandang ke arah Darren dia pun tidak tahu harus berkata apa. "Kamu yang jawab ya, aku tidak tahu," jawab Anne yang berjalan meninggalkan keduanya. Danda memandang Darren berharap Darren mengatakan apa yang dia tanyakan. Darren pun pasrah dan dia menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan Danda. "Nanti kalau sudah dewasa kamu pasti akan tahu dan sekarang kamu sekolah yang benar dan kita makan enak juga jalan-jalan bersama Mama, sekarang ayo kita keluar temui Mama dan yang lainnya," ucap Darren mengajak Danda keluar untuk bergabung dengan yang lainnya. Anne yang menunggu di luar tersenyum karena Darren memberikan pengertian ke Danda dengan cukup baik. Saat Darren dan Danda keluar terkejut karena Anne masih menungg
"Raya, kenapa kamu teriak seperti orang kesurupan, apa kamu tidak malu jika tetangga mendengarkan teriakkan kamu. Apa kamu punya masalah dengan Darren. Mama lupa memberitahu kan ke kamu kalau Mama akan bertemu Nyonya Dini untuk membicarakan masalah pernikahan kalian," ujar Nyonya Misca mengatakan ingin bertemu dengan Nyonya Dini dan membicarakan masalah pernikahan Darren dan anaknya. "Tidak perlu, Mama terlambat menikahkan kami, karena Darren sudah menikah dengan wanita lain." Raya mengatakan ke Nyonya Misca kalau Darren sudah menikah dengan wanita lain yang dia kenal dan dia benci. "A-apa maksudmu, menikah bagaimana? Bukannya, Nyonya Dini mengatakan kalau kamu menantunya dan kalian sudah dijodohkan. Sepulang Mama dari Australia kalian menikah kenapa sekarang malah mengatakan kalau dia menikah?" tanya Nyonya Dini dnegan wajahnya yang bingung. "Ini semua karena Mama, buat apa Mama ke sana ikut Papa, lihatlah Darren menikahi wanita miskin itu dan membuat aku tidak bisa mendapatkan d
Raya melihat ke arah Nyonya Misca dan memperlihatkan wajah yang cemberut. "Istrinya lebih tepatnya mantan istrinya yang dulu selingkuh, Ma. Dia selalu ngaku-ngaku istri Darren. Padahal, sudah bercerai. Memang wanita itu tidak tahu malu dia sudah dicampakkan dan hampir miskin masih saja merasa semua miliknya," jawab Raya. "Si Dinda yang tukang selingkuh itu. Bukannya dia sudah bersama selingkuhannya, apa dia tidak bersama selingkuhannya lagi?" tanya Nyonya Misca yang heran kenapa mantan Darren mengejar Darren padahal dia sudah bersama pria lain. "Dia di selingkuhi, Ma. Jadinya, dia seperti itu. Karena tidak bisa dapatkan uang lagi dari pria itu dan melihat Darren semakin kaya dan terkenal, wanita jalang itu banting setir ke Darren. Berharap bisa bersama lagi dan Mama tahu alasannya Danda." Raya mengatakan semuanya yang dia ketahuan ke Nyonya Misca. "Oalah, pantesan dia ngotot kali. Kamu harus hati-hati dengan wanita ular itu, Mama tidak mau kalau kamu sampai dilukai dia. Fokus deng
"Sudah tapi kami tidak tahu kenapa mobil itu bisa bersama dengan anak buah dari Tuan Darren. Sebenarnya setelah kami selidiki itu bukan anak buah dari Tuan Darren, Nona. Tapi, itu anak buah dari Tuan Boni, pamannya Tuan Darren," jawab anak buah Dinda yang mengatakan jika orang yang membawa mobil Darren adalah anak buahnya Paman Boni. "Jadi, maksudmu kita terkecoh begitu, aku sudah kataka, kamu harus lebih teliti dan kamu tidak boleh lengah, sudah berapa kali aku mengatakan itu. Cepat cari tahu kenapa mobil Darren dipakai oleh anak buah Paman Boni, aku yakin pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan," jawab Dinda. "Baik, saya akan mencari tahu kembali. Apakah Nona akan ke tempat itu untuk melihat dua orang yang sudah kami tangkap.""Nanti saja, aku akan datang ke sana. Kalian cari tahu dulu masalah mobil tersebut. Aku ingin kalian cepat mencari tahunya, karena aku penasaran kenapa Darren tidak memakai mobilnya," jawab Dinda lagi. "Anda tinggal tunggu saja, kami akan memberitahukan
Satu jam yang lalu, Komo datang ke rumah Darren pria tersebut ingin menjemput Darren saat sampai di rumah, Komo bertemu dengan pelayan yang saat ini tengah membersihkan rumah. Segera Komo berhenti dan menyapa pelayan tersebut. "Pagi, Bibi, kenapa sepi sekali apa mereka masih tidur?" tanya Komo yang penasaran kenapa jam segini rumah Darren tidak terlihat sama sekali para penghuninya, padahal sudah jam setengah tujuh tapi belum juga terlihat si Tuan rumah. Belum sempat menjawab, terdengar dari atas suara Nyonya Dini dan Danda, Komo menyerngitkan keningnya, dia heran kenapa kedua wanita beda usia itu berbicara seperti orang berbisik dengan rasa penasaran Komo pun naik ke lantai atas dengan perlahan dan sampai di lantai atas terlihat keduanya berdiri tepat di depan kamar Darren. "Hei, kalian kenapa berbisik di depan kamar Darren, nanti dia akan marah kepada kalian lebih baik kalian pergi dari sana jangan mengganggunya dan kamu Danda, apa tidak pergi sekolah? Sudah jam berapa ini dan T
Darren segera berlari ke lantai bawah, dia takut jika terjadi sesuatu dengan Nyonya Dini, saat di lantai bawah terlihat Komo sedang mendekati kotak yang membuat Nyonya Dini menjerit. "Apa isinya Komo, apa ini teror lagi mana satpam. Kenapa mereka mengizinkan hal ini masuk kembali ke rumahku. Cepat panggil satpam, apa yang terjadi kenapa mereka membiarkan teror ini masuk lagi ke rumahku, cepat panggil mereka!" teriak Darren yang meminta kepada pelayan untuk memanggil satpam. Pelayan segera keluar untuk memanggil satpam, mereka juga tidak mengerti bagaimana bisa kotak misterius itu kembali lagi ke rumah ini lagi. "Pak satpam, dipanggil Tuan Darren ke dalam cepatlah. Tuan ingin menanyakan kenapa bisa ada kotak misterius itu kembali lagi ke rumah ini, apakah tidak kalian cek dulu sebelum membawanya masuk?" tanya pelayan ke Pak satpam. "Kami tidak ada membawa masuk apapun ke dalam karena dari tadi belum ada yang datang. Sumpah demi apapun," jawab Pak satpam yang mengatakan jika mereka
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s