"Orang emang bukan gue, kenapa elu nuduh gue. Aish, rumah si Tuan Tanah ada hantunya. Awas lu, nanti di ganggu, lebih baik gue pulang saja, ayo kita pulang!"ajak Marlin untuk pulang. Anne pun menoleh ke arah Darren, dia pun hendak pulang ikut Marlin. Darren yang melihat Anne memandangnya hanya bisa menghela nafas. Bisa-bisanya sahabatnya ini mengatakan hal seperti itu. "Ikan Marlin, sejak kapan rumah gue ada hantu. Jangan ngadi-ngadi elu, Mo, bawa dia pulang nyebelin. Lihat nih, istri gue jadi takut dan pengen pulang. Padahal gue mau eya-eya sama dia tapi kalian berdua ganggu, sana pulang!" usir Darren yang kesal karena Anne juga ingin ikutan pulang bersama sahabatnya. "Ck, emang gue nggak bohong, lu dengar suara tadi dan bandingkan dengan sekarang, ada kagak itu suara lagi? Tidak bukan, ck dasar tukang halu. Lu itu belum suaminya baru mau itu juga besok," balas Marlin yang membuat Komo dan Anne saling memandang satu sama lain. "Sekarang itu jangan saling tuduh, cari sana suara a
Darren, Komo dan Anne melihat ke arah yang di tunjuk oleh Marlin. Mereka terkejut karena melihat seseorang masuk ke kamar yang ada di bawah dan itu adalah kamar sangat Nyonya Dini. "Itu kamar Mama, kenapa ada yang masuk kamar Mama, ayo cepat. Panggil satpam dan kepala pelayan cepat" teriak Darren yang ketakutan karena seseorang masuk ke kamar Nyonya Dini. Darren berlari untuk sampai ke kamar Nyonya Dini sedangkan Komo juga ikut lari menuju keluar untuk memanggil satpam. "Satpam ... Satpam, cepat ke sini!" teriak Komo yang membuat satpam ketakutan dan panik karena mendengar teman majikan mereka berteriak. "A-ada apa Tuan Komo, apa ada sesuatu?" tanya Pak satpam yang penasaran kenapa sahabat majikannya itu memanggil mereka. "Ada orang masuk dan kalian tidak tahu siapa? Ini sudah malam kenapa kalian membiarkan orang masuk ke dalam, apa kalian ingin dipecat?" tanya Komo. "A-anu Tuan, saya tidak pernah masukkan siapapun karena tidak ada yang masuk sama sekali ke sini, apa Tuan tida
Darren dan Komo tidur di luar, sampai pagi Paman Boni dan sang istri datang, mendengar keributan Darren bangun dan melihat ada Paman sudah duduk di depannya. Nyonya Dini dan Anne juga sibuk dengan persiapan pernikahan. "Kamu tidur saja dulu, kalau lelah." Paman Boni meminta Darren untuk tidur karena sang Paman melihat wajah Darren kelelahan. "Tidak, aku baik Paman. Sudah lama datang Paman, jam berapa ijab kabulnya. Apa di lakukan di hotel atau di sini?" tanya Darren mengusap wajahnya. Komo menggeliat dan membuka matanya, dia melihat Pamam Boni sudah di sini. Komo mengucek matanya pelan dan menguap. "Kenapa Paman cepat sekali datangnya, apa kita mau langsung ke hotel?" tanya Komo. "Kita harus cepat ke hotel, sudah jam tujuh akad nikah jam setengah sembilan," jawab Paman Boni yang membuat Komo menepuk kening. "Aduh, aku lupa. Ini karena semalam jadi kita kesiangan, ayo cepat aku akan hubungi pihak EO, kalian bergerak cepat, aku akan akan ke sana sekarang," ucap Komo yang segera b
"Iya, aku benar-benar degdegan dan itu membuat lututku lemas dan entah kenapa hal ini terjadi," ucap Anne yang membuat Darren tersenyum karena Anne degdegan. "Hal itu wajar karena baru pertama kamu menikah, aku juga sama Sayang degdegan, walaupun sudah pernah sekali tapi entah kenapa saat ini merasakan berbeda. Sekarang ayo kita masuk ke dalam, kita harus segera ijab kabul," ucap Darren yang berjalan menuju kamar yang sudah di sediakan untuk berganti pakaian.Anne menganggukkan kepala mereka segera berjalan menuju kamar hotel. Sampai di kamar hotel Anne dipersiapkan semuanya dari riasan pakaian sudah tersedia. Nyonya Dini masuk ke kamar Anne ingin melihat apakah Anne sudah di rias apa belum. "Anne, apa sudah selesai? Wah, kamu cantik sekali sayang, pangling Mama lihatnya. Apa bisa di bawa langsung, Mbak pengantinnya?" tanya Nyonya Dini ke perias pengantin yang saat ini masih merias Anne. "Bentar, Nyonya sedikit lagi. Dan selesai, sempurna sekali. Pengantin sudah bisa di bawa turun
Dinda tidak menyangka bisa terkecoh oleh Darren, Dinda ingin mengetahui apa yang Darren lakukan tapi dia harus menerima pil pahit kalau Darren bisa menipunya. Dinda berjalan ke sana kemari menunggu kabar terbaru dari anak buahnya. "Akhhh, sial kemana mereka kenapa tidak ada juga yang memberitahukan aku keberadaan dari Darren. Hei, kalian cepat hubungi teman kalian katakan apakah sudah menemukan suamiku!" pekik Dinda dengan kencang dan tentu saja itu membuat anak buah Dinda langsung ketakutan dan menghubungi rekan mereka. Dinda yang tidak tahu keberadaan Darren, harus bisa menahan amarahnya. Berbeda dengan Darren yang saat ini berbahagia bisa menikah ke dua kalinya dengan wanita pilihan Danda. "Terima kasih sudah menerima aku dengan sepenuh hati. Aku berpikir kamu menerima aku karena anakku, tapi nyatanya tidak," jawab Darren yang senang karena Anne menerima dirinya bukan karena anaknya tapi memang dari hati Anne. "Siapa bilang bukan karena Danda, semua karena Danda, jika bukan ka
"Danda, kamu mau adik bayi nggak seperti teman-teman kamu, jika mau kamu harus bobok sendiri," ucap Marlin yang membuat Danda tidak bergeming dan masih menatap Anne dengan air mata yang mulai mengalir. Anne tidak tega, dia tidak mungkin menuruti egonya sendiri. Anne memeluk anak sambung yang sudah dia anggap sebagai anak kandung dengan erat. "Iya, Mama akan tidur dengan kamu. Papa juga akan tidur dengan kamu, kita bertiga akan tidur bersama, kamu senang?" tanya Anne dengan lembut dan mengusap rambut Danda dengan penuh kasih sayang. Darren yang melihat interaksi Anne ke Danda hanya bisa tersenyum. Tidak salah dia memilih Anne sebagai pasangannya. Benar-benar luar biasa kasih sayang Anne ke Danda. Walaupun bukan darah dagingnya, Anne memperlakukan Danda layaknya seperti anak kandungnya. "Benar Mama dan Papa mau tidur bersama Danda?" tanya Danda dengan mata yang berbinar. "Iya, Papa dan Mama akan tidur bersama dengan Danda. Danda jangan nangis lagi ya, karena kita akan tidur bersama
Mendengar apa yang dikatakan oleh Komo Darren, Anne dan Marlin melihat ke arah depan dan benar jika ada mobil yang berada di depan pagar rumah Darren dan mereka terlihat sedang berdebat dengan satpam rumah Darren. "Itu mobil mantan elu, Ren. Sepertinya dia tidak bisa sedikitpun menyerahkan elu ke sana, lihat lah dia mendesak untuk masuk ke dalam rumah. Padahal sudah di minta untuk pergi tetap saja dia di sana. Emang dasar tidak tahu malu ya," ucap Komo tidak menyangka jika Dinda benar-benar ke sana dan tidak menyerah untuk mendekati Darren. "Bagaimana ini, Sayang. Aku takut dia mengambil Danda dan membawanya kabur," ucap Anne yang segera memeluk Danda dengan erat. "Tenang saja, dia tidak akan berani untuk mengambil anakku. Dan dia tidak akan berani untuk mendekati dan menyakiti kalian berdua. Komo, jalan cepat jangan takut," kata Darren yang meminta untuk Komo jalan tanpa peduli dengan Dinda yang berteriak kencang. Dinda yang frustasi karena tidak mendapatkan kabar akhirnya memut
"D-Darren kenapa kamu menamparku? Salah aku apa? Aku hanya ingin bertemu anakku dan suamiku," jawab Dinda dengan percaya dirinya mengatakan jika Darren adalah suaminya. "Aku tidak salah dengar apa yang kamu katakan hmm? Suami mana yang kamu sebut? Dia suami kamu?" tanya Darren yang menunjuk ke arah Pak Satpam yang saat ini terdiam karena majikannya menunjuk ke arahnya. "Kamu kenapa berubah, Sayang. Aku ke sini karena aku sayang kamu dan anak kita. Kamu lupa janji kamu ke aku, tidak akan meninggalkan aku apapun yang terjadi, kenapa sekarang kamu melakukan ini padaku?" tanya Dinda menatap Darren dengan suara lirih. "Hahaha, aku pernah mengatakan itu pada wanita yang tukang selingkuh. Aku rasa selama ini tidak pernah sedikitpun aku mengatakan itu," jawab Darren. Anne yang melihat Dinda dipukul oleh Darren hanya diam dan tidak berani untuk mendekati keduanya. Nyonya Dini menarik Anne masuk ke dalam rumah. "Ayo masuk ke dalam rumah, jangan di sini. Dia berbahaya, itu ular kepala lima
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s