"Elu terlihat bahagia, sangat bahagia, sampai-sampai gue tidak bisa berkata-kata. Pancaran wajah elu itu membuat elu makin cantik. Sudah, ayo kita lihat mau apa si Komodo itu." Marlin jujur mengatakan jika Anne terlihat bahagia malah lebih bahagia sekarang dari dulu. "Terima kasih sahabatku yang tersayang, cepatlah kamu mencari pria yang bisa membuat kamu bahagia." "Iya, nanti aku cari. Kamu jangan khawatir," jawab Marlin yang tersenyum dan mencubit pipi sahabatnya itu. Keduanya yang sudah berada di luar tersenyum melihat Komo berdiri di depan pintu sambil melambaikan tangan ke arah mereka berdua. "Ada angin apa ini ke sini? Apa ada yang ketinggalan sesuatu?" tanya Marlin. "Gue mau ajak Anne keluar dan elu ikut juga. Ayo cepat bersiap gue tunggu di sini. Gue kasih waktu 5 menit." Komo memerintahkan Anne dan Marlin bersiap untuk ikut dengan dirinya. "Elu mau bawa gue dan Anne ke mana?" tanya Marlin yang heran dengan ajakan Komo. "Sudah ikut saja, gue nggak bakalan bawa elu berdu
"Apa tidak salah kamu katakan itu, kita belum siapkan surat menyurat dan tidak mungkin kita ...." Anne menghentikan ucapannya dan menatap Darren dengan lekat. "Kamu yakin, Nak? Nikah bukan berdasarkan nafsu maksud Paman, kamu jangan nikah karena teror ini, hingga kamu menikahi dia, dia wanita jadi pikirkan lagi," ucap Paman Boni yang meminta kepada Darren untuk memikirkan apakah dirinya benar-benar menikahi wanita ini dari hati atau hanya karena ingin menghindari teror yang terjadi. "Teror apa maksudnya, bisa jelaskan kepada aku?" tanya Anne yang menatap seluruh keluarga dan Darren yang berdiri di depannya. Darren menjelaskan semuanya dan tentu saja penjelasan Darren membuat Anne terkejut. Anne menutup mulutnya. "Kita harus laporkan ke polisi, ini tidak bisa dibiarkan. Karena tidak mungkin kita biarkan mereka terus meneror kita dan apa rumah ini ada cctv?" tanya Komo yang melihat ke sekeliling rumah Darren."Ada, gue pasang CCTV dan itu elu yang pasang waktu itu. Tapi, aku jujur
"CCTV elu sudah di retas aish, apa ya kata lainnya ... Itu lah pokoknya. Jadi, mereka tahu seluk beluk di rumah elu dan sepertinya elu kagak bisa nikah di sini besok," jawab Komo yang membuat Darren terkejut. "K-kamu tidak bohong dengan yang kamu katakan, Mo?" tanya Darren di jawab Komo geleng kepala. "Gue serius, ada penyusup di rumah elu. Gue heran kenapa bisa rumah elu ada penyusup, bukannya di rumah elu semuanya sudah lama ikut elu. Apa pernah elu masukkan orang ke sini. Maksudnya, gue orang luar kerja di sini entah itu tukang kebun atau apalah gitu," jawab Komo dengan wajah yang serius. Darren diam karena rumah dia sangat ketat dan tidak mungkin ada yang masuk begitu saja. Mamanya pasti tahu siapa yang datang ke sini tanpa izin dia tidak ada yang boleh masuk," ucap Darren yang tahu betul bagaimana sang Mama bila ada orang baru. "Ya sudah kalau gitu, gue pinjam laptop dan gue tadi kirim berkas perjanjian kerja sama dan gue juga udah cetak elu cek balik dan tanda tangan. Besok
"Lihat itu, dia orangnya. Apa kalian menyewa orang untuk tukang kebun. Itu bukan Pak Diman, lihat lah orang ini sangat mencurigakan sekali, coba lihat itu," ucap Komo yang menunjuk ke arah layar dan di sana ada pria yang gerak geriknya berbeda. "Apa Pak Diman meminta orang lain ke sini gantikan dia, tapi tidak mungkin. Kalau pun dia cuti atau tidak masuk kerja dia tidak akan meminta orang lain. Bisa di zoom kan lebih dekat lagi, agar kita bisa tahu siapa pelakunya," ujar Darren yang meminta Komo untuk melihat secara langsung pria yang saat ini mereka lihat di layar monitor. Komo menganggukkan kepala dan memperbesar tampilan dan saat melihatnya dengan jelas, terlihat pria yang dia kenal dan itu adalah mantan supirnya yang dulu. Pria itu supir pribadi Dinda sebelum dia dan Dinda bercerai. "Sial, gue sudah tahu itu pasti dia. Dan tidak mungkin orang lain. Hanya dia yang tidak suka jika gue bersama dengan dia. Awas dia, gue akan buat perhitungan dengan dia." Darren benar-benar geram d
Darren dan Komo masih menunggu jawaban dari Pak satpam. Pak satpam terlihat pucat, dia segera berbalik dan berjalan menuju tempat yang membuat Darren dan Komo menyerngitkan kening karena saat ini Pak satpam berjalan ke arah belakang tembok pagar rumahnya. Pak satpam berjalan menyusuri taman, tapi saat langkah kakinya berhenti di belakang pagar, terlihat kotak yang membuat dia ketakutan. Kotak yang sama seperti didapat kan oleh majikannya. "Ayo, cepat kita lihat apa yang Pak satpam itu ingin tunjukkan kepada kita. Oh ya, gue lupa mengatakan kepada lu mereka sudah mengganti kamera yang ada di sini maksud gue, sistem CCTV. Mereka menukar apa yang ada di sistem kita, elu mengerti kan maksudnya, gue sulit untuk menjelaskannya karena gue bukan orang IT. Pasti apa yang elu lihat tadi di monitor tidak sama dengan apa yang seharusnya paham sampai di sini?" tanya Komo. "Ya, gue tahu maksudnya, kita melihat monitor berbeda dengan kenyataan, bukan. Kurang ajar, ternyata mereka sudah menyabota
"Paman, mau apa Paman ke sini? Bukannya Paman tadi sudah pulang?" tanya Darren yang terkejut dengan kedatangan Paman Boni. "Paman mau ikut membantumu, untuk masalah suratmu sudah Paman sampaikan ke teman Paman yang berada di kantor KUA dan dia akan siapkan, kalian tidak perlu lagi ribet. Besok surat Anne dan kamu juga foto kalian berdua harus sudah ada. Paman akan bawa ke teman Paman," jawab Paman Boni. "Ya sudah, ayo kita ke rumahnya. Saya akan hubungi anak buah kita dulu, untuk mengepung dia," ucap Komo yang segera mengeluarkan ponsel tapi di tahan oleh Paman Boni. "Jangan, biarkan anak buah Paman yang kawal. Mereka sudah di sana dan yang akan awasi di rumah ini juga mereka kalian jangan takut. Dan untuk CCTV sudah ada yang menanganinya, kita fokus ke orang yang kalian cari, jangan sampai dia kabur," jawab Paman yang membuat Darren dan Komo terkejut karena Paman Boni sudah menyiapkannya. Rumah Paman Boni dan rumah Darren sangat dekat dan tentu saja membuat Paman Boni tidak kesul
Darren benar-benar mengejar orang yang ada di dalam CCTV rumahnya. Darren tidak mau membiarkan pria tersebut kabur lagi. "Cepat kalian kejar dia jangan sampai lolos lagi, cepat!" pekik Darren dengan kencang mengejar mantan supirnya itu. Darren, Komo dan Paman Boni terus mengejar tanpa sedikitpun mereka berhenti. Anak buah Paman Boni dengan sigap menangkap dan pada akhirnya mereka dapat menghentikan pelarian si supir. "Dapat, mau kemana kamu hahh! Ikut saya, cepat jangan lari lagi kamu!" bentak anak buah Paman Boni. "Lepaskan saya, jangan tangkap saya, kalian tidak punya hak untuk menangkap saya, lepaskan saya, cepat lepaskan saya!" teriaknya dengan kencang dan memberontak untuk melepaskan diri dari anak buah Paman Boni. "Diam kamu, ayo cepat jalan. Jika kamu terus memberontak akan saya buat kakimu patah," ucap pria tersebut yang menarik paksa mantan supir tersebut. Darren, Komo dan Paman Boni senang akhirnya bisa menangkap pria tersebut. Darren yang sudah kesal mendekati pria it
"Hai sayangku, sejak kapan kamu di sana. Sini sama aku, kita pergi jalan yuk jangan di rumah aja."Orang yang bertanya tadi adalah Marlin yang keluar dari kamar Danda bersama Anne dan Danda. "Marlin dan Anne juga Danda turun ke bawah menghampiri keduanya. Darren segera memeluk Anne dan Danda. Dua wanita beda usia ini lah yang membuat dirinya makin bersemangat untuk menjalani hidup. "Kamu dari mana Sayang, kenapa kamu pergi terus. Apa tidak rindu pada kami berdua?" tanya Anne yang dengan manja dan menatap Darren dengan sayu. "Aku ada urusan, Baby. Kamu merindukanku ya, kalau begitu ayo kita duduk di sana. Sambil menunggu makan malam," jawab Darren yang di anggukkan oleh Anne. Ketiganya duduk di sofa ruang tamu dan tidak berapa lama Nyonya Dini keluar dari kamar. Sedangkan Komo dan Marlin segera pergi dari rumah Darren. "Kita mau kemana? Kenapa kita pergi begitu saja, kita harus pamit dulu sama mereka" ucap Marlin yang kesal karena Komo main tarik saja. "Tidak perlu, karena ada ke
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s