Suara deru nafas terdengar di kamar yang temaram itu. Adrian menoleh ke samping, melihat punggung mulus Kayla yang tidak tertutupi apapun. Tubuhnya bergerak mendekat lalu memeluknya dari belakang. "Makasih Kay," bisiknya. Kayla tersenyum tipis sambil mengusap tangan kekar yang memeluk pinggangnya itu. Sekarang Ia sudah tidak terlalu gugup bisa bermesraan lagi dengan Adrian, apalagi sudah melewati adegan panas tadi. "Apa aku menyakitimu?" tanya Adrian memastikan. "Enggak kok, kamu sangat lembut dan hati-hati," jawab Kayla. Bahkan yang membuatnya terharu, pria itu terus menanyakan keadaan nya. "Jadi.. Jadi aku yang pertama?""Hm.""Aku gak nyangka."Kayla lalu membalikan posisi berbaring nya menjadi menghadap Adrian. Ia mengusapi wajah tampan di dekatnya itu lembut. Kulit mereka yang tidak tertutupi apapun sampai menempel dan bisa merasakan suhu tubuh masing-masing. "Aku ngerti, pasti kamu gak nyangka aku masih perawan karena aku sempat jadi wanita simpanan," ucap Kayla. "Maaf Ka
"Adrian," panggil Kayla. Adrian yang sedang memotong rumput di halaman belakang menoleh, tersenyum melihat kedatangan istrinya itu. Adrian memutuskan menghentikan dahulu pekerjaannya lalu menghampiri Kayla yang menyimpan sesuatu di meja. "Aku buatin kopi, buat nemenin kamu," ucap Kayla. "Makasih, perhatian banget sih, suka deh.""Hahaha kan memang harusnya juga begitu. Kamu kenapa rajin banget sih motongin rumput liar?""Gak papa, dari pada diem aja di rumah.""Padahal biasanya Ibu selalu nyewa seseorang buat rapihin halaman belakang setiap beberapa minggu sekali.""Kali ini biar aku aja, jadi biar lebih hemat juga.""Mau aku bantu?""Gak usah, panas. Mending kamu diem aja di rumah, nyantai.""Masa aku nyantai sedangkan suami aku kerja panas-panasan."Adrian dibuat salah tingkah mendengar itu, "Tapi kan aku laki-laki, harus kuat dong.""Kuat ya, hm jadi inget semalam deh.""Hahaha inget apa hayo? ""Enggak jadi deh.""Hei jawab, inget apa emangnya yang semalam?""Gak ada ih, sudah
Ternyata mencari kontrakan yang diinginkan tidak mudah, kadang ada plus dan minusnya. Sudah dua jam mereka berkeliling mencari di daerah itu, tapi sayangnya belum dapat yang sesuai juga. "Minum dulu, kamu pasti capek," ucap Adrian perhatian. Kayla menerima sebotol air mineral itu, tidak lupa mengucapkan terima kasih. Sekarang mereka sedang ada di sebuah taman, suasana sore hari cukup ramai di sini. Kebanyakan yang bermain anak-anak, apalagi banyak permainan juga di sini. "Dari beberapa tempat yang sudah kita datangi tadi, apa belum ada yang sreg buat kamu?" tanya Adrian. "Hm entahlah, aku bingung.""Bingung kenapa?""Kadang tempatnya sudah lumayan nyaman, tapi sayangnya harganya itu mahal. Terus kebalikannya, harga murah tapi tempatnya gak terlalu nyaman."Adrian mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, "Iya sih bener juga, tapi untuk opsi satu aku gak terlalu masalahin.""Maksudnya?""Kamu tenang saja Kay, aku akan bekerja keras supaya bisa punya pendapatan lumayan. Aku kan yang n
"Assalamu'alaikum, kami pulang."Hana yang membukakan pintu langsung tersenyum melihat dua anaknya itu, segera mempersilahkan nya masuk. Melihat keduanya yang duduk di sofa sambil mengatur nafas, membuat Hana bingung sendiri. "Kalian kenapa kaya kecapean gitu?" tanyanya. "Gak papa Bu, tadi habis main kejar-kejaran sama Kayla," jawab Adrian. "Ibu kira kenapa, kalian kaya anak kecil aja ya." Tetapi melihat senyuman di bibir mereka, membuatnya ikut senang, "Gimana? Sudah dapat?""Belum," geleng Kayla, "Banyak yang kurang sreg.""Ternyata belum, Ibu kira sudah dapat. Jadi selama itu kemana aja?""Ya cari ke tempat lain lagi, tapi gak dapet yang aku mau," jawab Kayla. Hana menghela nafasnya, "Sampai kamu cari kemana pun, kayanya gak akan ada yang sesuai kemauan kamu Kayla. Kalau mau tempat tinggal yang sesuai keinginan kamu, buat rumah aja sendiri."Kayla mengerucutkan bibirnya mendapatkan nasihat yang cukup menohok itu dari Ibunya. Tetapi sepertinya benar, Ia terlalu pemilih. Habisnya
Acara pindahan mereka sebenarnya tidak terlalu repot karena tidak membawa banyak peralatan rumah. Setelah sampai langsung membersihkan kontrakan terlebih dahulu, setelah itu beres-beres barang. "Kayanya kita butuh lemari baru," ucap Kayla. "Ah iya benar, kalau sama aku gak bakal cukup.""Hehe maaf ya, baju aku kebanyakan sampai yang kamu gak muat banyak.""Gak papa, nanti kita belanja ya.""Iya."Sebenarnya kontrakannya bersih dan terang juga, hanya saja memang untuk ukuran mereka yang dulu tinggal di apartemen merasa sedikit sempit. Tetapi dari semua kontrakan yang sudah mereka datangi kemarin, yang ini memang paling bagus. "Maaf ya Kay," ucap Adrian tiba-tiba. "Maaf kenapa?" tanya Kayla bingung. "Nanti kalau semisal aku punya uang lebih, kita bisa pindah ke apartemen lagi. Aku juga pengen nabung uang, semoga dalam waktu dekat ini kita bisa punya rumah."Mendengar perkataan tulus itu, tidak bisa berbohong membuat Kayla terharu. Ia pun mendekati suaminya itu dan memeluknya bebera
Saat sedang membereskan kamarnya, perhatian Kayla teralih mendengar nada dering di ponselnya. Melihat jika Ibunya lah yang menghubungi, membuatnya tersenyum dan langsung mengangkat. "Hallo Bu, aku dan Adrian sudah selesai belanja kebutuhan barang di kontrakan. Ternyata banyak juga ya, apalagi untuk di dapur. Tapi tadi pas belanja seru banget, bener-bener ngerasa kaya istri beneran."["Memangnya selama ini kamu merasa bukan menjadi istri?"]Kernyitan terlihat di kening Kayla mendengar perkataan Ibunya yang cukup ambigu, "Ya enggak juga, cuma tadi kan baru pertama kali kita belanja."["Malam ini datang lah ke rumah, ada yang ingin Ibu bicarakan dengan kalian."]"Memangnya apa? Tidak bisa besok saja? Aku dan Adrian merasa capek."["Tidak bisa, Ibu butuh penjelasan dari kalian sekarang. Ibu tunggu."]Panggilan pun di akhiri begitu saja oleh Ibunya, membuat Kayla bingung dan merasa sikap Hana sedikit berbeda malam ini. Nada bicaranya pun terdengar ketus, Ibunya itu Baik-baik saja kan? "S
"Kenapa Ibu tahu sih?" kesal Kayla sambil mengusap wajahnya kasar. "Kayanya ini salah aku."Kayla langsung menatap suaminya itu, "Maksudnya?""Aku lupa nyimpan kontrak itu di sana, sampai gak dibawa pas pindahan.""Gimana kamu sampai lupa sih? Kan itu barang penting, kamu aja selalu ingetin aku takut ada yang ketinggalan.""Aku minta maaf.""Ibu sudah tahu sekarang, dan dia gak mau dengerin penjelasan apapun dari kita. Sekarang harus bagaimana?"Adrian lalu berdiri dari duduknya, "Aku akan bicara berdua dengan Ibu, semoga saja dia berkenan.""Kamu yakin?""Iya Kay, Ibu harus tahu kalau sekarang kita sudah menjadi pasangan sungguhan.""Aku minta bantuan kamu untuk yakinkan Ibu ya Adrian.""Iya."Adrian yakin Ibu mertuanya itu ada di kamarnya, membuatnya langsung kesana untuk bertemu. Setelah mengatur nafasnya beberapa kali, Adrian pun baru memberanikan diri mengetuk pintu. "Siapa?" tanya Hana dari dalam dengan suara seraknya. "Ini saya Bu, saya ingin bicara.""Tidak ada, tinggalkan
Kayla menjatuhkan tubuhnya di ranjang sambil menangis terisak. Rasanya sedih sekali karena menganggap Adrian terlalu mudah melepaskannya, Kayla ingin di pertahankan dan di perjuangkan. Perempuan itu jadi meragukan, apakah pria itu benar mencintainya? "Hiks padahal aku sudah jatuh cinta pada dia, tapi.. Tapi kenapa jatuh cinta harus sesakit ini?" isaknya. Padahal mereka sudah merencanakan banyak hal di masa depan, hidup bersama dengan bahagia sebagai pasangan suami istri. Memang selalu saja ada cobaannya, sebelum-sebelumnya tidak pernah sampai serumit ini. Tok tok! "Kay, aku boleh masuk?"Tangisan Kayla malah semakin keras mendengar suara Adrian di luar kamar. Untuk meredam suara tangisannya itu, Kayla sampai menutup wajahnya dengan bantal. Perempuan itu sampai tidak sadar jika Adrian sudah masuk dan duduk di sebelahnya. "Kay, aku minta maaf," ucap Adrian lirih. Melihat perempuan itu yang langsung menghentikan tangisan saat mendengarnya, membuat Adrian dilanda rasa gugup. Apakah
Satu minggu kemudian.. Acara pernikahan Kayla dan Adrian diadakan di sebuah ballroom sebuah hotel berbintang. Acara akad di pagi hari dan malamnya pesta bersama para tamu. Cukup banyak tamu yang hadir, dan kebanyakannya adalah klien kerja Adrian. "Selamat ya Pak Adrian, kami ikut senang anda menemukan jodohnya. Kalian tampak serasi sekali.""Ah iya, terima kasih juga sudah hadir kesini. Katanya anda sampai pulang dari luar negeri ya?""Iya, saya tentu harus hadir di acara penting anda ini.""Terima kasih, saya merasa sangat spesial."Untuk beberapa saat mereka bisa bernafas lega karena tamu berhenti datang. Adrian menoleh menatap Kayla yang duduk di sebelahnya, perempuan itu sedang minum sebotol air mineral dengan rakus. Melihat ada sedikit air di sudut bibirnya, membuatnya menghapusnya. "Capek ya?" tanya Adrian. "Iya, tapi seru.""Maaf aku undang banyak tamu.""Gak papa, kamu dan teman kerja kamu kan harus menjalin hubungan baik. Lagian pesta pernikahan ini cuma sekali, gak akan
"Kami berangkat dulu Kek," pamit Adrian. "Iya, hati-hati di jalan. Adrian, sering-sering lah ajak Kayla kesini.""Pasti."Sebenarnya mereka betah sekali di rumah itu, menghabiskan waktu dengan banyak kegiatan menyenangkan. Tetapi rencananya kan hari ini juga Adrian ingin berkunjung ke rumah Hana, membicarakan tentang hubungannya yang ingin serius dengan Kayla. "Kita beli sesuatu dulu ya buat Ibu," ucap Adrian. "Enggak usah lah.""Jangan dong, aku gak enak. Kalau misal dibeliin kue, Ibu suka gak?""Suka kok.""Ya sudah, kamu ya yang pilihin kue-kuenya, aku gak terlalu tahu.""Iya."Setelah membeli banyak macam kue untuk calon mertuanya itu, mereka melanjutkan perjalanan. Adrian gugup sekali, merasa khawatir saja dengan reaksi Hana nanti saat bertemu dengannya lagi. Semoga saja baik. "Assalamu'alaikum Bu," ucap Kayla memanggil dengan suara keras. Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka dari dalam. Hana terlihat terkejut melihat pria yang berdiri di sebelah putrinya, sampai membua
Saat Kayla membuka matanya, indra penciuman nya langsung dimanjakan oleh wangi masakan enak. Perempuan itu beranjak duduk lalu melirik ke bawah, Adrian sudah tidak ada dan kasur lantainya pun dirapihkan. Kayla lalu turun dan langsung mengeceknya ke dapur. "Sedang apa?"Adrian menoleh, "Hei, sudah bangun?""Iya, aku bangun kesiangan.""Aku sedang buat nasi goreng, maaf ya pakai dapurmu tanpa izin dulu.""Kau berlebihan, anggap saja rumah sendiri.""Hehe terima kasih."Tadinya Kayla akan mandi dulu, tapi melihat Adrian yang sudah selesai masak dan memindahkan ke piring membuatnya memilih sarapan lebih dahulu. Mereka duduk bersebelahan di sofa sambil menyantap nasi goreng dengan toping sosis dan telur mata sapi itu. "Aku kangen banget sama masakan buatan kamu, akhirnya bisa nyobain lagi," ungkap Kayla dengan senyuman lebarnya. "Gimana rasanya? Masih enak?""Masih kok, malahan lebih enak.""Ya sudah, nanti aku akan masakin kamu setiap hari."Kayla terkekeh kecil lalu menggeleng, "Engga
"Sana pulang.""Kamu ngusir aku?""Bukan ngusir, tapi kan ini bukan tempat tinggal kamu.""Iya sih, tapi aku pengen nginep di sini. Boleh gak?"Kayla langsung menggeleng, "Enggak, nanti kalau orang lain tahu ada laki-laki nginep di kontrakan aku bisa gawat.""Bilang aja kalau kita sebentar lagi juga menikah," ucap Adrian polos. "Memangnya kapan kamu mau nikahin aku? Aku gak mau di php in lagi ah.""Terserah kamu maunya kapan, besok juga bisa kok.""Jangan bercanda," dengus Kayla. Adrian hanya terkekeh kecil, mungkin bagi Kayla menganggapnya begitu, padahal Ia memang serius. Apalagi sekarang Adrian sudah menjadi seorang pengusaha yang banyak uang, tentu Ia bisa mengatur acara pernikahannya walau hanya satu malam dengan menyuruh seseorang. "Lihat di luar hujan besar, aku tidak bisa pulang," ucap Adrian sambil menunjuk ke arah jendela. "Memangnya kamu kesini naik apa?""Em motor," bohong Adrian. "Terus motornya dimana? Kok tadi aku lihat di depan gak ada.""Aku parkir di tempat lain
Hari ini menjadi hari paling berkesan bagi Kayla. Setelah pertemuannya dengan Adrian, sampai pria itu yang mengantarnya juga kembali ke kantor. Selama bekerja Kayla sampai tidak bisa fokus, bahkan terus tersenyum-senyum. "Bagaimana tadi? Semuanya lancar, kan?" tanya Gavin penasaran. "Em lancar Pak.""Jadi apa Pak Adrian itu sudah setuju akan bekerja sama dengan perusahaan kita?""Sepertinya?""Masih sepertinya ya? Padahal saya berharap sekali kamu bisa meyakinkan dia untuk bekerja sama dengan kita. Kamu tenang saja, nanti akan saya berikan bonus.""Beneran Pak?""Iya, asalkan dia sudah setuju.""Gampang kalau gitu, saya pasti bisa yakinkan beliau untuk mau kerjasama dengan perusahaan kita.""Baiklah Kayla, saya pegang ya kata-kata kamu.""Iya, Bapak tenang saja."Kayla pulang ke kontrakannya di jam biasa, kali ini dengan menaiki grabcar karena sedang gerimis. Sesampainya di tempat tinggalnya itu, Ia langsung membersihkan diri. Nanti Kayla akan membeli makan malam di restoran depan g
"Pak saya--""Tidak apa Kayla, malah ini kesempatan bagus. Mungkin kamu juga bisa membantu beliau agar semakin yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan kita. Saya bisa percayakan semua pada kamu, kan?"Kayla mengerang di dalam hati enggan melakukan perintah itu. Masalahnya Kayla sudah bisa menebak jika yang akan dibicarakan Adrian nanti sepertinya tentang masalah pribadi, bukan tentang kerja sama ini. "Saya akan pulang lebih dulu, kamu saya izinkan.""Iya Pak.""Jangan terlalu gugup Kayla, sepertinya ini juga bukan pertemuan pertama kalian, kan?""Entahlah.""Kalau gitu saya pergi dulu, semoga lancar ya."Setelah kepergian bosnya itu, Kayla memilih meminum jusnya menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan. Ia lalu melihat Adrian yang sudah kembali dari toilet, semakin mendekat membuat detak jantungnya semakin cepat. "Dia sudah pergi?" tanya Adrian yang baru duduk. "Sudah.""Baguslah, jadi tidak ada yang mengganggu.""Ekhem memangnya apa yang mau anda bicarakan? Tentang pekerjaan,
"Kayla, kamu dipanggil Pak Gavin ke ruangannya," ucap salah satu teman kerjanya memberitahu. "Hah? Sekarang?""Iya.""Huft baiklah."Padahal Ia sedang asik memakan salad buahnya, tapi perintah atasan tentu harus di laksanakan saat itu juga. Kayla terlebih dahulu mengetuk pintu ruang kerja itu, setelah diperintah masuk langsung masuk. Gavin memintanya duduk di depannya lewat lirikan mata. "Ada apa ya Pak memanggil saya?" tanya Kayla. "Siang ini, kamu ikut saya bertemu klien ya.""Maaf tapi saya kan cuma bagian Marketing, kenapa harus ikut ya?" Seharusnya kan yang ikut itu sekertaris Gavin. "Ini permintaan langsung dari klien, mungkin saja dia kenal kamu.""Kalau boleh tahu siapa namanya?""Sayangnya dia meminta saya merahasiakan ini dari kamu, mungkin dia mau memberi kejutan."Kernyitan terlihat di kening Kayla merasa bingung mendengar itu. Klien kerja Gavin itu kira-kira siapa ya? Aneh sekali, kenapa ingin bertemu dengannya. Detak jantung Kayla mulai cepat, perempuan itu tiba-tiba
"Kayla, sudah mau pulang?" tanya Gavin saat keluar ruangan. "Iya Pak.""Mau pulang dengan saya?"Astaga pria itu, tidak lelah memangnya hampir setiap hari menawarkan tumpangan? Sudah tahu akhirnya juga nanti akan Ia tolak. Kayla menggeleng sambil berusaha tersenyum. "Ya sudah tidak apa, nanti lain kali saja ya," ucap Gavin, "Oh iya, ini untuk kamu.""Apa ini?""Kado dari saya, tadi pagi kan saya sudah janji bakalan ngasih kamu kado.""Tapi kan saya sudah bilang tidak perlu.""Tidak apa, sekali-kali. Ayo terima."Karena menolak takut dianggap tidak menghargai, dengan terpaksa Kayla pun menerima paperbag itu sambil mengucapkan terima kasih. Bukannya merasa senang, Ia malah merasa terbebani mendapat hadiah seperti ini dari suami orang lain. "Semoga suka," ucap Gavin. "Iya Pak, kalau begitu saya permisi. ""Hati-hati di jalan."Awal-awal bekerja di sini Kayla merasa nyaman saja, tapi semakin kesini Ia mulai tidak nyaman karena Gavin. Pasti semua orang mulai curiga kepadanya, apalagi s
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu