Saat sedang asik berduaan, suara pintu apartemen diketuk membuat mereka terhenti. Adrian memilih beranjak untuk membukakan pintu, ekspresi wajahnya menjadi datar melihat yang datang ternyata Abimanyu. "Dimana Kayla? Dia sudah siap belum?" tanya Abimanyu. "Silahkan masuk dulu," ucap Adrian berusaha sopan. Dua pria itu masuk dan pandangan mereka langsung tertuju pada Kayla di sofa. Perempuan itu yang melihat Abimanyu datang, membuatnya langsung bergegas ke kamar untuk bersiap berangkat. "Abimanyu, saya boleh minta sesuatu pada kamu?"Abimanyu menoleh, "Apa?""Tolong jangan bersikap kasar pada Kayla, dia perempuan.""Dari mana kamu tahu kalau saya suka bersikap kasar?""Tadi saya tidak sengaja melihat luka lebam di pergelangan tangannya, katanya itu karena kamu."Abimanyu mencebikkan bibirnya langsung mengerti, memang Ia pun mengakui luka itu karenanya. Apa mungkin Kayla mengadu? Apa-apa an perempuan itu? "Namanya juga pasangan kekasih, pasti ada ributnya," celetuk Abi. "Jadi kamu
"Ayo masuk," ucap Abimanyu sambil membukakan pintu kamar hotel. Kayla pun masuk sambil menyeret kopernya. Ia lalu menyimpan kopernya itu asal sambil memperhatikan sekitar kamar yang di pesannya. Cukup luas, ada balkon juga yang bisa melihat pemandangan kota. "Loh Mas kok ikut masuk?" tanya Kayla bingung. "Memangnya kenapa?""Bukannya kita berbeda kamar ya?""Memangnya saya sempat bilang gitu sama kamu?"Tidak sih, batin Kayla. Abimanyu berjalan mendekati Kayla dan mengusap pipinya lembut, "Saya itu kan kesini pengen sekalian berduaan sama kamu, kapan lagi bisa begini."Kayla menelan ludahnya kasar merasa mulai tidak nyaman dengan suasana ini. Saat melihat wajah pria itu mendekat, membuatnya semakin panik. Apakah Abimanyu akan menciumnya? Tetapi untungnya sebelum bibir mereka bersentuhan, suara deringan ponsel yang nyaring menghentikan. "Ck siapa sih? Ganggu banget," dengus Abimanyu kesal. Ternyata itu panggilan dari Bella, membuatnya semakin kesal. Abimanyu sempat melirik Kayla,
Prang!Semua yang sedang bekerja terkejut mendengar suara keras itu, terlihat Adrian yang langsung berjongkok mengambil mangkuk yang terbuat dari aluminium. Ia kembali berdiri sambil meminta maaf dan tersenyum canggung. "Kenapa Adrian, aku perhatikan kamu dari tadi ngelakuin kesalahan terus?" tanya teman Koki nya. "Gak papa kok.""Masa ah? Bohong. Pasti sedang ada pikiran ya?"Adrian menghela nafasnya, "Iya, Kayla ada tugas di luar kota.""Pantesan aja, pasti sedih di tinggal istri."Entahlah apa Adrian sedih atau tidak, padahal perempuan itu pun pergi karena ada pekerjaan. Masalahnya perginya dengan Abimanyu, apalagi hanya berdua. Kalau saja bukan dengan Abimanyu, pasti Adrian akan lebih tenang. "Dari kapan istri kamu pergi?""Kemarin malam.""Emangnya perginya berapa hari?""Cuma tiga hari sih katanya.""Sebentar lagi, sabar." Temannya itu lalu menepuk-nepuk bahunya, "Emang sih pengantin baru itu pengennya terus bareng, masih mesra-mesra juga.""Emangnya kamu sudah nikah berapa l
"Kayla beruntung punya suami seperti kamu," ucap Bella dengan senyuman cerahnya. Adrian menggeleng pelan, "Saya juga beruntung memiliki istri seperti dia. ""Benarkah?""Iya.""Tapi kamu tampan loh, seorang koki lagi. Saya perhatikan juga, kamu punya sikap yang baik.""Terima kasih, tapi tentu setiap orang pasti memiliki kekurangannya."Adrian sebenarnya sedikit canggung berduaan dengan Bella, istri dari Abimanyu ini. Jika saat berempat waktu itu biasa saja, tapi kalau berdua begini cukup canggung. Adrian juga masih bingung kenapa perempuan itu malah mengajaknya. "Kamu tidak ada perasaan curiga pada istri kamu?" tanya Bella tiba-tiba. "Curiga bagaimana?""Khawatir begitu Kayla dengan suami saya di sana.""Tidak kok, saya percaya pada dia," jawab Adrian tanpa ragu. Padahal nyatanya Adrian tahu apa saja kejadian di sana yang Kayla dan Abimanyu lakukan, sampai tidur satu kamar juga. Sepertinya kalau Bella mengetahui ini akan marah, juga pastinya kecewa. "Kamu berbeda sekali dengan s
Sudah dua hari berlalu, selama itu juga Adrian sendirian di apartemen. Pria itu selalu menatap ponselnya, berharap Kayla sekedar mengirim pesan kepadanya. Tetapi sayangnya tidak ada. Adrian pun waktu itu sudah bilang tidak akan mengganggu. Ternyata mereka sama-sama gengsian. Ceklek!Saat sedang menonton bola di TV, Adrian terkejut mendengar pintu apartemen terbuka. Keterkejutan nya bertambah melihat kedatangan Kayla, tanpa bisa ditahan senyuman langsung terukir di bibir Adrian. "Kayla, kamu sudah pulang?" tanyanya sambil menghampiri. "Hehe iya, sengaja gak bilang soalnya kejutan.""Ya ampun, akhirnya ya kamu pulang juga.""Kenapa? Kamu kesepian ya di apartemen gak ada aku?" gurau Kayla sambil terkekeh kecil. "Iya."Tawa Kayla terhenti mendengar jawaban yang terkesan jujur itu, bahkan Ia bisa melihat hanya lewat tatapannya saja. Padahal tadi Kayla sedang bergurau, tapi tidak diduga Adrian tidak malu mengungkapkannya. "Em dimana pacar kamu itu?" tanya Adrian mengalihkan. "Dia suda
Keluar dari kamarnya, Kayla langsung disuguhi wangi masakan enak. Ia segera pergi ke meja makan, di pantri terlihat Adrian yang sedang memasak. Terlihat profesional sekali, memang seorang Koki dan orang biasa sangat berbeda saat memasak. "Lagi buat apa?" tanya Kayla. "Nasi goreng, kita sarapan sama ini ya.""Iya, terserah sama apa saja."Merasa nasi gorengnya sudah matang, Adrian pun langsung memindahkannya ke piring. Ia membawanya ke meja makan dimana Kayla menunggu dari tadi. Sepiring untuknya dan seporsi lagi untuk Kayla. "Wah kelihatan enak," puji Kayla. "Kamu suka daging kambing gak?" tanya Adrian. "Gak terlalu, kenapa emangnya? Jangan-jangan.. ""Iya, itu nasi goreng kambing."Kayla kembali melirik nasi gorengnya, Ia sampai mengangkat piringnya itu untuk mencium wanginya yang enak, termasuk memastikan sesuatu. Kayla lalu mencoba menyuapkan nasi dan potongan kecil daging itu. "Em enak," ucap Kayla sambil memberikan jempol tangannya, "Kamu pinter banget masak.""Gimana? Bau
Untung saja saat kembali dari rumah sakit, Adrian tidak dimarahi Manajer nya. Teman-teman nya pun dapat mengerti dengan alasannya yang malah dianggap sangat baik. "Adrian, itu di depan ada yang nyariin kamu," teriak salah satu temannya memberitahu. "Siapa? Apa Kayla?""Bukan, laki-laki. Badannya besar, kaya bodyguard gitu."Adrian tidak tahu itu siapa, tidak mau terlalu penasaran membuatnya ke depan untuk melihat langsung. Walaupun di depan sedang banyak pengunjung, tapi Adrian langsung bisa melihat ciri fisik seseorang yang katanya sedang mencarinya itu. "Maaf, apa anda yang mencari saya?" tanya Adrian mendekat. Pria tinggi itu berbalik menghadap nya, Adrian tanpa sadar menelan ludah kasar karena aura pria itu terlihat kuat. Pakaiannya rapih sekali, serba hitam dengan kaca mata se warnanya juga. Malahan tingginya pun lebih darinya. "Apa kamu yang bernama Adrian?""I-iya, anda kenal saya?" tanya Adrian balik. "Kamu yang tadi pagi menyelamatkan Pak Agung Bagaskoro?""Betul.""Say
"Lalu Ibu kamu dimana?" tanya Agung yang terlihat ingin banyak tahu. "Kedua orang tua saya sudah meninggal. ""Begitu ya, tapi sekarang kamu tidak kesepian karena ada istri kamu.""Iya," jawab Adrian sambil tersenyum. "Katanya kamu bekerja di restoran menjadi Koki?""Betul.""Apa betah bekerja di sana?""Sejauh ini saya nyaman.""Kamu ingin mendapatkan pengalaman baru?""Tentu ingin, tapi maksud anda bagaimana?""Apa kamu sudah mengetahui sedikit latar belakang saya?"Adrian lalu cerita jika waktu itu Ia terpaksa mencari identitas Agung di tasnya, Ia pun sempat menduga jika pria paruh baya itu adalah orang terpandang di dunia bisnis. Adrian tentu tidak lupa mengucapkan maaf karena tindakan tidak sopannya itu. "Saya adalah Direktur Utama di perusahaan Kapal Pesiar itu," ucap Agung. "Saya merasa terharu karena bisa kenal dan bertemu langsung dengan orang hebat seperti anda. ""Mungkin kita di pertemukan karena sudah takdir, ya kan?""Betul Pak.""Kamu pernah bekerja di Kapal Pesiar
Satu minggu kemudian.. Acara pernikahan Kayla dan Adrian diadakan di sebuah ballroom sebuah hotel berbintang. Acara akad di pagi hari dan malamnya pesta bersama para tamu. Cukup banyak tamu yang hadir, dan kebanyakannya adalah klien kerja Adrian. "Selamat ya Pak Adrian, kami ikut senang anda menemukan jodohnya. Kalian tampak serasi sekali.""Ah iya, terima kasih juga sudah hadir kesini. Katanya anda sampai pulang dari luar negeri ya?""Iya, saya tentu harus hadir di acara penting anda ini.""Terima kasih, saya merasa sangat spesial."Untuk beberapa saat mereka bisa bernafas lega karena tamu berhenti datang. Adrian menoleh menatap Kayla yang duduk di sebelahnya, perempuan itu sedang minum sebotol air mineral dengan rakus. Melihat ada sedikit air di sudut bibirnya, membuatnya menghapusnya. "Capek ya?" tanya Adrian. "Iya, tapi seru.""Maaf aku undang banyak tamu.""Gak papa, kamu dan teman kerja kamu kan harus menjalin hubungan baik. Lagian pesta pernikahan ini cuma sekali, gak akan
"Kami berangkat dulu Kek," pamit Adrian. "Iya, hati-hati di jalan. Adrian, sering-sering lah ajak Kayla kesini.""Pasti."Sebenarnya mereka betah sekali di rumah itu, menghabiskan waktu dengan banyak kegiatan menyenangkan. Tetapi rencananya kan hari ini juga Adrian ingin berkunjung ke rumah Hana, membicarakan tentang hubungannya yang ingin serius dengan Kayla. "Kita beli sesuatu dulu ya buat Ibu," ucap Adrian. "Enggak usah lah.""Jangan dong, aku gak enak. Kalau misal dibeliin kue, Ibu suka gak?""Suka kok.""Ya sudah, kamu ya yang pilihin kue-kuenya, aku gak terlalu tahu.""Iya."Setelah membeli banyak macam kue untuk calon mertuanya itu, mereka melanjutkan perjalanan. Adrian gugup sekali, merasa khawatir saja dengan reaksi Hana nanti saat bertemu dengannya lagi. Semoga saja baik. "Assalamu'alaikum Bu," ucap Kayla memanggil dengan suara keras. Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka dari dalam. Hana terlihat terkejut melihat pria yang berdiri di sebelah putrinya, sampai membua
Saat Kayla membuka matanya, indra penciuman nya langsung dimanjakan oleh wangi masakan enak. Perempuan itu beranjak duduk lalu melirik ke bawah, Adrian sudah tidak ada dan kasur lantainya pun dirapihkan. Kayla lalu turun dan langsung mengeceknya ke dapur. "Sedang apa?"Adrian menoleh, "Hei, sudah bangun?""Iya, aku bangun kesiangan.""Aku sedang buat nasi goreng, maaf ya pakai dapurmu tanpa izin dulu.""Kau berlebihan, anggap saja rumah sendiri.""Hehe terima kasih."Tadinya Kayla akan mandi dulu, tapi melihat Adrian yang sudah selesai masak dan memindahkan ke piring membuatnya memilih sarapan lebih dahulu. Mereka duduk bersebelahan di sofa sambil menyantap nasi goreng dengan toping sosis dan telur mata sapi itu. "Aku kangen banget sama masakan buatan kamu, akhirnya bisa nyobain lagi," ungkap Kayla dengan senyuman lebarnya. "Gimana rasanya? Masih enak?""Masih kok, malahan lebih enak.""Ya sudah, nanti aku akan masakin kamu setiap hari."Kayla terkekeh kecil lalu menggeleng, "Engga
"Sana pulang.""Kamu ngusir aku?""Bukan ngusir, tapi kan ini bukan tempat tinggal kamu.""Iya sih, tapi aku pengen nginep di sini. Boleh gak?"Kayla langsung menggeleng, "Enggak, nanti kalau orang lain tahu ada laki-laki nginep di kontrakan aku bisa gawat.""Bilang aja kalau kita sebentar lagi juga menikah," ucap Adrian polos. "Memangnya kapan kamu mau nikahin aku? Aku gak mau di php in lagi ah.""Terserah kamu maunya kapan, besok juga bisa kok.""Jangan bercanda," dengus Kayla. Adrian hanya terkekeh kecil, mungkin bagi Kayla menganggapnya begitu, padahal Ia memang serius. Apalagi sekarang Adrian sudah menjadi seorang pengusaha yang banyak uang, tentu Ia bisa mengatur acara pernikahannya walau hanya satu malam dengan menyuruh seseorang. "Lihat di luar hujan besar, aku tidak bisa pulang," ucap Adrian sambil menunjuk ke arah jendela. "Memangnya kamu kesini naik apa?""Em motor," bohong Adrian. "Terus motornya dimana? Kok tadi aku lihat di depan gak ada.""Aku parkir di tempat lain
Hari ini menjadi hari paling berkesan bagi Kayla. Setelah pertemuannya dengan Adrian, sampai pria itu yang mengantarnya juga kembali ke kantor. Selama bekerja Kayla sampai tidak bisa fokus, bahkan terus tersenyum-senyum. "Bagaimana tadi? Semuanya lancar, kan?" tanya Gavin penasaran. "Em lancar Pak.""Jadi apa Pak Adrian itu sudah setuju akan bekerja sama dengan perusahaan kita?""Sepertinya?""Masih sepertinya ya? Padahal saya berharap sekali kamu bisa meyakinkan dia untuk bekerja sama dengan kita. Kamu tenang saja, nanti akan saya berikan bonus.""Beneran Pak?""Iya, asalkan dia sudah setuju.""Gampang kalau gitu, saya pasti bisa yakinkan beliau untuk mau kerjasama dengan perusahaan kita.""Baiklah Kayla, saya pegang ya kata-kata kamu.""Iya, Bapak tenang saja."Kayla pulang ke kontrakannya di jam biasa, kali ini dengan menaiki grabcar karena sedang gerimis. Sesampainya di tempat tinggalnya itu, Ia langsung membersihkan diri. Nanti Kayla akan membeli makan malam di restoran depan g
"Pak saya--""Tidak apa Kayla, malah ini kesempatan bagus. Mungkin kamu juga bisa membantu beliau agar semakin yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan kita. Saya bisa percayakan semua pada kamu, kan?"Kayla mengerang di dalam hati enggan melakukan perintah itu. Masalahnya Kayla sudah bisa menebak jika yang akan dibicarakan Adrian nanti sepertinya tentang masalah pribadi, bukan tentang kerja sama ini. "Saya akan pulang lebih dulu, kamu saya izinkan.""Iya Pak.""Jangan terlalu gugup Kayla, sepertinya ini juga bukan pertemuan pertama kalian, kan?""Entahlah.""Kalau gitu saya pergi dulu, semoga lancar ya."Setelah kepergian bosnya itu, Kayla memilih meminum jusnya menghilangkan rasa tercekat di tenggorokan. Ia lalu melihat Adrian yang sudah kembali dari toilet, semakin mendekat membuat detak jantungnya semakin cepat. "Dia sudah pergi?" tanya Adrian yang baru duduk. "Sudah.""Baguslah, jadi tidak ada yang mengganggu.""Ekhem memangnya apa yang mau anda bicarakan? Tentang pekerjaan,
"Kayla, kamu dipanggil Pak Gavin ke ruangannya," ucap salah satu teman kerjanya memberitahu. "Hah? Sekarang?""Iya.""Huft baiklah."Padahal Ia sedang asik memakan salad buahnya, tapi perintah atasan tentu harus di laksanakan saat itu juga. Kayla terlebih dahulu mengetuk pintu ruang kerja itu, setelah diperintah masuk langsung masuk. Gavin memintanya duduk di depannya lewat lirikan mata. "Ada apa ya Pak memanggil saya?" tanya Kayla. "Siang ini, kamu ikut saya bertemu klien ya.""Maaf tapi saya kan cuma bagian Marketing, kenapa harus ikut ya?" Seharusnya kan yang ikut itu sekertaris Gavin. "Ini permintaan langsung dari klien, mungkin saja dia kenal kamu.""Kalau boleh tahu siapa namanya?""Sayangnya dia meminta saya merahasiakan ini dari kamu, mungkin dia mau memberi kejutan."Kernyitan terlihat di kening Kayla merasa bingung mendengar itu. Klien kerja Gavin itu kira-kira siapa ya? Aneh sekali, kenapa ingin bertemu dengannya. Detak jantung Kayla mulai cepat, perempuan itu tiba-tiba
"Kayla, sudah mau pulang?" tanya Gavin saat keluar ruangan. "Iya Pak.""Mau pulang dengan saya?"Astaga pria itu, tidak lelah memangnya hampir setiap hari menawarkan tumpangan? Sudah tahu akhirnya juga nanti akan Ia tolak. Kayla menggeleng sambil berusaha tersenyum. "Ya sudah tidak apa, nanti lain kali saja ya," ucap Gavin, "Oh iya, ini untuk kamu.""Apa ini?""Kado dari saya, tadi pagi kan saya sudah janji bakalan ngasih kamu kado.""Tapi kan saya sudah bilang tidak perlu.""Tidak apa, sekali-kali. Ayo terima."Karena menolak takut dianggap tidak menghargai, dengan terpaksa Kayla pun menerima paperbag itu sambil mengucapkan terima kasih. Bukannya merasa senang, Ia malah merasa terbebani mendapat hadiah seperti ini dari suami orang lain. "Semoga suka," ucap Gavin. "Iya Pak, kalau begitu saya permisi. ""Hati-hati di jalan."Awal-awal bekerja di sini Kayla merasa nyaman saja, tapi semakin kesini Ia mulai tidak nyaman karena Gavin. Pasti semua orang mulai curiga kepadanya, apalagi s
"Hah akhirnya selesai juga," desah Kayla sambil meregangkan badannya yang pegal. Perempuan itu melirik jam tangannya yang ternyata sudah menunjukan pukul tujuh malam. Ia lembur beberapa jam, tapi untungnya tidak sampai larut malam juga. Kayla beranjak untuk bersiap pulang, membereskan barang-barangnya. "Loh Kayla, kamu belum pulang?" tanya salah satu atasannya. "Belum Pak, pekerjaannya baru selesai tadi.""Kalau ada kesulitan, jangan sungkan bertanya pada saya. Mungkin saya bisa bantu."Kayla menggeleng pelan, "Tidak perlu Pak, saya masih bisa kok.""Kamu memang pintar."Keduanya turun ke lantai bawah bersama, hanya mereka saja yang berada di lift itu. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kayla memilih memainkan ponselnya dan melihat media sosialnya. "Kamu pulang sendiri?" tanya atasannya itu yang bernama Gavin. "Iya Pak, saya pulang biasa naik ojek online saja," jawab Kayla. "Sudah malam, mau saya antar pulang?""Tidak perlu Pak, saya pulang sendiri saja," tolak nya. "Kamu selalu