Saat tangan pria paruh baya itu bergeser ke bawah, Claire bergegas mendekat dan menahan pergelangan tangannya. Setelah itu, dia segera menendang untuk menjatuhkannya ke tanah. "Anak ini masih begitu kecil, apa kamu nggak memiliki rasa malu?"Pria paruh baya itu jelas terkejut. Meskipun terlihat kesal, dia juga takut membuat masalah. Itu sebabnya, dia segera bangkit dan melarikan diri. Claire tak kuasa mengernyit. Bagaimana bisa orang berengsek seperti itu muncul di sekolah? Hal ini bisa mencelakai para murid.Setelah itu, Claire pun menoleh ke arah anak yang baru saja diselamatkannya. Akan tetapi, ekspresi bocah ini membuatnya cukup terkejut. Bocah laki-laki ini memiliki penampilan yang sangat lembut dan cantik, bahkan lebih menarik daripada Jessie. Dia memiliki pupil mata yang berwarna pucat, kulitnya sangat putih dan halus, rambutnya sedikit keriting, dan bulu matanya terlihat panjang.Pada umumnya, bocah yang mengalami kejadian seperti ini pasti akan ketakutan. Namun, bocah ini terl
Pandangan Javier tampak makin membara, tetapi dia masih menahan diri dan menciumnya dengan lembut. Kemudian, pria itu berkata, "Aku marah, jadi aku harus menghukummu."Claire merasakan rambut pendek yang terbenam di lehernya. Lengan kuat Javier segera mengangkat tubuhnya, sementara dia langsung memeluk leher Javier untuk menjaga keseimbangan. Di dekat pintu, mereka melepaskan semua hasrat dan bermesraan.Saat ini, langit sudah gelap. Lampu di sekitar ranjang tampak bersinar redup dan menyelimuti kulit mulus Claire dengan cahaya hangat. Rambut hitam wanita itu terurai di atas bantal.Seseorang masuk ke dalam kamar tidur. Saat merasakan pergerakan di ranjang, Claire baru perlahan membuka matanya dan mendapati Javier yang tengah duduk di tepi ranjang. Pria itu menyentuh pipinya sembari bertanya, "Kamu tidak mau makan?"Claire berguling di tempat tidur sembari menjawab, "Aku haus." Suaranya terdengar serak akibat hari yang penuh tekananMendengar jawaban itu, Javier segera mengambil segela
Javier secara refleks memeluknya makin erat dan mengecup dahi Claire. …Dua hari kemudian, muncul tren populer tentang Charine di Twitter. Berita Charine yang dihajar di jalanan oleh "istri sah" menjadi bahan perbincangan di kalangan para sosialita.Claire meletakkan ponselnya yang sudah dimatikan di samping. Saat ini, seorang staf wanita mengetuk pintu. Claire pun mendongak sembari berkata, "Silakan masuk."Staf wanita itu membawa dokumen dan memasuki kantor Claire. Setelah berjalan mendekat, dia melaporkan, "Bu Claire, ada seorang model yang ingin menjadi duta merek perhiasan 'Couple' dari merek Soulna kita. Dia mengirimkan portofolionya kepada kita."Claire menerima dokumen tersebut dan agak terkejut ketika melihatnya. Nama di dokumen tersebut adalah Chelsea Lukito. Wanita di foto pasfoto itu memiliki fitur wajah yang elegan. Chelsea bukanlah tipe wanita cantik yang mencolok saat dilihat sekilas, tetapi cukup memikat untuk dikenang.Tinggi badannya adalah 176 sentimeter, yang tergo
Claire sangat terkejut sehingga bertanya, "Kapan?"Setelah berpikir sejenak, Louis pun menjawab, "Aku datang ke pesta tahun terakhir di SMA kalian."Itu sudah berlalu sangat lama, bahkan Claire pun tidak bisa mengingatnya lagi. Setelah itu, dia menatap Louis dengan heran. Bagaimana dia bisa mengetahui masalah dikeluarkannya Candice dari klub musik di universitas? Bukankah Louis telah menyelidiki terlalu rinci?Claire teringat dengan sesuatu, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku akan memberitahumu, tapi sebagai imbalan, kamu harus menjawab pertanyaanku dulu."Kemudian, wanita itu bertanya sambil tersenyum, "Apa tujuan pernikahanmu dengan Candice?"....[ Supermodel Chelsea Lukito Sudah Kembali. ]Candice duduk bersila di sofa sambil menyantap salad buah. Saat menelusuri Twitter, matanya terpaku pada topik populer ini. Bisa-bisanya Chelsea telah kembali. Hais, mantan kekasih Louis telah kembali. Pernikahan mereka pasti akan gagal, bukan?Candice pun menusukkan garpu ke potongan semangka.
Vincent mengundang Louis masuk ke ruang kerjanya dan duduk di depan meja, lalu menyuruh pelayan membawa teh yang telah dipersiapkan. Sementara itu, Louis mengamati ruang kerja tersebut. Dekorasi di ruangan ini tampak sederhana dan juga kuno. Rak buku dipenuhi dengan buku-buku klasik hingga modern yang menunjukkan bahwa mereka adalah keluarga terpelajar.Setelah teh selesai diseduh, Vincent hendak menuang teh untuk Louis. Namun, Louis langsung menghentikan Vincent, "Paman, biar aku saja."Vincent tersenyum dan menimpali, "Tidak apa-apa." Dia mendesah sesudah menuang teh, lalu melanjutkan, "Hari ini perbuatanku sangat memalukan."Louis memegang cangkir teh sembari berucap, "Paman memang bersikap tegas kepada Candice. Tapi, aku yakin Paman nggak pernah bersikap kasar."Vincent tersenyum getir. Dia cukup sering memukul Candice, tetapi tidak pernah memukul Candice dengan kasar. Mungkin orang lain tidak tahu, sejak kecil, Vincent sangat menyayangi putri satu-satunya ini.Vincent menghela nap
Candice mengejar ayahnya dan berseru, "Ayah!" Namun, Vincent sudah kembali ke kamarnya dan mengunci pintu.Louis memandang Candice yang berdiri di luar. Sementara itu, Candice bergegas masuk, lalu mencengkeram kerah baju Louis dan membentak, "Louis, beraninya kamu mencari tahu tentang masa laluku!"Louis menyahut dengan tenang, "Memangnya kamu punya masa lalu yang memalukan, ya?"Candice tidak menjawab. Louis melepaskan tangan Candice, lalu berdiri dan merapikan bajunya. Louis menatap Candice dan berucap, "Apa kamu merasa masalah waktu itu memang kesalahanmu?"Candice tertegun, dia mengepalkan tangannya dengan erat dan bertanya, "Apa maksudmu?"Louis mendekati Candice dan menjawab, "Aku yakin kamu bukan orang seperti itu."Louis keluar dari ruang kerja dan meninggalkan Candice yang terdiam di tempat. Setelah beberapa saat, Candice merasa sangat lemas.Sementara itu, Claire baru sampai di Grup Angkasa. Resepsionis yang sudah mengetahui identitas Claire menyapa dengan antusias, "Nyonya C
Javier melonggarkan dasinya dan berpesan kepada Roger, "Aku tidak pergi ke perjamuan lagi, bilang saja malam ini aku mau menemani istriku berendam." Roger terbengong-bengong.Saat malam, Claire sangat menyesal telah melontarkan ucapan seperti itu siang tadi. Javier benar-benar mengajak Claire berendam bersama untuk waktu yang lama. Claire bersandar di pelukan Javier dan mencium aroma di tubuh Javier, lalu bertanya, "Kamu yakin nggak jadi pergi ke perjamuan malam ini?"Javier menyibakkan rambut Claire yang basah dan menjawab, "Aku memang tidak ingin pergi. Dibandingkan dengan perjamuan, bukannya menemani istri lebih penting?"Claire tertawa, lalu berdiri dan melilit tubuhnya dengan handuk. Claire mengambil alat pengering rambut dan berjalan ke depan wastafel untuk mengeringkan rambutnya.Sementara itu, Javier berjalan ke belakang Claire dan mengambil alat pengering rambut dari tangan Claire, lalu mengeringkan rambut Claire dengan pelan seraya berkata, "Kelak aku yang akan mengeringkan r
Masalah waktu itu merupakan pukulan besar bagi Candice sehingga dia tidak bisa bangkit. Bukan hanya bernyanyi, dia bahkan tidak mau menyentuh alat musik lagi.Javier tertegun. Sudah jelas di dalam ingatannya sekarang, masalah Candice dan Naomi belum terjadi. Jadi, Javier tidak mengetahuinya. Claire menggenggam tangan Javier dan mendongak, lalu tersenyum dan berkata, "Karena kamu kenal dengan Tuan Aditya, apa kamu bisa membantuku agar aku bisa bertemu dengannya?"Javier menggendong Claire dan mendudukkannya di meja wastafel, lalu mendekati Claire dan bertanya, "Setelah bicara panjang lebar, ternyata kamu ingin bertemu dengannya?"Claire berbicara dengan ekspresi cemberut, "Kamu mau bantu, nggak?"Javier mencium telinga Claire dan menyahut, "Semuanya tergantung pada performa istriku."Malam itu, Claire telah berusaha "melayani" Javier untuk waktu yang lama. Namun, Javier tetap saja tidak merasa puas dan menaklukkan Claire sepenuhnya. Ketika hampir pagi hari, Javier memeluk Claire yang te