Javier mengerutkan keningnya. “Apa Mario tahu hubungannya dengan Keluarga Martini?”Roger mengangguk. “Seharusnya dia tahu. Hanya saja, Keluarga Martini tidak mengakui Karen. Meskipun Mario tahu hubungannya dengan Keluarga Martini, dia juga hanyalah anak haram yang tidak diakui oleh Keluarga Martini.”Intinya, Mario hanyalah mempermainkan perasaan anak muda itu. Seandainya Karen bisa mendatangkan keuntungan untuknya, dia pasti sudah menikahi Karen dari dulu.Tetiba Roger kepikiran sesuatu, lalu menambahkan, “Oh ya, Tuan Javier, belakangan ini Nona Claire berhubungan dekat dengan Nona Cherry, putri dari Carlos Martini. Sewaktu Nona Claire ke pelelangan batu judi, Candice dan Cherry juga pergi bersamanya.”Javier juga tidak berbicara lagi. Dia kepikiran dengan ucapan Claire sebelumnya yang mengatakan dirinya tidak ingin berutang budi kepada orang lain. Waktu itu, Keluarga Martini juga ikut campur dalam masalah bos Perusahaan Etina. Jangan-jangan “budi” yang dimaksud Claire adalah budi da
Jangan-jangan video itu tidak disimpan di dalam laptop?Setelah Karen mengakhiri panggilan, dia berusaha mengendalikan emosinya, lalu kembali duduk di tempat. “Aku sungguh berterima kasih karena Nona Alice bersedia untuk membantuku. Tapi sepertinya kalian datang ke sini bukan tanpa tujuan?”Tangan Claire yang sedang memegang gelas terhenti. Dia tidak menyesap tehnya, melainkan melihat Karen dengan serius. “Maksud Nona Karen ….”Karen menatap kedua mata Claire. “Aku sudah baca berita tadi. Kamu itu istrinya Javier. Dengan statusmu, mana mungkin kamu akan mengantar cincin langsung ke tangan pelanggan?”Claire menyesap tehnya, lalu berkata, “Aku takut kamu masih punya permintaan lain. Apa ada yang salah?”Setelah mendengar ucapan Karen tadi, hati Claire langsung merasa tenang. Dia pun tersenyum. “Aku memang adalah istrinya Javier, tapi aku adalah pemilik sekaligus desainer dari perusahaan perhiasan. Meskipun kamu bukan Nona Karen, aku juga akan memperlakukan orang lain seperti ini.”Karen
Claire menyipitkan matanya. “Tapi Mario juga nggak mungkin akan mencurigai Candice. Candice juga nggak tahu kamu yang mengekspos berita ini. Hanya kita berdua saja ….”Cherry menatapnya. “Aku percaya sama kamu. Tentu saja, kalau Mario mencarimu, kamu juga bisa menyebut namaku.”Claire menggeleng. Tatapannya terlihat serius. “Aku janji aku nggak akan pungkiri janjiku. Mengenai masalah video, aku akan cari cara untuk mendapatkannya.”Cherry meninggalkan Perusahaan Soulna. Saat mobilnya melaju pergi, wanita yang duduk di dalam mobil sedan biru menatap kepergiannya. Keningnya spontan berkerut. “Bukannya dia itu Cherry?”Charine juga kenal dengan Cherry. Hanya saja, dia tidak menyangka Cherry akan berjalan keluar dari Perusahaan Soulna. Jangan-jangan dia kenal sama Claire?Sore harinya, di Grup Angkasa.Matahari mulai terbenam. Javier duduk di atas bangkunya sembari membaca dokumen.Roger mengetuk pintu. Javier menyahut tanpa mengangkat kepalanya. “Masuklah.”Roger berjalan ke depan meja. “
Javier menggendong Claire duduk di atas meja, lalu menempelkan keningnya di atas kening Claire. “Apa aku gampang diajak kompromi?”Claire memeluk pinggangnya, lalu mengecup Javier. “Gimana kalau aku bayar dengan tubuhku?”Javier langsung menunjukkan wajah serius. “Sepakat!”Pagi harinya.Cahaya matahari masuk dari celah gorden menyilaukan Claire yang sedang tertidur. Claire mengulurkan tangannya ke samping ranjang, tetapi tidak ada orang disampingnya. Dia spontan menyadarkan dirinya, lalu terdengar suara ketuk keyboard di ujung sana.Claire berusaha melebarkan matanya. Dia juga tidak tahu kapan Javier terbangun. Sekarang dia sedang mengutak-atik ponsel dengan sangat fokus.Claire melirik jam di atas nakas. Sekarang baru jam tujuh pagi saja. Saat Javier mengangkat cangkir kopi, dia baru menyadari Claire sudah bangun. Senyuman di wajahnya terlihat sangat lembut. “Kenapa kamu bangun sepagi ini? Apa aku sudah membangunkanmu?”Claire memeluk bantal. Jujur saja, dia memang masih mengantuk sa
Dapat diketahui bahwa Javier terus menatap layar monitornya. Claire pun mendengus. “Sepertinya kamu sangat tertarik dengan video ini?”Javier merasa tidak berdaya. “Apa bagusnya melihat orang lain, aku juga bukan ….” Sambil berbicara, ujung bibir Javier melengkung ke atas. Dia mengangkat-angkat dagu Claire. “Kita juga bisa melakukannya.”Wajah Claire seketika merona.Javier tidak menggodanya lagi. “Sudahlah, aku lagi melihat apa ada video yang kamu cari.”Claire memalingkan kepalanya dengan perlahan. Video yang mencolok mata itu sudah ditutup oleh Javier. Saat ini, dia sedang membuka sebuah video yang sudah disimpan dari beberapa tahun lalu.Tetiba Claire menegakkan tubuhnya. Orang di dalam video itu tak lain adalah Cherry. Video ini memang sudah direkam sejak beberapa tahun lalu, tapi perubahan wajah Cherry tidaklah besar.Cherry ditindih seorang lelaki di atas ranjang. Dia berusaha keras untuk meronta. Video hanya berdurasi sekitar dua menit. Di bagian belakang, tampak Cherry menanca
Mario mendorong Karen. Dia pun merasa syok. “Mario ….”Mario mengeluarkan sebatang rokok, lalu memasukkannya ke dalam mulut dan menyalakannya. “Meskipun aku menikahimu, Keluarga Chaniago juga tidak akan menerimamu. Karen, kamu seharusnya tahu masalah ini.”Senyuman di wajah Karen langsung menjadi kaku. “Jadi, kamu lagi membohongiku?”Mario juga kehilangan kesabarannya. “Aku telah memberimu vila, mobil, dan uang. Apa kamu masih belum puas?”Pundak Karen seketika gemetar. Dia yang berumur 25 tahun bersama dengan Mario yang berumur 48 tahun. Dia telah menjadi simpanan dalam lima tahun ini. Untuk apa Karen melakukan semua ini?Tentu saja demi menjadi istri Mario! Demi membalas dendamnya kepada Keluarga Martini! Namun apa hasil yang didapatnya? Karen merasa sangat emosional. “Mario, apa kamu lagi mempermainkanku?”Mario menampar Karen hingga terjatuh ke lantai. “Kamu hanyalah simpananku. Kamu tinggal di rumahku dan menggunakan uangku. Apa kamu pantas memintaku untuk melakukan apa yang kamu
Bianca terkejut menatap Mario dengan tatapan tidak percaya. Mario mencekik lehernya, lalu bertanya, “Demi bercerai denganku, kamu malah mengekspos hubunganku dengan Karen?”Tetiba Bianca tertawa. “Kamu merasa semua ini perbuatanku?”Mario juga tidak berbicara. Saat ini, seorang wanita masuk bersama dua pengawal. Wanita itu tak lain adalah Cherry.Ketika Karen melihat Cherry, dia pun tertegun. “Shelly?”Shelly adalah nama Cherry sebelum dia mengganti namanya. Karen sangat familier dengan wajah wanita ini. “Kamu sudah kembali?”Tentu saja Mario tahu Shelly adalah putri dari Keluarga Martini. Hanya saja, dia sungguh tidak menyangka wanita ini akan muncul di rumahnya. Menyadari Mario sedang di rumah, Cherry juga tidak merasa takut. Dia pun berkata pada Mario, “Aku dengar-dengar Pak Mario lagi menyelidiki pelaku yang mengekspos gosip kalian?”Mario spontan tersenyum menyeringai. “Sepertinya kamu tidak punya waktu luang untuk ikut campur dalam masalah ini?”“Kenapa nggak?” Cherry tersenyum
Dari tadi Karen terus menggenggam ponselnya. Dia bahkan tidak mengizinkan Mario untuk menyentuh ponselnya. Sebab, ada “rahasia” yang tidak boleh diketahui orang lain di dalamnya.Sebelumnya Karen juga sempat berpikir. Jika Mario tidak bersedia untuk menikahinya, dia akan mengekspos rahasia di dalam ponselnya. Jika rencana Karen hancur, dia juga tidak akan membiarkan Mario hidup tenang.Hanya saja, bagaimana Cherry bisa mengetahui video itu?Menyadari ekspresi gugup di wajah Karen, Cherry pun percaya dengan omongan Claire. Ternyata memang ada video yang akan digunakannya untuk mengancam Mario.Mario juga tidaklah bodoh. Tentu saja dia menyadari ada yang menjanggal dalam masalah ini. Dia memerintah Karen untuk mengeluarkan ponselnya. Namun, Karen bersikeras tidak menyerahkannya.Cherry menyuruh pengawal untuk menahan Karen ke lantai. Karen tak berhenti meronta. “Shelly, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan? Kalau kamu tahu ada sesuatu di ponselku, apa kamu nggak takut ….”Omongan Karen
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs