[ Jangan-jangan hamil? ]Jules sudah mempersiapkan sarapan. Jessie yang mengenakan piama berjalan menuruni tangga. Dia diam-diam memeluk Jules dari belakang. Tangan gatal Jessie mulai meraba-raba dada Jules.Jules menahan tangan Jessie, lalu tersenyum. “Pagi-pagi malah menempel sekali?”Jessie menyandarkan dagu di atas pundak Jules. Dia juga tersenyum. “Belakangan ini kamu sangat menahan hasratmu? Apa kamu nggak tergoda dengan keindahanku?”Jules mematikan api kompor, kemudian membalikkan tubuhnya untuk memeluk pinggang Jessie. “Apa kamu lupa siapa yang ribut mau pisah kamar waktu itu?”Jessie pun merasa canggung. Dia menunduk dan tidak berbicara lagi.Jules menggendong Jessie untuk duduk di atas meja. Dia mendekati wanita itu, lalu bertanya, “Apa kamu lagi menyalahkanku?”Kedua tangan Jessie menopang wajah Jules. “Salah aku nggak sanggup mengejar tenagamu. Tenang saja, mulai besok aku akan olahraga.”Jules menyipitkan matanya. “Olahraga apa?”“Diet.” Jessie mengelus lemah di bagian pi
Setelah sampai di area parkiran, Jessie memasuki mobil, lalu menangis membenamkan kepalanya di dalam pelukan Jules.Derrick membalikkan kepalanya. “Ada apa dengan Nona?”Kenapa menangis seperti ini?Jangan-jangan Jessie tidak hamil? Jadi, dia merasa kecewa?Jules mengusap kepala Jessie, lalu tertawa. “Kamu sudah akan menjadi seorang ibu. Kenapa malah menangis? Apa kamu tidak malu?”Jessie mendengus ringan. “Nggak ada urusannya sama kamu.”Jules mencium bulu mata basah Jessie. “Gimana kalau anak kita cengeng nantinya? Setiap hari aku mesti bujuk anak kita, kemudian bujuk ibu dari anak kita. Emm, sepertinya kehidupan seperti itu tidak tergolong buruk.”Jessie pun tertawa. Dia mengangkat tangan untuk memukul Jules.Jules menahan Jessie di dalam pelukannya. “Akhirnya kamu tersenyum juga?”Jessie membenamkan kepala di bagian leher Jules. Dia tidak berbicara.Jules menyuruh Derrick untuk mengendarai mobil. Sewaktu di perjalanan, sepertinya Jessie sengaja. Dia mengembuskan napasnya di leher J
Beberapa tamu juga ikut tersenyum. “Ternyata menantu pilihan Tuan Tobias cukup berbakat.”Jodhiva mengangguk sedikit kepalanya dengan tersenyum. “Pujian kalian sudah berlebihan.”Tentu saja Tobias juga merasa gembira dan puas. “Jody itu anak sulung Tuan Javier. Saat usianya masih muda, dia pun sudah mengikuti kakek buyutnya untuk latihan. Ariel saja puas sama dia, mana mungkin aku tidak puas?”“Tuan Javier? Jangan-jangan ….”“Tidak usah ditebak lagi. Tuan Javier yang kumaksud berasal dari Keluarga Fernando di ibu kota.”Semua orang merasa kaget. Ternyata pasangan Ariel adalah putra sulung dari Javier. Pantas saja, wibawanya kelihatan berbeda.Saat ini, di kamar tamu Restoran Sameton.Penata rias sudah selesai merias wajah Ariel. Ketika melihat wajah indah dari dalam cermin, penata rias pun memuji, “Struktur wajah Nona Ariel boleh dikatakan sempurna. Begitu dirias, kamu jadi mirip artis-artis saja.”Dessy yang berada di samping sedang mencari anting-anting untuk Ariel. “Nona memang cant
Hampir semua wajah Ariel ditutup oleh kipas. Dia berbisik, “Jangan omong kosong! Ayo, kita pulang.”Senyuman Jodhiva semakin lebar lagi. “Oke, kita pulang sekarang.”Setelah kembali ke Kediaman Keluarga Oswaldo, para pelayan sedang sibuk menaburkan kelopak bunga mawar di depan pintu. Jodhiva menoleh mengulurkan tangannya ke sisi Ariel yang menuruni mobil.Ariel menurunkan kelopak matanya, lalu meletakkan tangan di atas telapak tangan Jodhiva.Di bawah tatapan semua orang, Jodhiva menggandeng tangan Ariel berjalan ke dalam aula. Tobias dan Firman duduk di meja utama.Sepasang pengantin melakukan ritual pernikahan seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya.Ketika melihat gambaran ini, selain merasa gembira, Tobias juga merasa pilu. Dia merasa gembira akhirnya putrinya telah menikah. Sementara, hal yang memilukan hati adalah kelak sang putri juga menjadi putri orang lain.Firman memergoki Tobias yang diam-diam menyeka air matanya. Dia meletakkan cangkir teh, lalu berkata, “Astaga, k
Wajah Dessy langsung merona. Dia pun segera melarikan diri.Setelah turun ke tingkat bawah, Dessy bergegas berbisik di samping Tobias, “Sepertinya Nona dan Tuan Muda nggak bisa turun sekarang.”Mana mungkin Tobias si rubah licik itu tidak mengerti makna tersirat dari ucapan Dessy. Dia pun melambaikan tangannya. “Sudahlah, kamu jaga di atas. Jangan sampai ada yang mengganggu mereka.”Dessy menepuk-nepuk pundaknya sendiri. “Serahkan padaku.”Hampir pukul setengah sepuluh malam, Ariel memeluk selimut dengan kesal. Padahal dia sudah kelaparan, sekarang dia malah disiksa. Anehnya, Ariel malah merasa puas ….Jodhiva membalikkan tubuhnya, menyandarkan kepala dengan satu tangannya. Jari tangannya mulai memainkan rambut panjang Ariel. Dia menatap raut kesal Ariel dengan tersenyum. “Apa kamu masih belum puas?”Ariel duduk sembari membungkus tubuhnya dengan selimut. Dia menggunakan ekspresi paling galak untuk mengatakan, “Puas!”Jodhiva pun tertawa. Dia merangkul Ariel di dalam pelukannya, lalu m
“Jangan!” ucap Ariel dengan buru-buru. Sepertinya Jodhiva sendiri juga tidak menyangka. Ternyata masakannya akan menjadi senjata jitu dalam mendapatkan Ariel.“Kamu mau makan, tapi kamu tidak bersedia untuk memaafkanku.” Jodhiva sengaja menunjukkan ekspresi sedihnya. “Aku bingung harus bagaimana lagi.”“Sejak kapan aku bilang aku nggak akan memaafkanmu?”Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Kalau begitu, kamu sudah maafin aku?”Ariel mengulurkan tangannya untuk mengambil piring dari tangan Jodhiva. “Tentu saja, apa aku itu orang berhati sempit? Untuk apa seorang wanita marahan sama seorang pria?”Jodhiva mengesampingkan tangan Ariel. “Sudahlah, lebih baik aku makan sendiri.”“Jangan ….” Ariel langsung memeluk Jodhiva dari belakang. “Aku benar-benar sudah lapar. Kasih aku saja, ya.”Jodhiva tertegun di tempat. Apa Ariel sedang bermanja-manja? Dia bagai seekor kucing saja yang sedang manja demi mendapatkan makanan. Jodhiva memalingkan kepala untuk menatap Ariel dengan tersenyum. “Pergi c
Anak buah juga tidak kalah hebatnya dari pria berkalung emas. Mereka berdua mulai berkelahi. Situasi menjadi menegangkan.Ada pengunjung yang langsung menghubungi polisi. Tidak lama kemudian, polisi pun datang untuk mengendalikan situasi.Di dalam kantor polisi, Hiro sedang duduk di atas bangku panjang. Dia tidak berbicara sama sekali. Sementara, pria berkalung emas terus menjelaskan kepada pihak kepolisian. Emosinya semakin membeludak saja. Hanya saja, dari rekaman CCTV, diketahui bahwa pria berkalung emas duluan turun tangan. Jadi, dia pun diberi hukuman.Yura bergegas ke kantor polisi. “Hiro, kamu memang semakin hebat saja, ya.” Dia berjalan mendekati Hiro. “Sudah jam berapa sekarang? Kamu berkelahi, kemudian panggil aku buat jadi penjaminmu? Apa kamu sudah gila?” Yura melipat kedua tangannya di depan dada dengan gusar. “Ternyata kamu tahu juga masalah ini cukup memalukan? Makanya kamu tidak berani kasih tahu anggota keluargamu?”Wajah Hiro lebam lantaran dipukul. Dia kelihatan s
Yura berjalan maju. Dia menarik kerah pakaian Hiro, lalu menjerit, “Kita semua sudah dewasa. Jangan mimpi di siang bolong lagi. Bukan semua hal di dunia ini akan diperlakukan dengan adil! Belum tentu semua yang kamu lakukan akan membuahkan hasil. Hiro, kalau bahkan kamu melepaskan dirimu sendiri, aku cuma bisa bilang, Jessie memang sudah melakukan keputusan tepat, nggak seharusnya dia memilihmu.”Tanpa ragu, Yura langsung melepaskan Hiro dan meninggalkan tempat.Saat ini, hanya tersisa Hiro seorang diri di tempat. Di bawah cahaya lampu kuning yang remang, bayangan tubuhnya membuatnya kelihatan sangat kesepian.Sesuai dugaan, berita perkelahian Hiro di bar telah viral di media sosial. Hiro juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Dia tidak berbicara panjang lebar lagi, langsung meninggalkan reporter tanpa menoleh sama sekali.Saat Jessie sedang menyantap sarapannya, dia pun merasa terkejut ketika melihat berita ini. Dia merasa Hiro tidak mirip seperti orang yang akan berkelahi. Mun
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem