Pada akhirnya, anak-anak dibiarkan untuk foto bersama. Clara dan anak-anak lainnya disuruh duduk di samping Jennie. Mereka melakukan foto bersama untuk kenang-kenangan.…Di dalam mobil, Ariel membuka foto bersama. Dia melihat beberapa saat dan dia pun merasa penat. “Kenapa aku mesti foto bersama kalian?”Jodhiva yang sedang mengendarai mobil mengusap ujung bibir dengan satu jarinya. Dia pun tertawa. “Selamat bergabung menjadi bagian Keluarga Fernando.”Ariel memalingkan kepalanya. “Hubungan kita masih belum sampai tahap seperti itu.”Jodhiva melirik Ariel sekilas. Tiba-tiba mobil dihentikan di samping jalan. Dia membalikkan tubuhnya untuk mendekati Ariel. “Bagaimana caranya biar bisa sampai tahap itu?”Ariel tidak bisa menjawab.Jodhiva mengusap ujung mata Ariel. Tatapannya tertuju pada bibir Ariel. Padahal Ariel hanya terbengong sejenak saja, sesuatu yang hangat langsung menempel di atas bibirnya. Bulu mata Ariel bergerak. Kedua tangannya menindih di atas dada Jodhiva.Ciuman itu me
Jerremy menahan tangan Dacia. “Dacia, kamu ….”“Jadi aku sudah memutuskan.” Dacia menarik dasi Jerremy. Kerah pakaiannya ditarik hingga kusut. Dacia pun mendekatinya. “Aku akan berdiri di jarak yang paling dekat sama kamu. Meski aku nggak bisa berdiri di titik setinggi kamu, semuanya juga bukan masalah bagiku. Setidaknya aku bisa menjadi diriku sendiri.”Jerremy mengira Dacia ingin mengatakan ucapan hendak meninggalkannya. Dia pun tertegun di tempat. Beberapa saat kemudian, Jerremy memeluk Dacia. Bayangan tubuh mereka saling bertumpang tindih di kaca jendela. “Kapan kamu pulangnya?Dacia memeluk leher Jerremy. “Besok pesawat sore. Jadi ….”Jerremy menindih Dacia di depan jendela, lalu mencium bibirnya. Dacia melepaskan jas Jerremy dan membuangnya ke lantai. Embun di depan jendela kaca mengaburkan pandangan. Tidak terlihat jelas hubungan dekat kedua orang. Hingga … terdengar suara tangis Jennie dari kamar sebelah.Dacia bersandar di atas pundak Jerremy, kemudian berkata dengan suara ser
Jerremy melihat pelukannya yang terasa hampa itu. Saat bayangan Dacia menghilang dari dalam kerumunan, Jerremy baru meninggalkan tempat. Dia merasa agak merindukan Dacia, tidak tahu apa yang harus dia lakukan.Ponsel Jerremy berdering. Dia menerima panggilan dari Edwin.Jerremy mengambil ponsel untuk mengangkatnya. Edwin berkata, “Tuan Muda, Tuan Leo ingin bertemu denganmu.”Kening Jerremy menjadi berkerut. Saat ini, Leo sedang berada di lobi Grup Angkasa. Dia bahkan berkata jika Jerremy tidak bersedia untuk menemuinya, dia tidak akan meninggalkan perusahaan. Tidak peduli bagaimana Edwin membujuknya, dia tetap tidak meninggalkan tempat. Jadi, Edwin terpaksa menghubungi Jerremy.Ketika Jerremy menampakkan diri di lobi, Leo segera berlari pergi memeluk kaki Jerremy. Dia berlutut sembari meminta pengampunan. “Tuan Muda Jerry, semua ini salahku. Aku mohon kamu bisa memaafkanku. Aku bisa melakukan apa yang kamu inginkan, tapi aku mohon untuk jangan batalkan kerja sama kita.”Grup Angkasa t
Kening Jerremy berkerut. Jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan Dacia?Kebetulan Edwin berdiri di depan pintu. “Tuan Muda.”Jerremy kelihatan tidak fokus. “Ada masalah apa?”Edwin berkata, “Tuan Muda Jody datang.”Usai berbicara, Edwin memiringkan tubuhnya. Jodhiva pun muncul di belakangnya.Di dalam ruang kerja, Edwin menyeduh teh untuk mereka berdua, lalu meninggalkan ruangan.Jodhiva mengangkat cangkir teh. “Apa Dacia pulang ke Negara Hyugana?”Jerremy mengiakan, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.“Apa yang ingin kamu katakan? Tidak ada orang lain di sini.” Jodhiva yakin ada yang ingin dikatakan adiknya.Jerremy bersandar di tempat duduknya. “Sudah beberapa hari dia pulang. Dia malah tidak pernah telepon aku sama sekali. Aku khawatir sudah terjadi sesuatu sama dia.”Jodhiva tertawa. “Baru empat hari saja. Kamu malah khawatir seperti ini?”Jerremy melipat kedua lengan di depan dada. “Setidaknya dia bisa berkabar.”Jodhiva meletakkan cangkir teh ke depan bibirnya. “Mungkin sudah
Setelah Daniel membuka kulkas, tidak kelihatan ada apa pun di dalam kulkas. Dia kelihatan agak canggung. “Aku sudah lama tidak memasak. Kamu duduk dulu. Aku pergi beli bahan makanan dulu. Kamu mau makan apa nanti malam?”Dacia duduk di sofa. “Terserah. Semuanya boleh.”Daniel berjalan ke rak sepatu, lalu mengambil jaketnya. “Oke, kalau begitu, aku pergi sekarang.”Dacia memanggil Daniel. “Ayah.”Daniel memalingkan kepalanya dengan syok.Dacia berkata, “Kita pergi sama-sama.”Ayah dan anak pergi ke supermarket untuk belanja bahan makanan. Dacia sudah lama tidak jalan-jalan bersama ayahnya. Seingat Dacia, saat ayahnya membawanya main di luar sana, dia masih sangat kecil.Dalam sekilas mata, waktu 20 tahun sudah berlalu.Dulu sewaktu masih tinggal di rumah ini, sikap dominan ibunya dan sikap pengecut ayahnya membuat hubungan Dacia dengan ayahnya semakin menjauh saja.Daniel tidak tahu bagaimana berhubungan dengan putrinya. Dia kelihatan sangat berwaspada. Dia sungguh takut akan dibenci na
Ruang tamu hening dalam seketika.Daniel terbengong dalam waktu lama, baru menunduk. “Dacia … aku hanya … tidak mau merepotkanmu saja. Lagi pula, aku juga tidak perlu membuang begitu banyak uang. Aku bisa makan secukupnya. Bukannya sekarang hidupku baik-baik saja?”Dacia langsung tertawa. “Kamu bisa jujur sama aku. Apa Keluarga Ozara nggak punya uang lagi?”Daniel tidak berbicara.“Sejak aku pulang tadi, aku menyadari nggak ada mobil yang diparkirkan di luar sana. Kamu sudah menjualnya, ‘kan? Semua yang ada di rumah ini juga nggak berubah, tapi barang antik dan keramik yang dibeli Ibu malah sudah nggak kelihatan lagi.”Dacia menunjuk bagian rak yang kosong.Lidya terbiasa untuk hidup mewah. Barang antik dan keramik adalah barang berharganya. Dia tidak mungkin akan menjualnya. Jadi, hanya ada satu kemungkinan saja, yaitu setelah ibunya di penjara, ayahnya baru menjual koleksi ibunya, lalu membubarkan para pelayan.Jelas-jelas Daniel jago memasak, tetapi dia malah tidak tega untuk membel
Dacia tahu semalam ayahnya pasti menyimpan sisa makan malam semalam ke dalam kulkas. Ketika Daniel melihat kepulangan Dacia, dia merasa syok segera menutup pintu kulkas dan menjelaskan, “Semua itu hanya sisa makanan semalam saja. Sayang kalau dibuang ….”Dacia tidak berbicara sama sekali. Dia meletakkan sarapan di atas meja. “Lain kali masak secukupnya saja, biar nggak usah makan makanan sisa semalam.”Daniel juga berkata, “Iya, Ayah sudah ingat.”Kemudian, Dacia kembali mengingatkan, “Meski aku nggak lagi di rumah, kamu juga mesti ingat pesanku.”Daniel berjalan ke depan meja, lalu duduk di depan meja. “Apa kamu mau kembali ke akademi?”Dacia mengambil selembar roti tawar, lalu mengoleskan mentega. “Emm, aku akan kembali hari ini.”Baru saja Daniel hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara bel rumah.Dacia berdiri. “Aku saja yang buka.”Dacia pergi membuka pintu. Dia sungguh merasa syok ketika melihat pria di luar pintu. Dia merasa dirinya bagai sedang mimpi saja.Jerremy m
Daniel tidak berani membantah. Dia terpaksa menuruti kemauan putrinya.Jerremy memicingkan matanya. “Tamu?”Ternyata Jerremy hanyalah seorang tamu?Dacia membungkukkan tubuhnya untuk menatap Jerremy. “Ini rumahku, kamu dengar ucapan siapa, dong?”Jerremy menggertakkan giginya dan tersenyum. Dia menurunkan suaranya. “Oke, aku dengar apa katamu.”“Baguslah kalau begitu. Yang patuh.” Dacia mengeluarkan uang tunai, lalu memasukkannya ke dalam tangan Jerremy. “Ini uang untuk belanja makanan. Yang hemat, ya.”Jerremy terdiam membisu.Setelah Dacia kembali ke akademi, Jerremy pun pergi belanja bersama Daniel. Mereka berdua tidak banyak berbicara. Alhasil, suasana terasa canggung. Jerremy juga tidak memiliki kesan bagus terhadap keluarganya Dacia karena ulah Lidya dan Charles. Hanya saja, Daniel adalah ayahnya Dacia. Dia mesti menghargai Dacia.“Emm, siapa namamu?” Daniel duluan memecahkan suasana canggung. Entah siapa namanya. Dia terlihat canggung.Sikap Jerremy sangat santai. “Jerry.”Dani
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem