Share

Bab 116 Di Luar Dugaan

Penulis: Ziya_Khan21
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-11 19:00:10

Mobil berhenti di halaman rumah dengan perlahan. Keduanya turun tanpa banyak bicara, suasana masih terasa canggung sejak dari rumah sakit.

Saat Bianna hendak masuk ke rumah, ponselnya tiba-tiba bergetar di tangannya. Dia melirik layar dan langsung terkejut. Nama yang muncul di sana membuatnya refleks menghentikan langkah.

Kevin.

Jantungnya sedikit berdebar, bukan karena takut, tetapi lebih karena kaget. Apa yang pria itu inginkan sekarang?

Tanpa pikir panjang, Bianna segera melangkah ke arah samping rumah, mencari tempat yang lebih tenang untuk menerima panggilan ini. Dia tidak ingin Damian mendengar percakapannya.

Sementara itu, Damian yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah sempat melihat layar ponsel Bianna sebelum dia pergi. Tatapan matanya berubah dingin sesaat, tetapi dia tidak mengatakan apa pun.

Alih-alih bertanya atau menahan Bianna, Damian hanya melanjutkan langkahnya ke dalam rumah, seo
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (33)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
biar Kevin g melakukan tapi untuk percaya Tukan boong kayak dia susah sih
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
bia kan punya suami yang siaga om jadi aman lah
goodnovel comment avatar
Arkhan gultom
makanya dami klo cemburu ato suka bilang,jgn di pendam di dada ntr sesak loh wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 117 Godaan Itu

    Bianna masuk ke kamarnya dengan langkah cepat. Begitu dia menutup pintu belakang, matanya langsung menangkap sosok Damian yang sudah duduk santai di sofa kamar. Pria itu sudah berganti pakaian, mengenakan kaos hitam polos dan celana santai.Bianna mengerutkan kening, mengingat tadi tangannya terluka. Dengan sedikit rasa ingin tahu, dia bertanya, “Sudah tidak sulit mengganti pakaian?”Damian menoleh dengan santai, mengangkat alisnya sebelum menjawab, “Tidak juga.”Bianna hanya mengangguk kecil, berpikir untuk langsung masuk ke ruang ganti, tetapi sebelum dia sempat melangkah, Damian tiba-tiba menyeringai kecil dan menambahkan, “Kenapa? Kamu kecewa karena tidak bisa membantuku mengganti pakaian lagi?”Bianna, yang awalnya tidak berniat memperpanjang percakapan, langsung mendelik. “Apa?”Damian menyandarkan tubuhnya ke sofa, ekspresi menggoda masih terpampang di wajahnya. “Aku hanya bertanya, siapa tahu kamu diam-diam menikmati tugas itu kemarin.”Bianna mendengus keras. “Jangan mengada-

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 118 Pemilik Saham

    Mendengar ucapan Viella, Damian tertawa sinis. Bisa-bisanya wanita itu berpikir seperti itu. “Yang sebenarnya? Kamu bicara seolah-olah kamu tahu segalanya, padahal kamu hanya ingin mempermainkan aku lagi. Aku memang bodoh dulu karena terus menuntut penjelasan darimu. Tapi aku sudah tidak peduli. Aku tidak punya hati lagi untukmu, Vi.” Sejenak, di seberang telepon terdengar keheningan sebelum suara Viella kembali terdengar. Kali ini nadanya tidak lagi manis, melainkan tajam dan menusuk. “Kamu benar-benar sudah berubah, Damian.” Damian menyeringai dingin. “Tentu saja. Kamu pikir aku akan terus menjadi pria bodoh yang kamu manfaatkan? Aku sudah selesai denganmu.” Viella mendengkus. “Dan kamu pikir istrimu lebih baik dariku? Dia bahkan menggoda pria lain. Kamu hanya akan dipermalukan, Dami. Kenapa bertahan dengan wanita yang seperti itu?” Damian mengepalkan tangannya. “Sekali lagi aku bilang, jangan bicara omong kosong. Kamu tidak tahu apa-apa.” “Aku tahu cukup banyak,” potong

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 119 Tawaran Viella

    Damian duduk di ruangannya dengan ekspresi serius. Dia sudah sampai di kantornya lebih awal dari biasanya, pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian kemarin.Pintu ruangannya diketuk, lalu terbuka setelah Damian memberi izin. Innez masuk dengan membawa setumpuk dokumen yang sudah dia siapkan sejak tadi. "Ini informasi yang Anda minta, Tuan," katanya sambil meletakkan map cokelat di atas meja.Damian mengambilnya tanpa banyak bicara dan mulai membuka halaman pertama. Baru saja dia hendak membaca, Inez kembali bersuara."Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang lebih penting yang harus Anda tahu."Damian mengangkat pandangannya dan menatap sekretaris setianya itu dengan ekspresi bertanya. "Apa itu?"Inez tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya dia tetap mengatakannya. "Saham yang dimiliki oleh Mr. Robert ... sudah berpindah tangan."Damian mengernyit. "Sudah? Secepat itu?"Inez mengangguk. "Ya, se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 120 Menemui Viella

    Bianna duduk di depan meja kerjanya, matanya tertuju pada layar laptop yang menampilkan berbagai data saham Harland Group. Dia mengetuk-ngetukkan ujung penanya ke meja, sedangkan ekspresinya penuh dengan kebingungan dan frustasi.Sudah beberapa jam dia mencari informasi tentang pemilik terakhir saham Harland Group yang masih tersisa. Semua jalur yang dia coba seperti menemui jalan buntu. Bahkan koneksi yang dia miliki tidak bisa melacak siapa pemegang saham misterius itu.Saat itulah pintu ruangannya ada yang mengetuk dan tanpa pikir panjang, Bianna persilakan orang itu masuk. Pintu pun terbuka dan Sean masuk dengan langkah santai. “Kamu terlihat sangat kusut, Bia. Ada masalah?”Bianna menghela napas panjang sebelum menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. “Aku harus mencari pemilik saham terakhir Harland Group, tapi aku tidak bisa mendapatkannya. Setiap informasi yang aku coba cari selalu berakhir dengan jalan buntu.”Sean mengangkat alis, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 121 Kedatangan Damian

    Bianna berdiri tegak, menatap wanita di depannya tanpa gentar. "Apa kamu selalu mabuk di siang bolong dengan baju tidur seperti itu?" tanyanya santai, nada suaranya penuh sindiran. Tentu saja Bianna heran, sebab udara di luar sedang musim dingin, tetapi cara berpakaian Viella seperti orang yang tidak takut kedinginan.Viella terkekeh pelan. "Memangnya kenapa? Beginilah kehidupanku. Aku tidak menyangka akan kedatangan tamu spesial." Dia bersandar di ambang pintu, masih dengan senyum main-main. "Jadi, apa yang membawa seorang istri sah datang ke tempat mantan kekasih suaminya?"Bianna menggenggam erat tali tas jinjingnya sambil berkata, "Aku ingin tahu alasanmu membeli saham Harland Group."Viella menaikkan sebelah alisnya, lalu berbalik masuk ke dalam tanpa mengundang Bianna masuk. Namun, pintu tetap terbuka, seolah-olah mengizinkan Bianna untuk mengikutinya jika dia mau.Bianna menghela napas dan melangkah masuk. Apartemen itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 122 Penolakan

    "Aku tidak akan membeli saham itu dari Viella," ujar Bianna mantap. "Aku tidak ingin membuat kesepakatan dengannya."Damian ingin membantah, tetapi Bianna sudah berbalik, melangkah menuju pintu. Viella yang masih berdiri di dekatnya hanya tersenyum puas, seolah-olah menikmati pertunjukan ini."Bianna, tunggu!" Damian hendak menyusulnya, tetapi tiba-tiba tangan Viella menarik pergelangan tangannya."Jangan pergi dulu, Damian. Urusan kita belum selesai."Damian menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam, jelas tidak ingin berlama-lama berada di apartemen itu.Bianna, yang sudah berada di ambang pintu, menoleh sedikit dan berbicara tanpa menatap mereka. "Ambil waktumu. Aku akan menunggumu di bawah."Setelah mengatakan itu, Bianna keluar tanpa menoleh lagi.Damian mengepalkan tangannya. Perasaannya bercampur aduk antara amarah pada Viella, kekesalan pada situasi ini, dan entah k

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 123 Rasa Lain

    Damian dengan cepat mengejar Bianna, tangannya terulur untuk meraih pergelangan tangan wanita itu sebelum dia pergi terlalu jauh. Cengkeramannya tidak kasar, tetapi cukup kuat untuk menghentikan langkah Bianna.“Tunggu, Bia. Kenapa kamu berkata seperti itu?” Suara Damian terdengar putus asa, mencoba memahami gejolak dalam diri Bianna. “Apa salahnya kalau aku menemui Viella?”Bianna tidak langsung menjawab, dia hanya menatap Damian dengan mata yang mulai berkaca-kaca, seolah-olah menahan sesuatu yang tidak ingin dia tunjukkan. Hatinya terasa sesak, dan dadanya naik turun dalam tarikan napas yang berat.“Jadi … apa kamu akan kembali padanya?” tanya Bianna akhirnya, suaranya bergetar dan nyaris tidak terdengar.Damian terkejut. Dia menatap Bianna dengan kening berkerut, tidak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari mulutnya. Dia mendesah panjang, merasa kepalanya semakin sakit karena situasi ini.Dengan satu tangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 124 Rapat Kejutan

    Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan Mr. Lawrence, Bianna langsung kembali ke kantor. Sepanjang perjalanan, pikirannya masih dipenuhi dengan rencana besar yang akan dia jalankan. Kini, dengan 80% saham Harland Group berada di tangannya, dia memiliki kendali penuh untuk membawa perusahaan ke arah yang lebih baik.Begitu sampai di lantai tempat ruang kerjanya berada, Bianna melihat Esma yang langsung menghampirinya dengan wajah penuh harap."Nyonya Bianna! Bagaimana hasilnya? Apakah Anda berhasil?" Esma bertanya dengan antusias.Bianna berhenti sejenak, lalu menatap sekretarisnya dengan senyum tipis. "Ya, aku berhasil."Wajah Esma langsung berseri-seri. "Luar biasa! Selamat, Nyonya Bianna!" katanya dengan penuh semangat.Bianna mengangguk, lalu berjalan menuju ruangannya. Sebelum masuk, dia berbalik dan memberi instruksi."Esma, aku ingin kamu menghubungi semua pemegang saham. Aku akan mengadakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 178 Akhir yang Indah

    Enam bulan kemudianAngin sore bertiup lembut, mengusap wajah Rachel yang termenung di bangku taman dekat dengan rumahnya. Pandangannya kosong menatap danau buatan di depannya, pikirannya masih dipenuhi oleh satu hal yang sama selama enam bulan terakhir ini, penyesalan.Hampir setiap hari, dia mengulang kembali momen itu dalam pikirannya. Betapa bodohnya dia yang hanya diam saat Sean bertanya apakah dia harus pergi. Seharusnya saat itu Rachel mengatakan sesuatu. Seharusnya waktu itu Rachel memintanya tetap tinggal.Rachel menggenggam erat jemarinya sendiri, hatinya terasa sesak."Aku seharusnya mengatakannya …," gumamnya, lalu tiba-tiba dia berteriak kesal, "Aku seharusnya bilang jangan pergi!" Suaranya bergetar menahan tangis."Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya malam itu?"Rachel membelalakkan matanya. Mencerna suara yang baru saja dia dengar lalu dengan cepat dia berdiri dan menoleh ke arah suara itu.Di sana, berdiri sosok yang selama ini selalu ada dalam pikirannya.Sean.Rache

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 177 Kembali ke New York

    Perjalanan menuju rumah Rachel dipenuhi dengan keheningan. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, sedangkan Sean dan Rachel larut dalam pikiran masing-masing.Rachel menggenggam ujung mantelnya dengan erat, mencoba menahan sesuatu yang terasa mengganjal di dadanya. Sean di sampingnya tampak tenang, tetapi tatapannya lurus ke depan, seakan-akan menyembunyikan banyak hal yang ingin dia katakan.Mobil berhenti di depan rumah Rachel. Wanita itu membuka pintu mobil, tetapi sebelum turun, Sean akhirnya bersuara.“Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita.”Rachel membeku. Jari-jarinya yang memegang pegangan pintu menegang. Dia menelan ludah susah payah, berusaha mencari sesuatu untuk dikatakan, tetapi tenggorokannya terasa kering.“Kalau begitu .…” Rachel menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “hati-hati di perjalanan.”Sean tersenyum tipis, tetapi senyumnya terasa pahit.“Kau juga,” jawabnya.Rachel mengangguk pelan, lalu turun dari mobil. Sean tetap duduk di dalam, menatap punggung

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 176 Haruskah?

    Sean berdiri di tepi trotoar, menunggu dengan sabar di depan kantor tempat Rachel bekerja. Udara sore yang sejuk membelai wajahnya, sedangkan lalu lintas kota mulai ramai seiring jam pulang kerja.Tidak lama, pintu kaca otomatis terbuka, dan Rachel muncul dari dalam gedung dia antara banyaknya para pekerja yang keluar dari gedung itu. Dia tampak lelah, tetapi senyum tetap terukir di wajahnya saat matanya menangkap sosok Sean. Dengan riang, dia melambaikan tangan."Sean!" serunya, mempercepat langkah mendekatinya.Sean, yang kini sudah benar-benar pulih tanpa tongkatnya, membalas senyum Rachel. "Lama sekali. Aku hampir mengira kau sudah lupa kalau ada seseorang yang menunggumu di sini," godanya.Rachel tertawa kecil. "Sibuk, tahu? Tapi aku senang kamu datang menjemputku."Sean mengangkat bahu. "Aku ‘kan harus memastikan kamu tidak pulang terlalu larut. Siapa tahu ada orang asing yang mencoba merebut perhatianmu," ujarnya dengan nada bercan

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 175 Bersatu

    Waktu berlalu, dan akhirnya hari yang dinantikan tiba. Setelah menjalani pemulihan yang cukup panjang, Sean dan Steven hari ini sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Mereka sempat melalui berbagai pemeriksaan dan tes untuk memastikan kondisi keduanya benar-benar sudah pulih.Hari itu langit begitu cerah, seolah-olah ikut merayakan kesembuhan mereka berdua.Damian sudah menunggu di depan ruang rawat sang anak yang pintunya terbuka dengan penuh antusias. Tidak berapa lama, orang yang dia tunggu akhirnya keluar juga. Bianna tersenyum hangat sambil menggandeng tangan Steven yang terlihat lebih ceria dan sehat dibanding sebelumnya.“Siap pulang, jagoan?” Damian bertanya sambil mengusap kepala putranya dengan lembut.Steven mengangguk dengan semangat. “Siap, Daddy! Aku kangen rumah!”Dari arah sebelah kanan Damian, Sean juga baru keluar dari ruang rawatnya, pria itu melangkah dengan tenang, meskipun tubuhnya masih sed

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 174 Satu Keluarga

    Rachel menghela napas, tidak menyangka kalau Sean akan bertanya hal itu. Wanita yang menguncir rambut panjangnya itu lebih dulu menyesap air putih dari gelas yang ada di meja samping tempat tidur sebelum akhirnya menjawab, “Aku bertemu dengan Bianna lebih dulu, lalu dari situlah aku mulai mengenal Damian. Tapi aku bisa merasakan sesuatu yang aneh darinya. Dia selalu bersikap baik, tapi juga menjaga jarak seolah-olah … ada sesuatu dalam diriku yang mengganggunya.”Sean mengangkat alis. “Mengganggunya?”Rachel mengangguk pelan. “Aku tidak tahu pasti, tapi aku merasa dia melihatku bukan sebagai diriku sendiri … melainkan seseorang yang lain.”Sean menatap Rachel dalam diam. Pikirannya mulai menghubungkan banyak hal yang selama ini terasa samar. “Mungkin karena kamu mirip dengan Elara,” gumamnya lirih.Rachel menatap Sean, mencoba membaca ekspresinya. “Aku tidak pernah bertanya banyak, karena aku bisa merasakan sepertinya itu sesua

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 173 Steven Selamat

    Waktu terasa berjalan lambat bagi Damian dan Bianna yang menunggu di luar ruang operasi. Bianna duduk di bangku tunggu sambil terus meremas jemarinya sendiri, sedangkan Damian mondar-mandir di sepanjang lorong rumah sakit.“Aku tidak tahan lagi … ini sudah berjam-jam,” gumam Bianna dengan suara gemetar.Damian menghentikan langkahnya dan duduk di samping istrinya, menggenggam tangannya erat. “Mereka akan baik-baik saja. Sean kuat, begitu juga Steven.”Bianna mengangguk, meskipun kekhawatiran masih tergambar jelas di wajahnya. Sementara Eduardo duduk di bangku lainnya ditemani oleh Dion. Pria tua itu menunduk sembari merapalkan doa-doa demi keselamatan cucu dan cicitnya.Setelah hampir lima jam yang terasa seperti seumur hidup, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Dokter Rodriguez keluar dengan wajah tenang dan profesional didampingi seorang suster di sampingnya. “Dok, bagaimana keadaan mereka?” Damian langsung b

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 172 Hari Penting

    Damian menatapnya dengan sorot mata tajam, tetapi tetap tenang. “Bukan itu maksudku, Kak.”“Tapi itulah yang kamu katakan!” Sean mendekat, dadanya naik turun menahan amarah. “Kamu berbicara seolah-olah kehadiran Rachel itu seperti pengganti Elara! Seperti Elara tidak ada artinya bagimu!”Mendengar ucapan Sean, Damian mengepalkan tangannya. “Aku tidak pernah bilang begitu! Aku hanya mengatakan bahwa melihat Rachel … aku merasa sedikit lebih baik. Itu bukan berarti aku melupakan Elara!”Sean menggelengkan kepala dengan ekspresi tidak percaya. “Jangan bicara seolah-olah kamu lebih menderita dariku, Damian! Kamu bahkan tidak ada di sana saat Elara meninggal! Kamu tidak melihatnya sekarat di pelukanku! Kamu tidak merasakan ketakutan dan rasa bersalah yang menghantui setiap detik hidupmu!”Suasana semakin memanas, napas mereka berdua memburu.Damian menatap Sean dengan tatapan dingin. “Kamu pikir hanya kamu yang merasa kehilangan, Kak? Aku juga

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 171 Sean Marah

    Malam semakin larut, tetapi Damian belum juga bisa memejamkan mata. Dia menatap Bianna yang tertidur di samping Steven, memeluk putra mereka dengan penuh kasih sayang. Wajah putranya masih pucat, tetapi napasnya kini lebih teratur setelah mendapatkan perawatan intensif. Damian mengusap rambut Steven dengan lembut, memastikan bahwa putranya nyaman.Namun, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Sean.Dengan hati yang dipenuhi berbagai emosi, Damian bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari kamar rawat sang anak. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, mencari keberadaan Sean. Dia tahu bahwa saudaranya itu pasti masih ada di sekitar sini.Saat dia sampai di taman di balkon rumah sakit, langkahnya terhenti.Di sana, di bawah redupnya cahaya lampu taman, Sean sedang duduk di bangku panjang bersama Rachel. Keduanya tampak berbincang dengan santai. Rachel terkadang tertawa kecil, sementara Sean terlihat lebih rileks dibandingkan s

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 170 Membuka Hati

    Rachel tiba di rumah sakit, untuk menjenguk Steven. Saat dia melangkah ke dalam ruangan dan melihat ekspresi wajah semua orang, dia langsung menyadari bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi. “Apa yang terjadi?” tanyanya sambil menatap mereka satu per satu. Bianna menghapus air matanya dan tersenyum. “Kak Sean cocok sebagai donor sumsum tulang untuk Steven.” Rachel terkejut. Dia menoleh ke arah Sean yang hanya berdiri diam di sudut ruangan, tampak tenang seperti biasanya. Namun, di balik ketenangannya, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Sean. Rachel melangkah mendekat dan berkata pelan, “Kau benar-benar akan melakukannya?” Sean menatap Rachel dan mengangguk tanpa ragu. “Ya. Aku akan menyelamatkan keponakanku.” Rachel menatapnya dalam-dalam. “Itu … luar biasa.” Sean tidak menjawab, hanya menoleh kembali ke Damian dan Bianna. “Kalau begitu, aku akan menyelesaikan tes tambaha

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status