"Apa yang ingin kau katakan? Apakah kau akan mengatakan keinginan terakhirmu sebelum mati?" Daniel bertanya, memelototi Marvin. Tatapannya yang tajam membuat tulang punggung Marvin merinding."Bro, kau terlalu kasar padaku." Marvin menelan ludah, memaksakan senyum."Aku datang ke sini untuk menyelesaikan masalah dengan Charlotte dan ibunya.""Masalah apa?" tanya Daniel.Mendengar kata-kata Marvin, Clara menggigit bibir bawahnya, ada gelombang penghinaan melanda dirinya. Pengkhianatan ayahnya dengan menjualnya ke Marvin menjadi bekas luka yang tak terhapuskan di hati Clara. Meskipun dia bukan ayah biologis Clara, tapi mereka sudah hidup bersama selama hampir sepuluh tahun."Marvin, beri aku waktu. Aku akan segera mengembalikan uangnya," Clara serak, menatap dengan mata berkaca-kaca.Clara tidak ingin mengganggu Daniel lagi. Daniel sudah melakukan banyak hal untuknya, dan Clara tidak tahu bagaimana membalas budi dan kebaikannya."Berapa banyak mereka berhutang padamu?" tanya Daniel.Dan
Marvin seharusnya menerima perawatan di rumah sakit ini setelah dia terluka. Namun, mengingat kekacauan yang dia sebabkan sebelumnya, para dokter mengusirnya, tidak peduli untuk melihat lukanya. Akhirnya, bawahan Marvin tidak punya pilihan selain membawanya ke rumah sakit lain untuk perawatan. Rasa sakitnya sangat menyiksa, dan Marvin hampir pingsan di dalam mobil."Sialan! Aku belum pernah dipermalukan seperti ini!"Marvin mengeluarkan cek dari sakunya yang diberikan Daniel kepadanya dan melihat tanda tangan di sana, matanya berkobar karena marah dan benci."Tunggu dan lihat saja. Aku tidak akan melepaskanmu!"Semua orang mengira bahwa Marvin hanyalah penjahat lokal yang menjalankan kasino di kota Sungai Utara. Tetapi tidak ada yang tahu bahwa dia didukung oleh kekuatan dari orang-orang kuat, kasinonya hanyalah wilayah kecil dari kekuatan besar itu."Tidak, aku tidak akan ke rumah sakit. Aku ingin kau memesan tiket pesawat sekarang. Ayo kembali ke Sungai Utara." Marvin tidak akan per
Ekspresi wajah Gilda membuat Daniel geli. Gilda segera menundukkan kepalanya saat rona merah membakar pipinya."Tidak... maafkan aku."Gilda hanya ingin tahu apakah pria di depannya memang suami matrilokal dari CEO Aditama. Dia juga ingin tahu apakah rumor itu benar. Meskipun pria itu baru saja mendaftarkan informasinya, Gilda masih curiga bahwa Daniel hanya membodohinya. Tapi, tadi Gilda sudah menelepon ke kantor CEO dan benar bahwa pria itu memang pergi menemui CEO-nya."Tidak masalah. Aku di sini untuk bertemu istriku lagi. Tolong bantu aku naik lift!" kata Daniel, mengernyitkan alisnya, meletakkan tangannya di atas meja."Apakah Nona Agnes benar-benar istrimu?" Gilda bertanya dengan suara rendah, ada kilatan kecurigaan di dalam matanya.Jika Agnes memang istri pria di depannya, siapa pria lain yang diterima Agnes secara langsung waktu itu? Gilda memperhatikan bahwa Agnes tampaknya memiliki hubungan yang baik dengan pria yang datang menemuinya."Ya, aku adalah Arga pratama suaminya
Arga tidak tampak kompeten seperti yang dikatakan rumor, dan itu membuat Benni semakin kesal. Benni berpikir bahwa dia bisa mengalahkan Arga hanya dengan penampilan dan sikapnya, tetapi ternyata dia salah."Senang berkenalan denganmu."Daniel tersenyum dan meraih tangannya. Tetapi saat tangan mereka bersentuhan, Daniel menyadari bahwa tiba-tiba Benni mengerahkan kekuatan dan meremas tangannya dengan begitu kuat. Daniel hanya bisa tersenyum padanya.'Kau terlalu percaya diri tentang dirimu, kawan. Kau bukan tandinganku dalam hal kekuatan fisik, ' pikir Daniel.Benni terus meremas tangan Daniel. Dia yakin dengan kekuatannya. Dalam beberapa tahun terakhir ketika dia di luar negeri, Benni belajar taekwondo. Secara fisik dia lebih kuat daripada kebanyakan orang. Selain itu, Benni juga cukup terampil untuk bertarung secara bersamaan melawan tiga orang biasa. Daniel tidak mengerahkan banyak kekuatan; dia hanya membiarkan Benni memegang tangannya erat-erat."Arga, aku menyarankanmu untuk meni
Ketika Donnie mengambil alih hak untuk mengembangkan kawasan tersebut, Donni ingin mengubah tempat itu menjadi pusat komersial baru dan memanfaatkan lokasinya. Dalam enam bulan terakhir, Donni mencari rencana pengembangan yang bisa memuaskannya. Hampir pukul empat sore, Daniel dan Agnes tiba di tempat itu. Berkeliling, Daniel mengamati tanah yang akan dikembangkan. Masih ada beberapa bangunan tempat tinggal di dekatnya, yang sebagian besar sudah cukup tua. Jalanannya juga kosong, serta tidak banyak pejalan kaki. Tempat itu adalah tempat yang cukup tenang, meskipun akan segera menjadi ramai nantinya.Tetapi ketika Daniel melihat kesekeliling lebih jauh, Daniel menyadari bahwa fasilitas kesehatan maupun pendidikan sangat sedikit serta jauh. Terbukti bahwa hal itu cukup merugikan perkembangan ekonomi secara keseluruhan di tempat itu. Agnes terbangun di tengah pengamatan Daniel. Wajahnya memerah karena malu, saat menyadari bahwa dia tertidur di dalam mobil. Begitu Agnes benar-benar sadar
Agnes menggelengkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Begitu tawanya berhenti, dia menghela nafas dan menatap Daniel."Kupikir kau tidak tahu apa-apa. Ternyata kau tahu banyak!"Bagaimanapun, keluarga Pratama bukan orang biasa. Wajar bagi Arga jika memiliki begitu banyak pengetahuan. Agnes merasa bahwa dia telah meremehkan Arga selama ini. Mungkin Arga berpura-pura naif dan bodoh."Sayang, sebenarnya aku tahu banyak hal. Aku juga memiliki pemahaman yang baik tentang investasi, perawatan medis, apresiasi seni, IT, perencanaan bisnis, dan banyak lagi," kata Daniel merendah.Bagaimanapun, Daniel adalah orang ahli di hampir semua bidang yang dia sebutkan. Namun, Agnes menggosok pelipisnya dan menggelengkan kepalanya tanpa daya. Dia belum pernah melihat ada seseorang yang memuji dirinya sendiri tanpa malu-malu. Bagaimana Arga bisa tahu begitu banyak hal? Tampaknya sangat mustahil."Karena kau mengaku tahu banyak hal, kenapa kau tidak memberitahuku bagaimana memaksimalkan manfaat tempa
Jeritan tanpa sadar keluar dari mulut Daniel saat merasakan kehangatan darah di wajahnya."Pergi ke neraka!"Daniel memeluk Agnes dan menendang lelaki tua yang sudah berdiri untuk melawannya. Orang-orang di jalan mulai berteriak lagi ketika mereka melihat apa yang terjadi di sekitar Daniel. Mereka langsung membubarkan diri saat beberapa pemuda muncul entah dari mana dengan membawa senjata tajam. Mereka melompat ke arah Daniel dari belakang dan mengacungkan senjata itu ke arahnya. Daniel segera menarik Agnes ke dadanya dan menahan serangan mereka menggunakan satu lengannya. Hanya dengan satu sentakan, Daniel menyingkirkan senjata itu bahkan sebelum mereka menyentuhnya. Orang-orang itu terbang beberapa meter jauhnya dan terjatuh ke tanah, meringis kesakitan. Anggota badan mereka patah, dan tak bisa lagi berdiri, apalagi menyerang Daniel. Agnes, yang tampak meringkuk di dada Daniel, akhirnya mengangkat kepala dan menyadari apa yang sedang terjadi.Setelah menjatuhkan semua lawan, Daniel
Daniel tersenyum. Jelas bahwa beberapa orang dari keluarga Aditama sangat ambisius sehingga orang luar dapat mengetahui niat mereka. Namun, kali ini, Lenie tidak berpikir keluarga Aditama adalah satu-satunya yang terlibat. Setelah menginterogasi mereka, Lenie membawa bawahannya kembali ke kantor polisi.Kasus ini menjadi sensasional. Atasan polisi segera mengeluarkan perintah tegas untuk menyelidiki motif di balik insiden tersebut. Setelah Lenie pergi, Agnes dan Daniel pun pulang ke Villa. Begitu Made mendapat kabar, dia langsung menelepon untuk menanyakan kejadian tersebut dan memeriksa keadaan mereka. Made lega karena mereka tidak mengalami luka yang serius. Setelah menasihati mereka agar berhati-hati, Madepun menutup teleponnya. Agnes pergi ke kamarnya, mandi, dan berganti pakaian. Ketika Agnes keluar, dia melihat Daniel sedang duduk di sofa ruang tamu, dia menyeka tangannya yang terluka dengan handuk. Dokter menyarankannya agar Daniel melindungi lukanya dari air, Dia hanya bisa m