“Hanya bantuan kecil,” Nathan tidak merasakan apapun. “Tidak perlu begitu sungkan padaku.” “Tuan Nathan, tidak disangka, kekuatanmu begitu mengerikan! Pukulan yang begitu kuat itu tidak menyebabkan cedera sedikitpun pada tubuhmu!” ujar Milan mengingat kembali Nathan yang tadi menahan pukulan yang begitu kuat dari Halbar, dan dia merasa sedikit iri, kapan dia sendiri bisa memiliki kekuatan seperti itu, betapa hebatnya. Nathan hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun, dia juga tidak menyangka kekuatannya akan meningkat hingga tahap seperti ini. Sepertinya, obat kehidupan yang diberikan oleh Zephir kepadanya benar-benar barang berguna, dan berkali-kali lipat lebih berguna dibandingkan dengan obat kesehatan yang dia buat. “Tuan Nathan, orang-orang dari Lumina sudah tertangkap, kalau kamu ingin kembali ke Kota Vale, aku akan mengutus seseorang untuk mengantarmu,” Milan kembali berkata. “Kapten Milan, tidak perlu serepot itu, aku berencana untuk tinggal sementara waktu di Kota Moniya
“Tuan, bagaimana kita harus menyiapkan hadiahnya?” Kepala pelayan bertanya dengan lembut. “Tunggu setelah kakak keluar, baru kita bicarakan lagi, kali ini kita harus menyiapkannya dengan baik!” Harris tidak berani mengambil keputusan, apalagi Donovan juga akan keluar dalam beberapa hari ini, dan menunggu sampai dia keluar juga belum terlambat. “Baik!” Kepala pelayan mengangguk. “Baik jika begitu, aku pamit undur diri.” “Tunggu sebentar, utus seseorang untuk mengawasi Zidan, anak itu sering menyebabkan masalah dimana-mana. Beberapa hari ini, beritahu dia untuk tidak memprovokasi Nathan, bisa saja nyawanya melayang!” Harris menghentikan kepala pelayan yang hendak undur diri. Dia tahu sifat anaknya sendiri, dia tidak bisa melakukan apa-apa dan tidak berguna, dan selalu berlagak ingin memenggal Nathan sampai mati. Kalau anak itu benar-benar pergi memprovokasi Nathan, Harris takut anaknya akan berakhir sama seperti Aston, dan dibunuh oleh Nathan. Perlu diingat, di Keluarga Holcy mer
“Tuan Nathan, ada apa?” Melihat ada yang salah dengan raut wajah Nathan, Reus bertanya padanya. Pada saat ini, detak jantung Nathan masih berdebar kencang, dan wajahnya juga memerah. Nathan mengernyitkan keningnya, meskipun dia adalah seorang pemuda yang penuh dengan gairah, tapi dengan kemampuan dia menjaga suasana hatinya masih sangat kuat. Banyak wanita yang bersedia melemparkan diri ke dalam pelukannya dan Nathan tidak pernah impulsif seperti ini. Dan bahkan saat dia melihat tubuh Beverly, Nathan juga tidak merasakan perasaan impulsif seperti ini. Tapi hari ini berbeda! Saat dia melirik sekilas ke arah wanita itu, dia malah kehilangan ketenangannya dan ini membuat Nathan sedikit kaget. “Oh, tidak apa-apa!” Nathan menggelengkan kepalanya. Reus menatap Nathan, dan menoleh ke arah wanita itu. Karena, tadi Nathan melirik wanita itu beberapa kali dan wajahnya memerah, lalu nafasnya tidak beraturan. “Jangan lihat dia!” Nathan melihat Reus yang menoleh ke arah wanita itu, bergegas m
Melihat Nathan mengabaikannya, Zidan berkata dengan raut wajah dingin. “Sialan, aku bertanya padamu, kamu tidak dengar? Kamu tuli?!” Brak! “Zidan, kamu ingin mati?!” Reus melihat Zidan berani memaki Nathan seketika membanting meja dan bangkit berdiri. Dua orang ahli dari Keluarga Holcy yang melihat ini bergegas melangkah maju dan berhadapan langsung dengan Reus dan melindungi Zidan di belakang. Saat ini, banyak pengunjung yang di sekitar melihat kejadian ini dan mulai bersembunyi, bahkan ada beberapa penakut yang langsung pergi. Sedangkan pemilik toko tidak berani mengatakan apa-apa, karena baik Reus maupun Zidan tidak bisa disinggung oleh mereka. Berhadapan dengan dua orang ahli dari Keluarga Holcy, raut wajah Reus menjadi sangat jelek. “Reus, apa urusannya denganmu jika aku memakinya?!” Zidan masih duduk di kursi dan mengangkat kepalanya sedikit, lalu berkata dan menatap Reus dengan tatapan penuh penghinaan. Kali ini, Reus sudah sangat kesal, Zidan adalah orang yang tida
Nathan yuang melihatnya bergegas bangkit berdiri dan berkata pada Reus. “Kamu makan saja dulu, aku ada urusan.” “Tuan Nathan, apa yang kamu lakukan, apa perlu aku menemanimu?” Reus mengira Nathan akan pergi mengejar Zidan. “Tidak perlu, jangan ikuti aku!” seru Nathan seraya berjalan pergi. Nathan tidak mengizinkan Reus untuk mengikutinya, karena wanita itu adalah seorang kultivator. Nathan tidak tahu, apakah dia adalah kawan atau lawan. Jika pihak lain seperti sosok pria yang mati ditangan Zephir, datang menangkapnya untuk Keluarga Zellon atau apalah itu. Maka Reus dan dirinya akan sial, Nathan sendiri mungkin tidak akan punya peluang untuk kabur. Sekarang Nathan masih belum bisa memastikan siapa wanita itu. Tapi, Nathan berniat mengejarnya, dan mungkin dia bisa mempelajari beberapa rahasia dunia kultivator di Kota Moniyan darinya. Setelah Nathan menyusul, dia melihat Zidan sedang membawa dua penjaga berbelok ke jalanan, dan Nathan langsung mengikutinya. Dan saat Nathan baru saja
Melihat itu, wanita itu menyingkir ke samping dan berkata. “Ayo mulai!” Saat wanita itu selesai bicara, dua orang ahli dari Keluarga Holcy mengeluarkan senjata mereka secara bersamaan dan menikam Zidan dengan ganas. Jleb! Jleb! Dua orang ahli itu menikam Zidan dengan pisau mereka, dan Zidan tidak punya waktu untuk bergerak dan langsung mati di tangan penjaganya sendiri. Hal ini membuat Nathan yang sedang menyaksikan adegan ini seketika terbelalak. Dia tidak tahu apa yang terjadi, dan kenapa dua orang penjaga dari Keluarga Holcy membunuh Tuannya dalam sekejap mata? Tidak menunggu Nathan merespon apa yang terjadi, dua orang ahli itu sudah bertarung satu sama lain. Dengan kekuatan keduanya yang setara, pertarungan itu sangat sengit dan mereka semua mencoba yang terbaik. Setelah bertarung lebih dari beberapa kali, kedua orang itu saling menusuk satu sama lain dan keduanya mati. Melihat tiga mayat yang tergeletak di atas tanah, Nathan tidak pernah membayangkan kalau orang-orang i
“Paman Zephir, orang-orang ini adalah orang jahat, tadi kalau aku tidak membunuh mereka, mereka …. mereka akan melakukan itu padaku!” Rebecca berkata dengan cemberut. “Banyak alasan, lantas apakah Nathan juga menganiayamu?” Zephir memelototi Rebecca. “A-aku hanya mendengar kalau Paman Zephir mengatakan dia sangat hebat, jadi aku ingin mengujinya. Namun, tidak disangka, ternyata dia biasa-biasa saja,” Rebecca menatap Nathan dengan tatapan penghinaan. “Dan kualitas dari orang ini juga sangat biasa, saat melihatku dianiaya tadi, dia juga tidak membantuku.” Mendengar percakapan antara Zephir dan Rebecca, Nathan tercengang, ternyata kedua orang ini saling kenal, dan Zephir juga sering membahas dirinya. Namun sepertinya, dua orang ini tidak memiliki niat jahat pada dirinya, dan tidak ingin melukai dirinya. Zephir menatap Nathan, dia tidak percaya Nathan adalah tipe orang yang tidak mau membantu menyelamatkan orang. Nathan menyadari Zephir menatap dirinya dan bergegas menjelaskan.
Meskipun Rebecca juga seorang kultivator, tapi selain mantra pesona, dia tidak mengetahui mantra lainnya. Bahkan, dia tidak bisa mengumpulkan energinya. Artinya, jika Rebecca tidak menggunakan mantra pesonanya, ahli bela diri mana pun bisa menghadapinya. Dan disaat itulah Nathan baru tahu kalau tadi saat Zidan menghentikan Rebecca, kepanikan di mata Rebecca itu bukan kepura-puraan, tapi dia benar-benar panik. Dan saat memikirkan hal ini Nathan merasa sedikit tidak enak hati. “Apakah kamu merasa kalau kultivator harus bisa mengalahkan seorang ahli beladiri? Dan, ahli sihir jauh lebih hebat dibandingkan dengan mereka?” Zephir bertanya pada Nathan. Nathan mengangguk, menurutnya, kultivator pasti lebih kuat dibandingkan dengan ahli bela diri dan ahli sihir. Zephir tersenyum tipis. “Sebenarnya, kultivator tidak ada bedanya dengan ahli bela diri dan ahli sihir, yang berbeda hanyalah tahapannya. Sekarang kamu adalah kultivator, tapi kalau bertemu dengan seorang master seni bela diri, dan
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa
Nathan berdiri membeku sejenak, memandang kerumunan di sekelilingnya. Mereka mengira dia pulang sebagai pahlawan, padahal dia datang untuk bersembunyi.Wajahnya mengeras. “Ryzen, bubarkan semuanya sekarang juga!”Tanpa menunggu reaksi, Nathan melangkah cepat ke arah mobil. Ryzen langsung memberi aba-aba pada anak buahnya, dan kerumunan pun mulai mundur.Zayn dan Kevin ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam keheningan itu, mereka hanya menatap Nathan, tak mengucapkan sepatah kata pun, namun sorot mata mereka berkata banyak.Nathan mendesah pelan. "Aku tahu kalian ingin tahu tentang Sarah dan Beverly."Maka Nathan pun menjelaskan semuanya tentang pengejaran, tentang Sarah yang ditahan Martial Shrine, dan tentang betapa rumit situasinya kini.Raut wajah Kevin berubah drastis. “Nathan, kenapa semua ini bisa terjadi?”Nathan menunduk. “Paman Kevin, ada hal-hal yang memang harus aku lakukan, walau risikonya besar.”Dia tidak ingin semuanya menjadi seperti ini. Tapi ibu kandungnya masih berada
“Aku tidak hanya menginginkan menara itu,” suara Gill menukik tajam, tatapannya menyala penuh keserakahan. “Aku tahu kau menyimpan banyak harta karun. Serahkan semuanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup.”Nathan menyipitkan mata. “Begitu rupanya .…”Gill tak sekadar mengincar kekuatan, dia menginginkan segalanya.Matanya menyapu sekeliling. Jalan keluar tak mungkin dia tempuh secara frontal. Tapi, dia menoleh ke belakang, menara itu kini hanya bangunan kosong. Segel telah hilang dan itu bisa jadi jalan keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nathan membalikkan badan dan melesat masuk ke dalam menara.“Jangan biarkan dia kabur!” teriak Gill.BRAK! BRAK! BRAK!Nathan tak peduli. Dengan kekuatan penuh, dia menghantam dinding sisi timur menara.Batu-batu beterbangan. Dinding hancur, menciptakan celah besar. Dalam sekejap, Nathan menerobos keluar dan meledak ke udara, memusatkan kekuatan spiritual di kakinya dan melarikan diri dengan kecepatan penuh.Gill memaki k
Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut
Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya
Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u