"Sepertinya aku berubah pikiran, karena kalian mengancamku dengan kalimat ini, kirimkan semua bahan obat Unique Care ke rumahku, atau Unique Care akan menghilang selamanya!” suara Nathan terdengar lebih dalam dan mendominasi. Nathan sedang mencari alasan untuk mendapatkan bahan obat dari Unique Care. Namun, tidak disangka, Steve malah mengantarkan diri dan bahkan berani mengancam Nathan. “Hahaha …. bocah! Apa kamu sudah gila?! Walau kamu bisa membunuh William, kamu mengira kamu tidak terkalahkan? Mau menghancurkan Unique Care?!” Steve tertawa keras, sedangkan raut wajah Reus muram, dia tidak mengatakan apa pun. Nathan mendengus dingin, tidak mengatakan apapun lagi, dan berjalan keluar. “Hentikan dia!" Raut wajah Steve menjadi muram dan memberi perintah, dan orang-orang yang mengepung Nathan langsung menyergapnya. Nathan tidak menghentikan langkahnya, dan kekuatan besar bangkit dari tubuhnya seperti sang raja hutan yang terbangun dari tidurnya. Dia langsung menjatuhkan beberapa or
Di tengah malam, Nathan yang sedang tidur nyenyak dibangunkan oleh suara langkah kaki yang terdengar tergesa-gesa di jalan. Alisnya mengernyit, dia bangkit dan melihat melalui jendela, tatapan matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang berlari dengan putus asa, dan beberapa orang mengejarnya di belakang. Gadis itu hanya berlari dengan sekuat tenaga tanpa berteriak meminta tolong. Melihat adegan ini, Nathan berencana kembali tidur lagi, tidak peduli apa konflik orang lain. Namun saat Nathan hendak berbaring dan kembali tidur, dia merasakan energi spiritual yang samar keluar dari tubuh gadis itu. Energi spiritual ini terasa sangat familiar baginya, rasa familiarnya seperti saat dia memegang liontin giok peninggalan ibunya itu. Nathan membuka jendela, melompat turun dan mengikuti dari belakang. Segera, gadis itu terpojok di sebuah gang yang gelap gulita, dia memegang sesuatu dengan erat di tangannya, dan menatap beberapa orang yang mengejarnya dengan ngeri. Nathan bersembunyi d
"Aku tidak takut, kamu kira, Keluarga Holcy tidak punya apa-apa di Northern?” Setelah Aston menyelesaikan ucapannya, seorang pria paruh baya dengan wajah persegi dan alis tebal berjalan keluar. Nathan merasa pria paruh baya ini terlihat cukup mirip dengan William. “Levan?” Reus tampak sedikit terkejut saat melihat orang yang datang. Dan Nathan yang bersembunyi di kegelapan baru menyadari kalau orang ini adalah adiknya William, Levan Zatulini, pantas saja terlihat mirip dengannya. “Tuan Muda Holcy!” Levan berjalan ke arah Aston, dan berteriak dengan penuh hormat. Aston menatap Reus dengan bangga. “Sekarang Levan sudah menjadi tamu undangan Keluarga Holcy!” “Hahaha …. Aston, untuk apa kamu merasa bangga?! Lantas, kamu tidak tahu kalau Keluarga Zatulini sudah dimusnahkan oleh seseorang? Hanya tersisa Levan seorang? Keluarga Alvaroku, tidak akan memperdulikannya!” Reus tertawa keras. “Tentu saja aku tahu, tapi Reus, coba buka matamu dan lihatlah, dengan perbandingan kekuatan saa
“Tidak jauh, di desa yang ada di luar kota ini!” Kylie seketika merasa senang saat melihat Nathan setuju. Nathan ikut dengan Kylie dan berjalan keluar dari kota, tidak lama kemudian sebuah desa terlihat. Tapi sepertinya, desa ini sudah lama tidak ada yang tinggal di sini. Rumahnya juga sudah bobrok dan kata ‘rubuhkan’ tertulis dengan besar dan jelas di atasnya, ini jelas-jelas adalah area yang akan dirubuhkan. Setelah menemukan rumah yang terlihat sedikit lebih baik, Kylie berjalan masuk dan menyalakan lilin di dalamnya. Seorang pria paruh baya dengan tubuh lemah dan wajah pucat sedang berbaring di dalam. Melihat penampilan pria paruh baya itu, Nathan mengernyitkan keningnya, luka orang ini sangat parah, dan sepertinya hanya akan bertahan beberapa hari saja. Mendengar ada suara, pria paruh baya itu berusaha membuka matanya. Saat melihat Kylie, dia membuka mulutnya dan ingin berbicara. "Uhuk!" Tapi saat hendak berbicara, pria paruh baya itu terbatuk dan darah segar tiba-tiba menye
Kylie yang melihat ini bergegas ingin menghalanginya, tapi dihentikan oleh ayahnya, pria tua itu menggelengkan kepalanya ke arah Kylie, memberi isyarat agar Kylie tidak mengganggu Nathan. "Piaaak~~ Piaaak~~~" Dan saat setetes darah Nathan menetes ke liontin itu, cahaya merah menuala menyinari seisi ruangan, lalu diikuti oleh suara burung phoenix. Kedua ekor burung phoenix yang muncul dari dalam liontin itu tidak berhenti berputar-putar. Tapi, setelah setetes darah itu habis diserap, sinar merahnya perlahan redup, dan liontin itu kembali ke bentuk awalnya. Melihat hak itu, Kylie dan ayahnya tercekat, mereka membelalak dan menatap Nathan dengan takjub. “Ternyata benar!” Nathan memegang liontin itu, dan wajahnya terlihat bersemangat, lalu bertanya pada Scholes. “Paman, darimana asalnya liontin milik leluhur keluargamu ini?” “Aku juga tidak terlalu tahu dengan jelas, sepertinya didapatkan di sebuah pulau. Karena, suatu ketika, liontin ini juga pernah tiba-tiba bersinar merah, dan men
Nathan hanya bisa berpura-pura baru bangun, dan menguap lalu membuka pintu. “Ini masih pagi, aku masih ingin tidur!” Nathan berkata sambil mengusap matanya. “Tidur? Tidak! Setelah sarapan, temani kami berbelanja, Beverly berkata kalau orang-orang disini semuanya adalah para ahli bela diri, mereka sangat garang. Kami tidak berani pergi berdua, kamu harus menemani!” Sarah berkata pada Nathan. “Belanja? Lagi?” Nathan seketika merasa pusing saat mendengar harus menemani dua orang wanita pergi berbelanja. “Kenapa, hah? Apa kamu tidak senang?” mata Sarah melebar. “Ah ....” Nathan hanya bisa tersenyum tidak berdaya sambil menggaruk kepalanya. "Tentu saja aku senang." Dan saat Nathan hendak turun untuk sarapan bersama Sarah, tiba-tiba Sarah melihat bekas gigitan di tangan Nathan. Bekas gigitan itu adalah bekas gigitan Kylie yang cukup kuat, dan masih terlihat jelas sekarang. “Apa ini?" Sarah menarik lengan Nathan dan mengernyitkan keningnya. "Kamu tidak pergi menggoda gadis di m
“Hahaha …. Kalian sudah menjadi antek-antek orang lain, masih begitu berlagak?!" Pria itu tertawa keras, dan menyebabkan banyak orang lain yang ikut tertawa. Karena dengan status John, dia malah menyerahkan tempat duduknya kepada orang lain, dan berdiri di belakangnya. Jelas-jelas, Spiritual Bloods ini sedang mencari pendukung. Nathan menoleh dan menatap pria itu dengan dingin, tatapannya yang tajam itu seketika membuatnga gemetar, dan senyuman di wajahnya seketika membeku. Pria itu tidak berani menatap mata Nathan secara langsung, dia menyeka keringat dingin di keningnya, dan berhenti bicara. Tatapan Nathan tadi membuat pria itu seolah berjalan melewati gunung yang dikelilingi jurang. “Tuan Pardew sudah sampai!” Ada suara teriakan yang kuat, dan Steve berjalan perlahan menuju ke atas arena. Suara berisik dari para penonton seketika menjadi hening, kekuatan Steve bukanlah yang paling kuat. Tapi, dapat terlihat jelas kalau reputasinya adalah yang paling tinggi. Karena baik ahli b
“Siapapun yang berani naik ke atas arena, mati! Ayo naik!” Evan bertrriak dengan kesal. "Siapa lagi yang ingin mati di tanganku? Kalian harusnya merasa bangga mati di tangan seorang pemenang!" Bahkan, dia tidak melirik orang yang dia bunuh, matanya melirik ke bawah arena. dengan tatapan jijik.. Orang-orang di bawah arena menjadi sangat marah, terutama para kerabat dari pemuda yang dibunuhnya. Satu per satu dari mereka berdiri dengan tatapan yang mengerikan. Akan tetapi, sesuai dengan aturan, orang yang sudah berusia di atas batas yang ditentukan tidak boleh naik ke atas arena untuk membalas dendam pada siapapun. Jadi, mereka hanya bisa menatap Evan dengan marah. Beberapa tetua di atas arena juga sedikit mengernyitkan keningnya, dan merasa kalau pukulan Evan ini terlalu sadis. Tapi, mereka juga tidak bisa mengatakan apa-apa, karena pukulan dan tendangan tidak punya mata, dan persaingan di atas arena tidak bisa dihindari. “Apa masih ada orang yang mau melawanku?” Evan bertanya d
Mendengar perkataan Nathan, wajah Sarah dan Beverly semakin memerah. Sarah memutar matanya dan berkata. “Bagaimana kamu tahu kami berdua pasti akan menyukai benda jelek itu?”“Benar! Kami tidak suka benda jelek!” Beverly menimpali dengan semangat.Nathan tercengang. “Sama sekali tidak jelek! Kalian akan tahu setelah melihatnya, sangat indah dan akan membuat kalian terpukau!”Sarah dan Beverly masih ingin melanjutkan argumen, tetapi Nathan cepat-cepat maju, menutup mereka berdua dengan selimut, dan berkata. “Tidak boleh mengintip! Kalian baru boleh melihatnya setelah aku mengizinkan!”Wajah Sarah dan Beverly memerah karena malu, tetapi mereka hanya bisa mengangguk patuh. Saat itu, mereka hanya bisa mendengar detak jantung satu sama lain yang berdebar kencang. Bagi mereka, pengalaman ini sangat baru dan membuat mereka gugup.Setelah memastikan Sarah dan Beverly sudah tertutup selimut, Nathan mengeluarkan Lukisan Aliran sunyi di hamparan yang Abadi. Saat dia membuka lukisan itu, pemandan
Kepolisian Kota Moniyan.Nathan mengunci diri di dalam kamarnya, matanya terpaku pada Lukisan Aliran sunyi di hamparan yang Abadi yang terbuka di hadapannya. Dengan mengerahkan kesadaran spiritualnya, tubuhnya seolah tersedot ke dalam lukisan, melintasi batas antara dunia nyata dan dimensi lain. Teknik Kijutsu bekerja dengan sempurna, mengalirkan gelombang kekuatan spiritual yang tak terputus ke dalam diri Nathan. Di atas kepalanya, energi spiritual berkumpul, membentuk pusaran yang berkilau, seolah menandakan kekuatan yang sedang terbangun.Sementara itu, di luar, dua sosok memasuki kepolisian Kota Moniyan—Sarah dan Beverly, yang baru saja menyelesaikan proses penyembuhan di Saibu Care. Sienna dan Rebecca tetap di Saibu Care, menemani Zephir yang masih dalam pemulihan.Melihat kedatangan Sarah dan Beverly, Milan segera meminta seseorang untuk memanggil Nathan. Namun, saat merasakan aura kuat yang terpancar dari kedua gadis itu, hatinya bergetar. Dia menyadari bahwa kekuatan mereka ki
Tak lama kemudian, Nathan kembali tiba di Kota Moniyan dan langsung menuju ke kepolisian, yang merupakan tempat teraman baginya saat ini.Milan yang menyaksikan kepulangannya dengan cepat pun tercengang, karena biasanya setiap sesi pelatihan memakan waktu hingga satu minggu bahkan lebih. Kini, Nathan baru pergi selama satu hari, namun dia telah kembali dengan membawa kekayaan yang luar biasa. Di balik langkahnya yang cepat, Nathan menyimpan rahasia tentang harta karun yang dia peroleh, senjata ajaib yang akan mengantarkannya ke puncak kekuatan dalam kultivasi abadi. “Tuan Nathan, apakah terjadi sesuatu? Apakah pelatihanmu dihentikan?” Milan bertanya dengan nada cemas dan tergesa-gesa, matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.Nathan, yang baru kembali dengan langkah ringan, menggelengkan kepalanya. “Bukan, pelatihannya sudah berakhir!”Mendengar itu, Milan terbodoh di hadapan Nathan. “Sudah berakhir? Kenapa begitu cepat?” tanyanya dengan nada tercengang.Sambil meneguk seteguk
Kaidar tercengang, alisnya mengangkat dengan dingin. “Kenapa? Apakah kau pikir Ging dan yang lainnya tak berani membunuhmu?”“Bukan karena mereka tak berani, tapi mereka memang tak akan mampu membunuhku. Perhitunganmu sudah keliru!” balas Nathan dengan senyum sinis.Dengan lambaian tangannya, seberkas cahaya keemasan pun menyelimuti dirinya, menandakan bahwa kekuatan dan keberanian yang dimilikinya jauh melebihi bayangan yang pernah terpikirkan oleh lawan-lawannya.Nathan melompat ke dalam sungai bawah tanah tanpa ragu, tubuhnya menyatu dengan kegelapan aliran yang deras. Saat dia menjulurkan kepalanya, suara tegasnya menggema. "Sungai bawah tanah ini pasti mengalir ke luar. Aku tak perlu keluar lewat pintu masuk makam kuno. Meski mereka berusaha membunuhku, jalanku sudah kuatur!" Begitu kata-kata itu terucap, Nathan menyelam lebih dan hingga menghilang dari pandangan.Melihat sosoknya lenyap, mata Kaidar menyala dengan keserakahan. Tak disangka, Nathan telah merencanakan jalan keluar
“Nathan, semua ini merupakan benda-benda berharga!” kata Bachira, suaranya penuh kekaguman.“Kalau Tuan Bachira menyukainya, aku akan menghadiahkan satu padamu,” balas Nathan sambil memilih sebuah artefak batu giok dan menyerahkannya kepada Bachira.Bachira tercengang, kemudian tertawa lepas. “Hahaha …. Nathan, luar biasa! Aku akan menjalin pertemanan dengan orang sepertimu!”Tanpa ragu, Nathan juga memilih satu artefak lagi untuk diberikan kepada Abel. Di sela-sela pemberian itu, Kaidar, yang berdiri tak jauh, menatap dengan mata panas penuh perhitungan, namun memilih untuk diam.“Kak Nathan, apakah di dalam peti itu hanya ada artefak batu giok? Adakah harta karun lainnya?” tanya Abel dengan penuh rasa penasaran.Nathan kemudian mengeluarkan sebuah cincin berwarna gelap dan berkata. “Masih ada cincin ini. Aku tak tahu apa kegunaannya?”Meskipun tanpa energi spiritual, cincin itu terasa sangat aneh, mengingat seorang kaisar biasanya mengenakan cincin giok yang mewah, bukan cincin hita
Sementara itu, di dalam gua, semua orang telah pergi kecuali Kaidar. Dia tetap berdiri di sana, tenang bagai patung, menanti sesuatu yang belum terungkap."Tuan Kaidar, semua telah berlalu, mengapa kau masih di sini?" tanya Bachira dengan nada heran. "Aku hanya penasaran dengan isi peti mati perunggu itu, ingin menyaksikan keajaiban yang tersembunyi di dalamnya," jawab Kaidar dengan santai.Bachira tampak bingung. "Kini energi kita telah ditekan, tak seorang pun berani mendekati peti mati perunggu itu. Bagaimana kau bisa melihat isinya?" "Bukankah masih ada dia di sini?" seru Kaidar sambil menunjuk Nathan. "Dia pasti memiliki cara untuk membuka peti mati perunggu itu."Bachira mengarahkan pandangannya kepada Nathan dan bertanya. "Nathan, apakah kau berniat membuka peti mati perunggu itu?"Tanpa ragu, Nathan mengangguk, dia telah datang untuk mencari harta karun yang tersembunyi di dalam peti mati perunggu tersebut."Tetapi kau harus berhati-hati. Terlalu banyak perangkap mengintai d
Di depan mata, Ryuki menyaksikan kekejaman itu dan tatapan matanya berubah drastis. Dulu, dia hampir melepaskan kata-kata tajam, namun kini bibirnya terkatup rapat, menyembunyikan ketakutan yang mendalam dan tak berani menantang Nathan.Meski Ryuki terdiam, Nathan tak berniat membiarkan keadaan begitu saja. Langkahnya yang berat menggema di goa dengan situasi yang mencekam, mendekati Ryuki dengan aura ancaman yang kian menyengat. Tanpa ragu, Nathan mecengkram rambut Ryuki dan menariknya ke samping.Dengan suara gemetar dan penuh kepasrahan, Ryuki berusaha berkata. "Nathan, a-aku …. telah menyerahkan lukisan itu kepadamu. Aku takkan lagi berebut untuknya. Kenapa kau—"Namun Nathan tak segan menyela. "Sialan, aku tidak tahan melihatmu! Kau tahu kenapa?" Bugh!Sebelum Ryuki sempat bersuara lagi, Nathan mengayunkan tendangan keras ke dada Ryuki. Tendangan itu kembali memecahkan keheningan, lalu dengan kekuatan penuh, dia menancapkan kepala Ryuki ke dinding.BAAM!Dalam sekejap, darah men
“Benarkah? Kalau begitu, buktikan saja!” serunya penuh tantangan. Dalam hitungan detik, Nathan maju lebih dekat dan dengan cekatan meraih lukisan yang selama ini menjadi simbol kekuatan dan misteri. Gerakannya cepat dan terukur, seolah lukisan itu telah menantikan saat ini selama-lamanya.BAAM!Tanpa pikir panjang, Ryuki meluncurkan serangan fisik murni. Tinju yang dilontarkan menebar kekuatan seperti palu baja, menghantam dada Nathan dengan keras dan suara benturan menggema, namun tubuh Nathan tetap tak tergoyahkan, seakan diselimuti perisai yang tak terlihat. Alih-alih, serangan itu menghantam Ryuki sendiri. Rasanya seperti menabrak lempengan besi yang keras, menyebabkan rasa sakit yang merembet ke seluruh tubuhnya.BRAK!“Aahhh!”Teriak Ryuki ketika tinjunya terlepas, dan tubuhnya pun terlempar bak layang-layang putus, menghantam dinding dengan kekuatan dahsyat.Dalam sekejap, perubahan mendadak itu membuat setiap mata terpaku pada Nathan, seakan kekuatannya menyambar ruang hening
Ging mengernyit, menggenggam tinjunya dengan erat. Meski begitu, dia merasakan kekuatan dalam dirinya terkekang, tak mampu bersuara seperti biasanya.“Ini pasti formasi gravitasi intimidasi,sesuatu yang menyedot semua energi kita!” seru Leorio, suaranya menggema dengan kekhawatiran dan kepastian.Ging menatap tajam ke arah Leorio dan bertanya. “Kepala keluarga Farhon, apakah kau punya cara untuk mematahkan formasi sihir ini?”Energi mereka terkungkung sedemikian rupa sehingga peti mati perunggu di depan mata mereka tetap terkunci, menyimpan rahasia yang tak terjamah.Leorio menggeleng pelan, wajahnya serius. “Formasi sihir sebesar ini bukan sesuatu yang bisa kupatahkan dengan mudah. Fondasinya berpijak pada kekuatan gunung, dan titik pusatnya dipicu oleh elemen air, sebuah mahakarya yang hanya bisa diurai oleh seorang kultivator tingkat atas! Jika aku tidak salah, ini adalah energi spiritual gua yang selama ini dibicarakan.”“Energi spiritual gua?” Ging terdiam, tercengang oleh perkat